Di Balik Resepsi Mewah Anak Raja Tambang Batu Bara

Gustidha Budiartie & Raditya Hanung Prakoswa & Arina Yulistara, CNBC Indonesia
17 February 2018 11:34
Di Balik Resepsi Mewah Anak Raja Tambang Batu Bara
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia- Viral beredar soal kehebohan pesta pernikahan anak pengusaha batu bara di Kalimantan Selatan dalam beberapa hari ini di dunia maya. Nama-nama penyanyi top seperti Via Vallen, Ayu Ting Ting, hingga Afgan bahkan jauh-jauh didatangkan dari ibukota untuk mengisi acara.

Bagaimana cerita di balik kemewahan pernikahan itu, dan mengapa seorang pengusaha di Kalimantan bisa menggelar pesta akbar nan menggelegar? Berikut ulasan lengkap dari CNBC Indonesia



Layaknya kisah negeri dongeng yang sering kita baca atau dengar sewaktu kecil, yakni cerita tentang kerajaan nun jauh di sana di mana Sang Raja menggelar pesta berhari-hari untuk merayakan pernikahan pangeran atau putrinya. Kini nyata terjadi di dekat kita. Tidak begitu dekat memang, kalau dihitung dari Jakarta atau Pulau Jawa, tapi toh Kalimantan ada di Indonesia.

Kecamatan Binuang, di Kabupaten Tapin, adalah sebuah wilayah seluas 342 km2 yang ada di selatan Pulau Kalimantan. Luasnya bisa dibilang hanya separuh dari Jakarta, dengan jumlah penduduk sekitar 30 ribu jiwa. Jumlah ini bahkan tak ada separuh jumlah warga Kelurahan Klender di Jakarta Timur.

Dari Jakarta ke Binuang terbentang jarak ribuan kilometer. Untuk  menuju ke sana perlu naik pesawat  tujuan ke Banjarmasin dengan durasi penerbangan hingga 2 jam. Dilanjutkan dengan transportasi darat selama kurang lebih 3 jam.

Di sana kita akan berjumpa dengan keluarga besar Haji Muhammad Hatta, pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) atas nama PT Binuang Mitra Bersama. Bersama dengan kakaknya, Muhammad Hatta yang akrab disapa dengan panggilan H. Ciut ini memang dikenal sebagai pengusaha batu bara paling jaya seantero Kalimantan Selatan. Kekayaannya yang fantastis, menurut takaran masyarakat sekitar, membuat H. Ciut juga dijuluki sebagai Raja Tambang.

Raja lokal ini memiliki dua orang putra, yang dua-duanya sudah menunaikan rukun islam kelima di Tanah Suci, Mekah, dan menyandang gelar haji di nama mereka. Dua pangeran itu adalah H. Yoga dan H. Yudha.

Si pangeran sulung, H. Yoga, sudah menikah terlebih dulu di 2015 dan tentunya menggelar pesta besar-besaran juga meski hanya tujuh hari tujuh malam.

Februari 2018, giliran pangeran kedua, yakni H. Yudha yang bernama lengkap Haji Muhammad Prayudha. Pernikahan Yudha ini kemudian ramai dibicarakan dan menjadi isu hangat nasional.

Bagaimana tidak dibicarakan, jika tiba-tiba ada poster yang menampilkan sederet nama dan foto artis ibukota tampil menghibur sebagai pengisi acara resepsi sepasang muda mudi di daerah? Artis-artis bertarif ratusan juta rupiah ini secara bergantian hadir selama 10 hari 10 malam untuk gebyar pesta perkawinan itu, lebih mewah dibanding acara ulang tahun televisi swasta nasional sekalipun.

CNBC Indonesia berbincang dengan salah satu pengurus acara dan kerabat dari H.Ciut soal pesta pernikahan saudaranya, Rezki Ananta Putra, pada pekan lalu. Menurut Putra pesta pernikahan saudaranya ini adalah hal wajar.

“Waktu pernikahan kakaknya juga pesta tujuh hari, yang ini 10 hari. Kami juga tidak tahu kenapa tiba-tiba jadi viral di media,” ucap Putra.

Di daerah, kata dia, masyarakat jarang mendapat hiburan. Untuk itu momen pernikahan H.Yudha dan pasangannya pun digelar pesta besar agar bisa dinikmati juga oleh rakyat Binuang.

