
Internasional
Ketimbang Fesyen, Gen-Z Lebih Suka Belanja Kuliner
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
16 April 2018 16:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain hobi, ternyata ada hal yang diminati bagi remaja atau generasi Z atau mereka yang lahir dari tahun 1994 hingga tahun 2014 (Gen-Z) selain fesyen. Kini Gen-Z lebih memilih apa yang mereka makan.
Dalam penelitian dari Piper Jaffray yang bertajuk Taking Stock With Teen Study, disebutkan milenial lebih banyak menghabiskan uang jajan untuk belanja kuliner ketimbang beli pakaian, tren ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Survei ini termasuk tanggapan dari 6.000 remaja yang memiliki usia rata-rata 16 tahun. 1.400 remaja yang jatuh dalam kelompok berpenghasilan tinggi memiliki pendapatan rumah tangga rata-rata sekitar US$ 100.000 (Rp 1,3 miliar) sedangkan 4.600 remaja dalam kelompok memiliki pendapatan rumah tangga sekitar US$ 56.000 (Rp 770 juta).
"Makanan tetap merupakan kategori pembelanjaan terbesar dalam dompet remaja. Mereka yang berpenghasilan tinggi menghabiskan 24% dari uang mereka untuk makanan, yang mengalahkan jumlah belanja pakaian sebesar 4 poin. Sedangkan remaja berpenghasilan dibawah rata-rata menghabiskan sekitar 21% untuk makanan, 2% lebih tinggi dari belanja pakaian mereka," kata analis Nicole Miller Regan seperti yang dilansir CNBC International.
Nicole menuturkan bahwa saat musim liburan para remaja milenial senang berbelanja di restoran melebihi belanja pakaian seperti yang pertama kali.
"Secara umum, kami melihat hasil Musim Semi 2018 sebagai kelanjutan dari tren belanja restoran melebihi belanja pakaian seperti yang pertama kali terlihat pada siklus survei Spring 2014. Kami percaya ini mencerminkan industri restoran ini boleh dibilang kurang bersifat diskresioner sebagai kategori pengeluaran relatif terhadap kategori konsumen lainnya (diskresioner)," kata dia.
Untuk remaja berpenghasilan tinggi, pengeluaran untuk makanan terus meningkat sejak 2014, sementara pembelanjaan untuk pakaian telah menyusut. Sebagai perbandingan, survei menemukan bahwa remaja dengan pendapatan rata-rata mengalami kemunduran antara menghabiskan lebih banyak untuk makanan dan membelanjakan lebih banyak untuk pakaian dalam periode waktu yang sama. Generasi Z, saat ini merupakan kelompok usia pelanggan terbesar di Amerika Serikat (AS) mengalahkan generasi millennial. Bagaimana mereka berbelanja dan apa yang mereka beli adalah informasi berharga untuk merek, terutama ketika generasi ini matang.
Regan mengatakan bahwa remaja paling dipengaruhi oleh selera saat mereka memilih tempat untuk makan. Kenyamanan adalah faktor terbesar kedua, diikuti oleh pemilihan menu dan nutrisi adalah atribut peringkat terendah.
Piper Jaffray juga menemukan bahwa lebih banyak remaja menghabiskan uang untuk makan malam dengan persentase sebesar 66% dari semua acara makan malam remaja terjadi di malam hari. Sarapan menyumbang 2% dari kesempatan makan, sementara makan siang sekitar 20%.
"Mayoritas remaja, sekitar 66% paling sering untuk makan malam, yang kami percaya telah berevolusi untuk menjadi tradisi sosial dan bentuk hiburan untuk remaja, terutama karena pengeluaran diskresioner telah dievaluasi kembali selama beberapa kali tekanan ekonomi meningkat," tulis Regan.
Gen-Z tidak tergila-gila dengan restoran berlayanan lengkap. Remaja ini lebih memilih rantai layanan terbatas, dimana mereka menghabiskan lebih sedikit waktu berinteraksi dengan pelayan dan bebas untuk berkumpul untuk waktu yang lama atau mengambil makanan mereka kemudian pergi.
Pada musim semi 2009, 57% remaja lebih menyukai restoran berlayanan lengkap. Pada musim semi 2018, sekitar 65% remaja lebih suka makan di jaringan layanan terbatas. Starbucks, khususnya, tetap menjadi merek restoran teratas untuk remaja selama bertahun-tahun.
Dalam 13 dari 17 survei terakhir, Starbucks telah menjadi merek makanan No. 1 untuk remaja berpenghasilan tinggi ketika berbelanja. Chipotle adalah restoran teratas pada musim gugur 2010 dan musim semi 2015, sementara Chick-fil-A berada di puncak musim semi 2017 dan musim semi 2018.
Untuk remaja dengan pendapatan rata-rata, Starbucks mencapai peringkat teratas 16 dari 17 survei terakhir. Pada musim gugur 2010, McDonald's meraih posisi teratas.
Regan mengatakan bahwa Starbucks tetap menjadi rekomendasi investasi teratas perusahaan untuk 2018, dan dia menegaskan kembali target harganya US$ 70 (Rp 962.000). Saat ini, perushaan telah melakukan perdagangan sekitar US$ 59 (Rp 811.000) per saham.
(roy/roy) Next Article Kerja Milenial Zaman Now, Suka Loncat Kayak 'Kutu'?
Dalam penelitian dari Piper Jaffray yang bertajuk Taking Stock With Teen Study, disebutkan milenial lebih banyak menghabiskan uang jajan untuk belanja kuliner ketimbang beli pakaian, tren ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Nicole menuturkan bahwa saat musim liburan para remaja milenial senang berbelanja di restoran melebihi belanja pakaian seperti yang pertama kali.
"Secara umum, kami melihat hasil Musim Semi 2018 sebagai kelanjutan dari tren belanja restoran melebihi belanja pakaian seperti yang pertama kali terlihat pada siklus survei Spring 2014. Kami percaya ini mencerminkan industri restoran ini boleh dibilang kurang bersifat diskresioner sebagai kategori pengeluaran relatif terhadap kategori konsumen lainnya (diskresioner)," kata dia.
Untuk remaja berpenghasilan tinggi, pengeluaran untuk makanan terus meningkat sejak 2014, sementara pembelanjaan untuk pakaian telah menyusut. Sebagai perbandingan, survei menemukan bahwa remaja dengan pendapatan rata-rata mengalami kemunduran antara menghabiskan lebih banyak untuk makanan dan membelanjakan lebih banyak untuk pakaian dalam periode waktu yang sama. Generasi Z, saat ini merupakan kelompok usia pelanggan terbesar di Amerika Serikat (AS) mengalahkan generasi millennial. Bagaimana mereka berbelanja dan apa yang mereka beli adalah informasi berharga untuk merek, terutama ketika generasi ini matang.
Regan mengatakan bahwa remaja paling dipengaruhi oleh selera saat mereka memilih tempat untuk makan. Kenyamanan adalah faktor terbesar kedua, diikuti oleh pemilihan menu dan nutrisi adalah atribut peringkat terendah.
"Mayoritas remaja, sekitar 66% paling sering untuk makan malam, yang kami percaya telah berevolusi untuk menjadi tradisi sosial dan bentuk hiburan untuk remaja, terutama karena pengeluaran diskresioner telah dievaluasi kembali selama beberapa kali tekanan ekonomi meningkat," tulis Regan.
Gen-Z tidak tergila-gila dengan restoran berlayanan lengkap. Remaja ini lebih memilih rantai layanan terbatas, dimana mereka menghabiskan lebih sedikit waktu berinteraksi dengan pelayan dan bebas untuk berkumpul untuk waktu yang lama atau mengambil makanan mereka kemudian pergi.
Pada musim semi 2009, 57% remaja lebih menyukai restoran berlayanan lengkap. Pada musim semi 2018, sekitar 65% remaja lebih suka makan di jaringan layanan terbatas. Starbucks, khususnya, tetap menjadi merek restoran teratas untuk remaja selama bertahun-tahun.
Dalam 13 dari 17 survei terakhir, Starbucks telah menjadi merek makanan No. 1 untuk remaja berpenghasilan tinggi ketika berbelanja. Chipotle adalah restoran teratas pada musim gugur 2010 dan musim semi 2015, sementara Chick-fil-A berada di puncak musim semi 2017 dan musim semi 2018.
Untuk remaja dengan pendapatan rata-rata, Starbucks mencapai peringkat teratas 16 dari 17 survei terakhir. Pada musim gugur 2010, McDonald's meraih posisi teratas.
Regan mengatakan bahwa Starbucks tetap menjadi rekomendasi investasi teratas perusahaan untuk 2018, dan dia menegaskan kembali target harganya US$ 70 (Rp 962.000). Saat ini, perushaan telah melakukan perdagangan sekitar US$ 59 (Rp 811.000) per saham.
(roy/roy) Next Article Kerja Milenial Zaman Now, Suka Loncat Kayak 'Kutu'?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular