CNBC Indonesia Awards 2021
Royke Tumilaar, Mendobrak Pasar Mancanegara

Jakarta, CNBC Indonesia - Royke Tumilaar adalah sosok senior di dunia perbankan. Pria asal Manado ini menjadi Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia TBk (BNI) dengan misi utama memperkuat kinerja perseroan dan membawanya go global.
Sebelum di BNI, Royke adalah bankir senior dengan masa pengabdian 32 tahun, di mana 10 tahun di antaranya dia mendapat kepercayaan menduduki jabatan direktur, utamanya di bank pelat merah yaitu Bank Mandiri.
Pria yang lahir 57 tahun silam tersebut bergabung di Bank Mandiri pada tahun 1999, setelah PT Bank Dagang negara mengalami merger dengan PT Bank Bumi Daya (BBD), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
Sepak terjang dan prestasi gemilang Royke membuatnya dipercaya menduduki jajaran direksi. Di bank BUMN tersebut, berbagai jabatan direksi telah dijalani mulai dari direktur Treasury, Corporate Banking, Wholesale Banking hingga Direktur Utama pada 2019-2020 sebelum akhirnya pindah ke BNI.
Sebagai bankir senior, Royke mendapatkan mandat besar untuk membangkitkan kembali kejayaan BNI yang tertekan akibat pandemi dan membawanya ke tingkat global. Sebagaimana diketahui, BNI memiliki eksposur besar di segmen corporate banking.
Ketika pandemi menerjang, dunia usaha pun terpukul sehingga permintaan kredit korporasi melemah dan secara bersamaan outsanding kredit yang dimiliki pelaku usaha menghadapi persoalan sehingga rasio kredit bermasalah meningkat, termasuk di BNI.
Hanya saja dalam kurun waktu satu tahun, lewat tangan dingin Royke, BNI mampu menjelma menjadi bank dengan pertumbuhan laba paling tinggi jika dibandingkan dengan bank sekelasnya.
Per September 2021, BNI tercatat membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasi sebesar Rp 7,75 triliun pada September 2021 atau per kuartal III, meningkat 79,33% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 4,32 triliun.
Ini merupakan pertumbuhan laba bersih tertinggi di antara bank raksasa nasional (Kategori Bank dengan Modal Inti/KBMI IV). Kuncinya terletak pada efisiensi, yang membuat bank BUMN tersebut sukses mencatatkan turnaround story.
Meskipun pendapatan bunga turun 4% secara tahunan menjadi Rp 37,5 triliun, pendapatan bunga bersih terhitung melesat 8% menjadi Rp 29,6 triliun berkat pemangkasan beban bunga yang mencapai 40%.