
CEO Victoria Secret Mundur Gara-Gara Kontroversi Model
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
15 November 2018 11:13

Jakarta, CNBC Indonesia- CEO Victoria Secret, Jan Singer memutuskan untuk mengundurkan diri. Keputusan ini cukup mengejutkan. Pasalnya, Victoria Secret baru saja menggelar pagelaran tahunan untuk produk terbarunya.
Dikutip dari AFP, menurut sumber, keputusan untuk mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan adalah lantaran lesunya penjualan dan kontroversi permodelan yang terjadi yang dinilai tidak mewakili keberagaman.
Seorang sumber yang akrab dengan masalah ini mengatakan bahwa Jan Singer, telah menjabat sebagai CEO sejak September 2016, dan akan meninggalkan perusahaan. Hanya saja, kala itu belum tahu tepatnya dia akan meninggalkan perusahaan tersebut.
Media Amerika telah melaporkan langkah itu tanpa menyebutkan alasannya. Bahkan perusahaan induk Victoria's Secret, L Brands, juga menolak untuk berkomentar.
Keputusan itu terjadi kurang dari seminggu setelah direktur pemasaran merek Ed Razek mengumpulkan kemarahan karena mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Vogue terkait Victoria's Secret. Razek memutuskan untuk tidak menyertakan model transgender dan ukuran plus dalam acara mereka, yang tahun ini diadakan di New York pada 8 November lalu.
"Kami berusaha untuk melakukan penayangan televisi khusus untuk ukuran plus (pada tahun 2000). Tapi tidak ada yang tertarik, tetap tidak," kata Razek kepada majalah itu, dikutip dari AFP (Kamis, 15/11/2018).
Sutradara itu mengutip lini kolaborasi Savage X Fenty milik bintang pop Rihanna, yang membawa ukuran plus, tetapi mengatakan Victoria's Secret tidak ingin memasukkan model baru hanya untuk kepentingan secara politik. Menurutnya mereka adalah bisnis khusus yang tidak memasarkan untuk semua orang.
Komentar itu memicu gelombang kritik di media sosial, sampai-sampai Razek mengeluarkan permintaan maaf ke publik, dan mengatakan bahwa merek itu tidak akan keberatan untuk menyewa model transgender.
Di luar kontroversi itu, kepergian Singer sebagai CEO datang pada saat yang sulit bagi perusahaan pakaian dalam ini. Bagaimana tidak perusahaan telah mengalami perlambatan penjualan dalam beberapa tahun terakhir yakni turun delapan persen pada tahun 2017.
Pada paruh pertama tahun 2018, L Brand, perusahaan induknya, mampu menstabilkan Victoria's Secret, terutama berkat pembukaan beberapa toko di China dan pertumbuhan penjualan online.
Kritik lainnya pun mencuat, yakni karena merek dan modelnya belum mampu beradaptasi dengan tuntutan baru pasar.
(gus) Next Article Susul Payless Cs, Victoria's Secret Tutup 53 Gerai di 2019
Dikutip dari AFP, menurut sumber, keputusan untuk mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan adalah lantaran lesunya penjualan dan kontroversi permodelan yang terjadi yang dinilai tidak mewakili keberagaman.
Media Amerika telah melaporkan langkah itu tanpa menyebutkan alasannya. Bahkan perusahaan induk Victoria's Secret, L Brands, juga menolak untuk berkomentar.
Keputusan itu terjadi kurang dari seminggu setelah direktur pemasaran merek Ed Razek mengumpulkan kemarahan karena mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Vogue terkait Victoria's Secret. Razek memutuskan untuk tidak menyertakan model transgender dan ukuran plus dalam acara mereka, yang tahun ini diadakan di New York pada 8 November lalu.
"Kami berusaha untuk melakukan penayangan televisi khusus untuk ukuran plus (pada tahun 2000). Tapi tidak ada yang tertarik, tetap tidak," kata Razek kepada majalah itu, dikutip dari AFP (Kamis, 15/11/2018).
Sutradara itu mengutip lini kolaborasi Savage X Fenty milik bintang pop Rihanna, yang membawa ukuran plus, tetapi mengatakan Victoria's Secret tidak ingin memasukkan model baru hanya untuk kepentingan secara politik. Menurutnya mereka adalah bisnis khusus yang tidak memasarkan untuk semua orang.
Komentar itu memicu gelombang kritik di media sosial, sampai-sampai Razek mengeluarkan permintaan maaf ke publik, dan mengatakan bahwa merek itu tidak akan keberatan untuk menyewa model transgender.
Di luar kontroversi itu, kepergian Singer sebagai CEO datang pada saat yang sulit bagi perusahaan pakaian dalam ini. Bagaimana tidak perusahaan telah mengalami perlambatan penjualan dalam beberapa tahun terakhir yakni turun delapan persen pada tahun 2017.
Pada paruh pertama tahun 2018, L Brand, perusahaan induknya, mampu menstabilkan Victoria's Secret, terutama berkat pembukaan beberapa toko di China dan pertumbuhan penjualan online.
Kritik lainnya pun mencuat, yakni karena merek dan modelnya belum mampu beradaptasi dengan tuntutan baru pasar.
(gus) Next Article Susul Payless Cs, Victoria's Secret Tutup 53 Gerai di 2019
Most Popular