CNBC Indonesia Awards 2021

Sunarso, CEO yang Menggerakkan

Tri Putra & Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 December 2021 09:31
Direktur Utama BRI, Sunarso
Foto: Direktur Utama BRI, Sunarso (Foto: ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua tahun menakhodai bank berjaringan terbesar nasional PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso membawa perusahaan yang dipimpinnya lincah bertransformasi berkat pola kepemimpinan yang efektif menggerakkan seluruh anak buahnya.

Menjabat posisi nomor satu di BRI pada 2019, lulusan MBA UI tersebut harus menghadapi tantangan pandemi Covid-19. Laba bersih BRI pun tergerus 46% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 34,4 triliun pada 2019 menjadi Rp 18,7 triliun pada 2020.

Namun dalam waktu kurang dari setahun, BRI on track menuju fase pemulihan meski UMKM merupakan sektor yang paling terpukul oleh pandemi. Per September tahun ini, kinerja BRI kian positif. Laba bersihnya melesat 36% dari Rp 14,2 triliun ke Rp 19,3 triliun.

Capaian itu ditorehkan bersamaan dengan sejarah baru yakni penyaluran kredit yang menembus angka keramat Rp 1.000 triliun, tertinggi di Republik ini. Pendapatan bunga bersih yang melompat 28% yoy menjadi Rp 71,7 triliun, menjadi yang tertinggi di antara bank raksasa (Kategori Bank dengan Modal Inti/KBMI IV).

Penyebabnya adalah keberhasilan melakukan transformasi digital, sehingga layanan BRI tetap berjalan. Di bawah kepemimpinan Sunarso, BRI mengalami transformasi besar-besaran karena digitalisasi dijalankan tak hanya di tataran infrastruktur, melainkan di sistem dan budaya kerja.

Tak berhenti dengan digitalisasi layanan BRI, Sunarso mengubah PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) menjadi bank murni digital. Anak usahanya tersebut tengah memproses perizinan untuk menjadi Bank Raya agar bisa menggarap bisnis di segmen gig economy lebih leluasa.

Di bawah Sunarso, anak usaha BRI di bidang asuransi yakni PT Asuransi BRI Life (BRI Life) digandeng investor strategis Asia yakni FWD Financial Services Pte. Ltd. Perusahaan asuransi global itu membeli 29,86% saham BRI Life melalui penerbitan saham baru (rights issue).

Aksi korporasi itu mengikuti anak usaha BRI lainnya, yakni PT Bank BRI Syariah Tbk (BSI) yang sukses menggelar merger dengan dua bank syariah milik bank BUMN yakni PT Bank Syariah Mandiri dan PT BNI Syariah.

Hasilnya, BRIS menjelma menjadi raksasa baru bank syariah dunia, dan berada di posisi 21 terbesar sedunia dari sisi aset (per Juni 2021). Dengan aset setara US$ 17,3 miliar, BSI mengekor Public Islamic Bank asal Malaysia yang asetnya sebesar US$ 17,8 miliar.

Namun jika bicara kapitalisasi pasar, emiten berkode saham BRIS tersebut menjadi bank syariah terbesar ke-11 dunia dengan nilai kapitalisasi US$ 6 miliar. Ia hanya perlu selangkah lagi untuk masuk 10 besar, alias kasta tertinggi bank syariah dunia.

Di tengah situasi yang sulit seperti sekarang, Sunarso justru sukses menorehkan sejarah baru, dengan melakukan aksi korporasi berupa Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue senilai Rp 96 triliun.

Aksi korporasi ini dilakukan sebagai bagian formal dari proses pembentukan holding Ultra Mikro (UMi), dengan mengkonsolidasikan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di bawah BRI.

Meskipun nilai transaksinya jumbo dan menjadi yang terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, BRI sukses melaksanakan hajatan besar tersebut. Mayoritas investor pemegang saham BBRI mengeksekusi haknya (rights) yang berarti mereka optimistis terhadap prospek bisnis BRI.

Umumnya, investor bereaksi negatif terhadap rencana rights issue karena memaksa mereka merogoh kocek guna mempertahankan porsi persentase kepemilikan sahamnya. Namun dalam konteks BRI, investor justru menyambut positif karena rights issue itu merupakan bagian dari rencana strategis yang bakal memperkuat BRI dalam jangka panjang.

Hal ini terbukti dari lonjakan harga sahamnya di pasar, hingga telah kembali dan bahkan melampaui level pra-pandemi. Akhir pekan lalu, saham BBRI ditutup di angka Rp 4.130/unit atau kembali ke level penutupan 26 Februari 2020, sebelum pandemi meledak di Tanah Air.

Sebagai holding UMi, BRI menciptakan efisiensi berkat sistem dan budaya digital serta kepiawaian jajaran manajemen di bawah Sunarso. Hal ini terlihat dari biaya dana (cost of fund) yang turun 130 basis poin (bp) ke 2,14% seiring dengan pertumbuhan CASA dan perbaikan imbal hasil.

Keberhasilan melakukan aksi korporasi jumbo dan integrasi bisnis antara PNM dan Pegadaian dengan BRI, menambah daftar pembuktian kepemimpinan Sunarso yang tak hanya memberi komando dan inspirasi, melainkan juga menggerakkan dan mengubah sistem serta kultur BRI.

Atas capaiannya tersebut, Sunarso terpilih menjadi pemenang penghargaan The Best CEO 2021 di ajang CNBC Indonesia Awards, mengalahkan nominee para CEO dari berbagai sektor (baik sektor riil maupun perbankan). Sunarso meraih skor 91 (dari 100).

Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap kinerja CEO dari berbagai sektor yang memenuhi kriteria. Aspek penilaian terutama pada konsep adaptasi yang disiapkan, kebijakan yang dijalankan, dan efeknya terhadap brand perception terkait kultur perusahaan, serta kinerja keuangan.

Data kami kumpulkan melalui riset kualitatif dari publikasi resmi perseroan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), serta media monitoring terhadap 10 media utama nasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular