CNBC Indonesia Awards 2021
Jahja Setiaatmadja, Pemimpin Adaptif Era Bank Digital

Jakarta, CNBC Indonesia - Jahja Setiaatmadja adalah bankir senior yang memimpin bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Kepiawaiannya semakin teruji di tengah tahun pemulihan pandemi, dengan berbagai terobosan.
Pria berusia 65 tahun tersebut adalah sosok yang sudah malang melintang di dunia keuangan. Mengawali karirnya sebagai akuntan di firma PricewaterhouseCooper, Jahja sempat menjabat berbagai posisi manajerial di perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk.
Prestasinya yang cemerlang mencuri perhatian Grup Salim yang mengantarkan Jahja menduduki jabatan direksi di PT Indomobil pada periode 1980-1989. Di perusahaan otomotif tersebut Jahja didapuk sebagai direktur keuangan.
Kemudian, Jahja mulai berkiprah di industri perbankan sejak tahun 1999 di bank BCA yang saat itu masih dikendalikan oleh Grup Salim. Dia memegang posisi direktur selama 6 tahun. Selanjutnya pada 2006-2011 Jahja dipercaya untuk menjadi Deputi Presiden Direktur BCA.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BCA pada 17 Juni 2011, Jahja resmi diangkat sebagai Presiden Direktur BCA. Hingga kini, Grup Djarum sebagai pemegang saham pengendali baru di BCA menumpukan kepercayaan padanya untuk memimpin BCA hingga 5 tahun ke depan.
Di bawah kepemimpinannya, kinerja BCA terus melesat sehingga saham perseroan di pasar terus diburu investor domestik dan asing, dan terus mencatatkan penguatan sejak Jahja berkiprah di posisi tertinggi bank tersebut.
Saham BBCA tercatat sudah melesat 362% sejak tahun 2011. Itu artinya return tahunan dari saham ini di luar dividen mencapai 36%. Tentu saja ini angka yang sangat fantastis mengingat rata-rata return saham hanya di kisaran 10%.
Harga saham yang konsisten dalam tren menguat tersebut tak terlepas dari kinerja keuangan BCA yang selalu bertumbuh. Secara rerata pertahun (compounded annual growth rate/CAGR), laba bersih BCA konsisten tumbuh 7,06% sejak 2015.
Sebagai informasi, laba bersih BCA masih berada di kisaran Rp 18 triliun enam tahun lalu. Namun pada tahun 2020, laba bersih BCA mencapai Rp 27,1 triliun. Pandemi Covid-19 tahun lalu hanya membuat laba bersih BCA menurun 5,2% (secara tahunan).
Kinerja tersebut masih lebih baik dari capaian bottom line bank kakap lainnya seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk yang laba bersihnya tertekan 42,7%, PT Bank Mandiri Tbk yang anjlok 37,8% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk yang terpukul hingga 78,6%.