Pihak keluarga kemudian mempercayakan event organizer yang dikomandoi oleh Rina Gunawan untuk menggelar pesta.

Setelah panitia membuat konsep matang dan menyeleksi, akhirnya mereka sepakat mengundang penyanyi kenamaan yang digemari mempelai dan disukai warga Binuang. Mereka adalah Via Vallen, Ayu Ting-Ting, Afgan, Zaskia Gotik, Wali Band, Rhoma Irama, Duo Serigala, Rita Sugiarto, dan lainnya. Belum lagi pagelaran seperti orkes gambus, ceramah, dan wayang Jawa dengan dalang kenamaan.   Semua itu dilangsungkan sejak 11 Februari hingga 21 Februari mendatang. Berapa biaya yang dihabiskan untuk pesta genap 10 hari 10 malam itu?

“Kisarannya hingga Rp 7 miliar. Biaya untuk artisnya memang besar, tapi kami lebih banyak habiskan juga untuk katering,” kata Putra.

Alokasi besar untuk makanan ini karena semua warga Binuang diundang untuk pesta. Ya, semua. Siapapun bisa menonton atraksi para artis ibukota, dan bagi yang hadir di acara resepsi, pihak keluarga ingin memastikan bahwa semua undangan tidak ada yang tidak kebagian makanan. Ini pesta sang raja, untuk pangerannya. 

Angka Rp 7 miliar ini hanya sedikit di bawah biaya pesta pasangan selebritis Raffi Ahmad dan Nagita Slavina pada 2014 lalu yang disebut-sebut menelan Rp 10 miliar. Bedanya, pernikahan H. Yudha di Kalimantan ini sama sekali tidak memakai sponsor komersial, kecuali donasi dari sanak relasi. Tidak semua artis mau membuka berapa banyak dibayar untuk menjadi pengisi acara di sana, tapi memang rata-rata berkisar ratusan juta.

Salah satu pengisi acara di pesta itu adalah Wali Band. Manager Wali Band, Aji, mengaku untuk mengisi acara di sana tarifnya sama saja dengan di ibu kota yakni kisaran Rp 110 hingga Rp 150 juta sekali manggung.

“Itu di luar riders, standarnya sih seperti tiket, uang makan, ya yang wajar saja,” kata Aji ketika dihubungi CNBC Indonesia.

Wajar artinya paket Rp 150 juta itu belum termasuk dengan tiket pesawat, akomodasi penginapan, makanan, dan lainnya. Untuk para penyanyi dangdut, tak jarang mereka juga bahkan mendapat bonus saweran dari para undangan yang bisa naik ke atas panggung.

Wali, kata Aji, termasuk salah satu band yang lumayan sering diundang oleh mereka.

“Sudah dari empat atau lima tahun lalu. Enggak hanya untuk pernikahan tapi event lainnya juga."

Aji menjelaskan kalau tim Wali Band mengisi acara pernikahan untuk panggung yang digelar secara outdoor karena memang dibagi menjadi dua area, dalam dan luar. Panggung outdoor ditujukan untuk menghibur warga sekitar. Wali memainkan 12 lagu tanpa jeda selama kurang lebih satu setengah jam.

"Mereka set-nya ada yang dekat pelaminan dan outdoor. Wali di outdoor karena memang untuk hiburan rakyat. Enggak ada rundown acara, ya memang untuk hiburan saja," sambung Aji.

Pesta masih terus berlangsung hingga tulisan ini diturunkan, ribuan warga dipastikan masih bisa menikmati hiburan gratis hingga Rabu nanti.

“Kami memang mengkontribusikan acara ini untuk warga Binuang,” kata Putra. Meski H.Ciut dikenal sebagai Raja Tambang di Kalimantan Selatan dengan kekayaannya yang berlimpah. Sebut saja kolam renang pribadi, rumah bak istana, koleksi mobil mewah, dan pemilik motor gede, tapi toh di Jakarta hampir tak ada yang tahu nama beliau sampai pagelaran resepsi putranya menjadi viral di sosial media. 

H. Ciut bersama dengan kakaknya, H. Ijay, berjaya karena bisnis batu bara. Dulu, mereka memiliki perusahaan PT. Batu Gunung Mulia, namun Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan ini habis pada 2014.

Kemudian mereka mendirikan PT Binuang Mitra Bersama, tak hanya memiliki IUP mereka juga mengantongi izin trading dari pemerintah. IUP artinya mereka memiliki tambang batu bara, dan sekaligus penjualannya.

