Internasional

PM Lee Jadi Sasaran Serangan Cyber Terbesar di Singapura

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 July 2018 14:10
Para peretas mencuri rincian pribadi dan catatan resep pasien yang mengunjungi klinik rawat jalan Singapura antara tanggal 1 Mei 2015 dan 4 Juli tahun ini.
Foto: REUTERS/Aaron Favila/Pool
Singapura, CNBC Indonesia - Para peretas telah menyusupi database kesehatan pemerintah Singapura dalam kasus kebocoran data pribadi terparah di negara itu. Tercatat 1,5 juta data pasien, termasuk resep obat pribadi Perdana Menteri Lee Hsien Loong, telah dicuri, kata pemerintah pada hari Jumat (20/7/2018).

Pejabat pemerintah tidak mengatakan siapa yang berada di balik serangan ini, tetapi pernyataan gabungan dari kementerian kesehatan dan kementerian komunikasi mengisyaratkan tingkat kecanggihan yang tinggi.

"Investigasi dari Badan Keamanan Siber (Cyber Security Agency/ CSA) Singapura dan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi (Integrated Health Information System/ IHiS) mengonfirmasi bahwa ini adalah serangan siber yang disengaja, ditargetkan, dan direncanakan dengan baik," kata pernyataan itu, seperti dilansir dari The Star.

"Itu bukanlah pekerjaan peretas biasa atau geng kriminal."

Para peretas mencuri rincian pribadi dan catatan resep pasien yang mengunjungi klinik rawat jalan Singapura antara tanggal 1 Mei 2015 dan 4 Juli tahun ini, kata pernyataan tersebut.

"Para penyerang secara spesifik dan berulang menargetkan data dan informasi pribadi Perdana Menteri Lee Hsien Loong dari obat-obatan rawat jalannya," kata pernyataan itu.

Perdana Menteri Lee dalam sebuah postingan di Facebook berkata dia tidak tahu informasi apa yang dicari para penyerang.

"Data obat-obatan bukanlah sesuatu yang akan saya bicarakan dengan biasa saja ke orang-orang, tetapi tidak ada yang mengkhawatirkan di situ," katanya.


Serangan siber besar sudah jarang terjadi Singapura yang sangat berinvestasi ke keamanan siber selama satu dekade terakhir. Serangan itu muncul saat negara yang sangat terdigitalisasi itu menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama, baik di dalam negeri maupun negara-negara tetangga di blok kawasan ASEAN.

Seorang pejabat Kementerian Kesehatan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kemungkinan ada "sedikit ketidaknyamanan" karena peretasan ini, tetapi dampak sepenuhnya belum diketahui dengan jelas.

Serangan siber terhadap sistem keamanan meningkat dalam beberapa tahun di seluruh dunia karena catatan medis dapat memberi informasi berharga baik kepada badan mata-mata pemerintah maupun peretas kriminal yang ingin memperoleh untung dari pencurian identitas.

"Data medis mengandung segudang informasi - dari data pribadi yang dapat diidentifikasi sampai rincian keuangan - yang bisa digunakan untuk menciptakan paduan paling dicari dari seseorang," kata Leonard Kleinman selaku penasehat Asia Pacific untuk perusahaan keamanan siber RSA.

"Sebab itu bisa mengandung segala jumlah dan tingkat informasi, institusi kesehatan adalah salah satu industri paling diincar para kriminal yang bisa dimotivasi oleh banyak kemungkinan alasan," katanya.

Singapura akan membentuk sebuah komisi penyelidikan untuk memeriksa peretasan dan segera bergerak guna memperkuat pertahanan pemerintah terhadap serangan siber, kata Kementerian Komunikasi dalam pernyataan terpisah.
(prm) Next Article Siap-siap! 2 Bulan Lagi Bisa Bayar Transportasi Umum via Grab

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular