
Internasional
Huawei Jadi Bulan-bulanan AS, Ini Cerita Lengkapnya
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 January 2019 17:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou ditahan di Vancouver, Kanada, 1 Desember lalu, bertepatan dengan makan malam yang menghasilkan gencatan senjata perang dagang antara presiden Amerika Serikat (AS) dan China.
Belakangan diketahui penahanan tersebut dilakukan atas permintaan ekstradisi AS karena Meng Wanzhou dan raksasa teknologi asal China yang dipimpinnya diduga melanggar sanksi Negeri Paman Sam terhadap Iran.
Sejak saat itu, berita penangkapan itu bergulir menjadi bola salju yang memanaskan hubungan China dan Kanada hingga dugaan bahwa penahanan Meng Wanzhou akan digunakan Presiden AS Donald Trump sebagai salah satu senjata dalam perundingan perdagangannya dengan China.
Meng Wanzhou akhirnya dibebaskan dengan jaminan US$7,4 juta pada 11 Desember dan sekarang tinggal di salah satu dari dua rumah mewahnya yang bernilai miliaran dolar AS di Vancouver sembari melawan proses ekstradisi ke Negeri Paman Sam.
Sebenarnya, tindak pidana yang dituduhkan jaksa federal di New York kepada Meng Wanzhou terjadi di masa kepemimpinan mantan Presiden Barack Obama dan penyidikannya sudah dimulai sebelum Trump mengambil alih Gedung Putih. Kasusnya pun pada awalnya hanya sedikit terkait dengan sanksi internasional dan lebih banyak merupakan kasus penipuan biasa, dilansir dari Quartz, Jumat (11/1/2019).
Pemicu penyelidikan tersebut pada awalnya adalah kantor berita Reuters yang kali pertama melaporkan di 2012 bahwa Huawei memiliki hubungan erat dengan perusahaan lainnya bernama Skycom. Skycom yang terdaftar di Hong Kong dilaporkan menawarkan untuk menjual kembali berbagai produk teknologi AS yang diembargo yang dibeli Huawei di Iran.
Tindakan tersebut adalah sebuah pelanggaran terhadap aturan ekspor AS.
Huawei membantah jual beli itu terjadi dan mengatakan perusahaan sepenuhnya mematuhi hukum Negeri Paman Sam.
Namun setahun kemudian, Reuters melaporkan bahwa CFO Huawei Meng Wanzhou ada dalam daftar kepengurusan Skycom di 2008 dan 2009. Para pegawai Skycom menggunakan kartu identitas Huawei dan menggunakan alamat email Huawei.
Dengan kata lain, ini bukanlah soal perusahaan besar yang mungkin saja sedang dicurangi oleh perantara yang tidak bermoral namun perusahaan besar itulah yang sepertinya mengendalikan perantara tersebut.
Laporan itu merugikan satu pihak yang penting, yaitu bank-bank asal AS yang menjadikan Huawei nasabahnya. Bank-bank tersebut diwajibkan oleh aturan hukum untuk memastikan bahwa dolar yang mereka salurkan tidak digunakan untuk menjalankan transaksi keuangan dengan Iran.
Mereka memerlukan penegasan dari Huawei bahwa perusahaan tidak menggunakan perusahaan cangkang untuk melanggar sanksi AS.
Karena itu, Meng Wanzhou pada 2013 datang ke New York untuk bertemu dengan bankir-bankirnya. Ia meyakinkan mereka bahwa kendalinya terhadap Skycom dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan mereka terhadap hukum internasional dan bahwa Huawei telah menjual seluruh sahamnya di entitas tersebut, menurut dokumen jaksa AS yang disetor ke Kanada.
Faktanya, Huawei menjual saham Skycom ke perusahaan cangkang lainnya yang juga dikendalikan oleh rakasasa teknologi China itu. Laporan baru Reuters mengungkapkan bahwa manajer tinggi Skycom adalah pejabat eksekutif Huawei dan beberapa warga negara China secara bersamaan mengendalikan rekening-rekening bank Skycom dan Huawei.
Dengan demikian, inti kasus yang dikejar jaksa AS adalah dugaan misinterpretasi dalam pertemuan Meng dan para bankir di 2013. Mereka berargumentasi bahwa bank-bank AS telah ditipu untuk melakukan transaksi keuangan ilegal oleh Huawei dan Meng.
Para jaksa kemudian mengeluarkan subpoena pengadilan kepada anak usaha Huawei di AS pada April 2017 dan mengungkapkan penyelidikan tersebut. Sejak saat itu, mereka menduga perusahaan telah memindahkan karyawan pentingnya keluar AS dan berhenti mengizinkan pejabat eksekutifnya mengunjungi Negeri Paman Sam.
Hal itulah yang menuntun jaksa pada permohonan ekstradisi di Kanada untuk menahan Meng ketika ia berkunjung di 2018.
Dengan demikian, jelas bahwa bila seorang warga AS atau Jerman, misalnya, diduga memberikan keterangan yang menyesatkan mengenai perusahaan cangkang untuk melanggar aturan AS, mereka juga akan dituntut secara hukum.
[Gambas:Video CNBC]
(prm/roy) Next Article Trump Gerilya Bujuk Sekutunya Blokir Produk Huawei
Belakangan diketahui penahanan tersebut dilakukan atas permintaan ekstradisi AS karena Meng Wanzhou dan raksasa teknologi asal China yang dipimpinnya diduga melanggar sanksi Negeri Paman Sam terhadap Iran.
Sejak saat itu, berita penangkapan itu bergulir menjadi bola salju yang memanaskan hubungan China dan Kanada hingga dugaan bahwa penahanan Meng Wanzhou akan digunakan Presiden AS Donald Trump sebagai salah satu senjata dalam perundingan perdagangannya dengan China.
![]() |
Sebenarnya, tindak pidana yang dituduhkan jaksa federal di New York kepada Meng Wanzhou terjadi di masa kepemimpinan mantan Presiden Barack Obama dan penyidikannya sudah dimulai sebelum Trump mengambil alih Gedung Putih. Kasusnya pun pada awalnya hanya sedikit terkait dengan sanksi internasional dan lebih banyak merupakan kasus penipuan biasa, dilansir dari Quartz, Jumat (11/1/2019).
Pemicu penyelidikan tersebut pada awalnya adalah kantor berita Reuters yang kali pertama melaporkan di 2012 bahwa Huawei memiliki hubungan erat dengan perusahaan lainnya bernama Skycom. Skycom yang terdaftar di Hong Kong dilaporkan menawarkan untuk menjual kembali berbagai produk teknologi AS yang diembargo yang dibeli Huawei di Iran.
Tindakan tersebut adalah sebuah pelanggaran terhadap aturan ekspor AS.
Huawei membantah jual beli itu terjadi dan mengatakan perusahaan sepenuhnya mematuhi hukum Negeri Paman Sam.
Namun setahun kemudian, Reuters melaporkan bahwa CFO Huawei Meng Wanzhou ada dalam daftar kepengurusan Skycom di 2008 dan 2009. Para pegawai Skycom menggunakan kartu identitas Huawei dan menggunakan alamat email Huawei.
Dengan kata lain, ini bukanlah soal perusahaan besar yang mungkin saja sedang dicurangi oleh perantara yang tidak bermoral namun perusahaan besar itulah yang sepertinya mengendalikan perantara tersebut.
![]() |
Laporan itu merugikan satu pihak yang penting, yaitu bank-bank asal AS yang menjadikan Huawei nasabahnya. Bank-bank tersebut diwajibkan oleh aturan hukum untuk memastikan bahwa dolar yang mereka salurkan tidak digunakan untuk menjalankan transaksi keuangan dengan Iran.
Mereka memerlukan penegasan dari Huawei bahwa perusahaan tidak menggunakan perusahaan cangkang untuk melanggar sanksi AS.
Karena itu, Meng Wanzhou pada 2013 datang ke New York untuk bertemu dengan bankir-bankirnya. Ia meyakinkan mereka bahwa kendalinya terhadap Skycom dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan mereka terhadap hukum internasional dan bahwa Huawei telah menjual seluruh sahamnya di entitas tersebut, menurut dokumen jaksa AS yang disetor ke Kanada.
Faktanya, Huawei menjual saham Skycom ke perusahaan cangkang lainnya yang juga dikendalikan oleh rakasasa teknologi China itu. Laporan baru Reuters mengungkapkan bahwa manajer tinggi Skycom adalah pejabat eksekutif Huawei dan beberapa warga negara China secara bersamaan mengendalikan rekening-rekening bank Skycom dan Huawei.
Para jaksa kemudian mengeluarkan subpoena pengadilan kepada anak usaha Huawei di AS pada April 2017 dan mengungkapkan penyelidikan tersebut. Sejak saat itu, mereka menduga perusahaan telah memindahkan karyawan pentingnya keluar AS dan berhenti mengizinkan pejabat eksekutifnya mengunjungi Negeri Paman Sam.
Hal itulah yang menuntun jaksa pada permohonan ekstradisi di Kanada untuk menahan Meng ketika ia berkunjung di 2018.
Dengan demikian, jelas bahwa bila seorang warga AS atau Jerman, misalnya, diduga memberikan keterangan yang menyesatkan mengenai perusahaan cangkang untuk melanggar aturan AS, mereka juga akan dituntut secara hukum.
[Gambas:Video CNBC]
(prm/roy) Next Article Trump Gerilya Bujuk Sekutunya Blokir Produk Huawei
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular