
Luhut, Jenderal Lapangan Perang Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), dia juga dikenal sebagai panglima perang melawan Covid-19 untuk area Jawa dan Bali sejak awal Juli lalu. Hampir tak ada masyarakat Indonesia yang tak kenal dia.
Dialah Luhut Binsar Panjaitan (LBP), mantan Jenderal TNI sekaligus pendiri Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor). Namanya kian berkibar setelah menjadi bagian dari pengusung Joko Widodo (Jokowi) untuk hijrah dari posisi walikota Solo menjadi gubernur DKI Jakarta dan kemudian melompat menjadi presiden Republik Indonesia.
Sosok Luhut sebenarnya sudah malang melintang sebagai pejabat publik sejak era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Saat ini, Luhut berkiprah di kabinet Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Di masa kepemimpinan Jokowi, reformasi besar-besaran dalam bidang pajak, birokrasi hingga perbaikan iklim usaha menjadi prioritas utama. Seiring dengan berjalannya reformasi yang dilakukan, investasi asing diharapkan membanjiri RI dan menjadi motor penggerak ekonomi.
LBP sejak tahun lalu tercatat intens menarik investasi asing melalui negosiasi langsung. Di awal September 2020, LBP bertemu dengan orang terkaya Australia Andrew Forest selaku pendiri perusahaan bijih besi. Hasilnya, Indonesia mengantongi Letter of Intent/LOI terkait kesepakatan untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.
Lobi-lobi tersebut kemudian dilanjutkan pada awal Oktober tahun lalu. Pria kelahiran 28 September 1947 tersebut diutus oleh Presiden Jokowi guna menemui Menlu China, Wang Yi. Pertemuan tersebut membahas soal Kerjasama perdagangan dan investasi di bidang kesehatan, vaksin, pendidikan dan riset serta e-commerce.
Setelah bertolak dari China, lawatan dilanjutkan ke Gedung Putih pada 15-19 Oktober. Di AS, LBP gencar melakukan lobi dengan investor agar mau menanamkan modalnya ke Indonesia. Hasilnya, International Development Finance Corporation (IDFC) menyiapkan US$ 2 miliar (Rp 14 triliun) untuk berinvestasi di Indonesia lewat Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Indonesia.
Tidak berhenti di situ, LBP dan Menteri BUMN Erick Thohir juga berkunjung ke Jepang. Dalam kunjungan tersebut duet LBP-Erick sukses mengantongi dukungan dari Bank Kerja Sama Internasional Jepang (JBIC) sebesar US$ 4 miliar atau setara dengan Rp 57 triliun untuk LPI.
Terakhir yang paling fantastis, LBP bertolak ke Timur Tengah untuk bertemu dengan Pangeran Uni Emirat Arab (UEA) dan menawarkan proyek investasi bernilai jumbo untuk menggarap proyek kilang Pertamina dengan nilai mencapai US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 280 triliun.
Di bawah kepemimpinan LBP, Kemenkomarves menargetkan investasi asing diarahkan untuk membangun industri masa depan. Salah satunya adalah mobil listrik. Luhutlah menteri yang menjadi penggebuk percepatan hilirisasi mineral.
Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 Indonesia memiliki 53 smelter yang beroperasi. Jumlah tersebut terdiri dari empat smelter tembaga, 30 smelter nikel, 11 smelter bauksit, empat smelter besi, dua smelter mangan, dan dua smelter timbal dan seng.
Saat ini, jumlah smelter yang telah beroperasi sebanyak 23 unit, menyusul tambahan tiga smelter nikel dan satu smelter timbal dan seng. Terbaru, Luhut meresmikan smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pulau Obi, Maluku Utara, pada Rabu (23/06/2021).
Smelter HPAL ini dioperasikan oleh PT Halmahera Persada Lygend (HPL) dan diperkirakan menyedot investasi lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,4 triliun. Dengan demikian, Indonesia memiliki industri baru yang terintegrasi dari Timur sampai ke Barat di sektor mineral.
"Kita harap tahun 2024 sudah produksi lithium baterai dan produksi nanti battery pack sampai 100 megawatt (MW) untuk simpan energi. Mobil listrik akan lebih awal produksi, hanya baterai akhir 2023 atau 2024," kata Luhut seperti dikutip CNBC International pada Sabtu (19/06/2021).
Kiprah LBP untuk perekonomian RI tidak hanya soal investasi, tetapi juga di sektor kesehatan terutama terkait dengan penanggulangan pandemi Covid-19. Wajar saja, naik-turunnya nilai investasi sangat bergantung pada kondisi pandemi.
Ketika pandemi memuncak pada kuartal II-2020, investasi pun ambles. Demikian juga ketika gelombang kedua menghantam pada Juli 2021. Kala itu, kasus infeksi harian sempat tembus angka 50.000 naik berkali-kali lipat dari puncak Covid-19 gelombang pertama.
Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa palung anjloknya investasi langsung baik dari dalam maupun luar negeri terjadi ketika pandemi memburuk. Tidak heran, Luhut ditempatkan di garda terdepan untuk mengurusi penanganan Covid-19.
Ketika menjadi panglima perang melawan pandemi di area Jawa dan Bali, Luhut sukses membawa Indonesia keluar dari jeratan gelombang kedua Covid-19. Kasus terus mencatatkan penurunan. Bahkan di awal bulan Desember ini kasus baru yang tercatat berada di bawah angka 200 per hari.
Dengan menimbang kiprah dan peran krusial tersebut, Luhut Binsar Pandjaitan terpilih menjadi peraih penghargaan The Best Minister di ajang CNBC Indonesia Awards 2021, mengalahkan nominee lain yang berasal dari kalangan menteri. LBP meraih skor 89 (dari skala 1-100).
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap kinerja dan peran krusial mereka sepanjang tahun 2021. Proses penilaian dilakukan pada Oktober-November, melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi pemerintah, sertamedia monitoring terhadap 10 media utamanasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tokopedia, E-Commerce Unggulan Anak Bangsa