Binuang Mitra Bersama terdaftar di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 2013. Tercatat memiliki area tambang seluas 300 hektar lebih dan memiliki 1.000 karyawan.

Dalam sebulan, perusahaan ini bisa memproduksi sekitar 1 juta hingga 2 juta ton batu bara.

“Tergantung kebutuhan pasar, kalau sedang tinggi seperti ini bisa semakin banyak,” kata Putra yang sekaligus berperan sebagai marketing perusahaan.

Sebagian besar hasil produksi tambang mereka dijual untuk kebutuhan domestik. Klien tetap mereka di antaranya PT Kalimantan Prima Persada/KPP (anak usaha dari PT Pama Persada Nusantara), PT Pama Persada Nusantara, Semen Indonesia, PLN, dan industri lainnya.

“Tapi paling banyak ke KPP,” kata Putra.

KPP dan Pama adalah perusahaan yang masih terafiliasi dengan PT United Tractors Tbk dan PT Astra International Tbk. PAMA, menurut situs perusahaan, sudah berkongsi dengan Batu Gunung Mulia sejak 2005 dengan pasokan sebanyak 2 juta ton per tahun.

Gelaran pesta hingga 10 hari 10 malam, kata Putra, juga tak lepas dari bisnis batu bara yang kembali bergeliat sejak 2017 lalu.

Seperti diketahui harga batu bara sempat turun sejak 2012 hingga 2016, dengan titik terendah harga jual bisa berada di bawah US$50 per ton. Tetapi harga batu bara kembali merangkak naik sejak pertengahan 2017 dan berdampak pada bisnis H.Ciut.

“Dulu sewaktu down, kami cuma bisa jual Rp 300 ribu per ton, sekarang bisa sampai Rp 500 ribu per ton."

Bisa dibayangkan, jika untuk memanggil Ayu Ting-Ting butuh anggaran sekitar Rp 200 juta secara kasar, H. Ciut setidaknya butuh mengeruk hingga 400 ton batu bara dari perut bumi.

Jika jumlah ini dimasukkan dalam truk tronton berkapasitas 10 ton, maka tarif Ayu Ting-Ting setara dengan 40 truk tronton batu bara. Mengutip salah seorang petinggi di Direktorat Jenderal Mineral Batu Bara Kementerian ESDM yang tak mau disebut namanya, raja-raja seperti H.Ciut ini berjumlah ratusan di Kalimantan. Mengutip Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, batu bara dan bijih besi merupakan komoditas unggulan provinsi Kalimantan Selatan yang juga dikenal sebagai produsen intan terbesar di Indonesia.

Pada tahun 2013, produksi batu bara di Kalimantan Selatan mencapai 162,95 juta ton, atau sekitar 35,54% dari total produksi batu bara nasional.

Volume produksi sebesar itu disumbang oleh 13 perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) dan 160 perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Apabila ditinjau dari struktur ekonominya, sektor pertambangan dan penggalian memang berkontribusi paling besar bagi pertumbuhan ekonomi regional Kalimantan Selatan, yakni konsisten menyumbang lebih dari 25% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam 7 tahun terakhir.
Di Balik Resepsi Mewah Anak Raja Tambang Batu Bara
Kalimantan Selatan juga mencuri perhatian Presiden Joko Widodo. Menurut Presiden ke-7 RI, ketergantungan Kalimantan Selatan terhadap komoditas tambang menyimpan kerentanan. Dengan sumber daya yang dimilikinya, Kalimantan Selatan harus fokus mengembangkan industri pengolahan.

Dari sisi kemiskinan, pada bulan September 2017, persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan tercatat sebesar 4,7%.  Nilai tersebut merupakan yang terendah di Pulau Kalimantan, di mana persentase tertinggi dibukukan oleh Provinsi Kalimantan Barat yakni sebesar 7,86%. Persentase penduduk miskin kerap bertambah ketika harga komoditas anjlok.

Seiring dengan naiknya harga komoditas, perlahan porsi angka kemiskinan pun semakin mengecil. Ini diakui juga oleh kerabat H.Ciut, Rezki Ananta Putra.

“Waktu harga turun di 2015 lalu, aktivitas bisnis sepi. Tak ada jasa transportasi di bandara, sewa transportasi, alat angkut hampir semuanya turun. Kini perlahan pulih lagi karena harga batu bara juga mulai naik.”
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular