
Startup
Aplikasi Pesan Antar Ubah Wajah Industri Makanan China
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
15 February 2018 11:36

Shanghai, CNBC Indonesia – Sejak tahun lalu, Guo Bonan, 29 tahun, telah membuka beberapa cabang restoran makanan pedas ala Sichuan bernama 8Peppers di seluruh Shanghai, dan tidak ada satu pun yang memiliki ruang makan khusus.
Bahkan, Guo sebenarnya tidak butuh ruang makan. Di setiap toko, motor pengiriman makanan berjejer di luar menanti makanan yang akan diantar dari dapur ke rumah-rumah, perkantoran, dan pabrik di seluruh kota dengan 24 juta penduduk tersebut.
Jasa antar makanan berbasis aplikasi di China yang menjamur dua tahun belakangan telah memperkenalkan beberapa fenomena yang kini familiar. Di antaranya adalah keluarga dan pekerja kantoran yang berkerumun sambil memegang ponsel untuk memesan makanan, motor-motor skuter yang diparkir sembarangan di trotoar sempit, dan wadah makanan dari plastik yang menumpuk, seperti dilansir dari AFP.
Namun, hal tersebut juga menimbulkan perubahan besar berupa menyusutnya jumlah restoran dan berkurangnya intensitas keluarga memasak di rumah. Sementara itu, jutaan orang memanfaatkan dapur mereka untuk memasak makanan dan mengirimkannya ke pembeli yang lapar.
“Di kota yang berkembang sangat cepat seperti Shanghai, waktu adalah uang. Jadi, orang tidak mau lagi menggunakan waktunya untuk masak sendiri,” kata Guo.Ia menambahkan banyak orang muda seperti dirinya yang berhenti belajar memasak.
Fokus 8Peppers murni pada layanan pengiriman lewat kanal terkemuka seperti Ele.me dan Meituan dan menghindari pengeluaran untuk membayar pelayan dan mengurus ruang makan.
Bisnisnya pun bagus. Saat ini, 8Peppers memiliki 10 cabang dan Guo bermitra dengan beberapa dapur yang terpisah dengan delapan tokonya. Ia juga berencana untuk menambah ratusan toko secara nasional.
Selain sangat mencintai makanan, masyarakat China juga pengadopsi e-commerce yang sangat antusias. Kedua hal tersebut adalah kombinasi potensial untuk perusahaan rintisan (startup) di bidang pengiriman.
Makanan dengan nilai lebih dari 200 miliar yuan (US$32 miliar atau senilai Rp 433,7 triliun) diantarkan sepanjang tahun 2017, atau setara dengan produk domestik bruto (PDB) Bolivia. Lembaga konsultan iiMedia Research memprediksi jumlah tersebut akan meningkat sekitar 20% tahun ini.
Sementara itu, Pusat Informasi Jaringan Internet China (China Internet Network Information Center) mengatakan pengguna fasilitas pemesanan makanan pun meningkat tiga kali lipat selama dua tahun mencapai 343 miliar di tahun 2017, sebagian besar mengakses lewat aplikasi ponsel.
(prm) Next Article Pangeran Harry Punya Job Baru, Eksekutif Perusahaan Ini
Bahkan, Guo sebenarnya tidak butuh ruang makan. Di setiap toko, motor pengiriman makanan berjejer di luar menanti makanan yang akan diantar dari dapur ke rumah-rumah, perkantoran, dan pabrik di seluruh kota dengan 24 juta penduduk tersebut.
Jasa antar makanan berbasis aplikasi di China yang menjamur dua tahun belakangan telah memperkenalkan beberapa fenomena yang kini familiar. Di antaranya adalah keluarga dan pekerja kantoran yang berkerumun sambil memegang ponsel untuk memesan makanan, motor-motor skuter yang diparkir sembarangan di trotoar sempit, dan wadah makanan dari plastik yang menumpuk, seperti dilansir dari AFP.
“Di kota yang berkembang sangat cepat seperti Shanghai, waktu adalah uang. Jadi, orang tidak mau lagi menggunakan waktunya untuk masak sendiri,” kata Guo.Ia menambahkan banyak orang muda seperti dirinya yang berhenti belajar memasak.
Fokus 8Peppers murni pada layanan pengiriman lewat kanal terkemuka seperti Ele.me dan Meituan dan menghindari pengeluaran untuk membayar pelayan dan mengurus ruang makan.
Bisnisnya pun bagus. Saat ini, 8Peppers memiliki 10 cabang dan Guo bermitra dengan beberapa dapur yang terpisah dengan delapan tokonya. Ia juga berencana untuk menambah ratusan toko secara nasional.
Selain sangat mencintai makanan, masyarakat China juga pengadopsi e-commerce yang sangat antusias. Kedua hal tersebut adalah kombinasi potensial untuk perusahaan rintisan (startup) di bidang pengiriman.
Makanan dengan nilai lebih dari 200 miliar yuan (US$32 miliar atau senilai Rp 433,7 triliun) diantarkan sepanjang tahun 2017, atau setara dengan produk domestik bruto (PDB) Bolivia. Lembaga konsultan iiMedia Research memprediksi jumlah tersebut akan meningkat sekitar 20% tahun ini.
Sementara itu, Pusat Informasi Jaringan Internet China (China Internet Network Information Center) mengatakan pengguna fasilitas pemesanan makanan pun meningkat tiga kali lipat selama dua tahun mencapai 343 miliar di tahun 2017, sebagian besar mengakses lewat aplikasi ponsel.
(prm) Next Article Pangeran Harry Punya Job Baru, Eksekutif Perusahaan Ini
Most Popular