Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa yang tak kenal dengan Tokopedia? Bisa dipastikan kaum urban di perkotaan hingga pelosok daerah di Tanah Air telah mengenal platform lokapasar asli Indonesia tersebut.
Mengawali debutnya pada 17 Agustus 2009, Tokopedia adalah perusahaan kecil dengan impian besar. Sang pendiri (founder) yakni William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison mengusung konsep yang terbilang baru pada saat itu.
Mereka punya cita-cita untuk membantu pemerataan ekonomi Indonesia lewat sentuhan digital dengan membangun jembatan kokoh yang menghubungkan jurang pemisah antara kota besar metropolitan dengan desa-desa di pelosok Nusantara.
Satu dekade sudah Tokopedia hadir di Indonesia. Berawal dari langkah kecil yang secara konsisten diambil berpadu dengan semangat dan cita-cita besar, Tokopedia kini menjelma menjadi salah satu perusahaan rintisan (startup) paling bernilai di Tanah Air.
Di kawasan regional maupun global, Tokopedia menjadi perusahaan yang diperhitungkan, sehingga sampai saat ini banyak investor strategis melirik Tokopedia untuk berpartisipasi dalam meningkatkan skalabilitas bisnis maupun mempercepat posisi mereka di pasar Tanah Air.
Dari bisnis yang awalnya bukan apa-apa, Tokopedia telah menjadi startup berstatus unicorn (valuasinya di atas US$ 1 miliar) setelah 10 tahun berjalan. Terbaru, valuasi Tokopedia ditaksir mencapai US$ 8 miliar-US$ 10 miliar. Dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$ perusahaan tersebut sudah bernilai lebih dari Rp 100 triliun.
Pertumbuhan bisnis yang fantastis tersebut tidak hanya didukung oleh size pasar yang besar, melainkan juga strategi yang jitu. Saat pandemi membuat ekonomi terpuruk, skala bisnis Tokopedia justru membesar.
Sebagai informasi, transaksi e-commerce saat pandemi Covid-19 mampu tumbuh 91% secara tahunan (year on year) pada 2020. Hal tersebut dihitung dengan menggunakan pendekatan total transaksi bruto (Gross Merchandise Value/GMV).
Nilai GMV industri e-commerce nasional tahun lalu ditaksir mencapai US$ 40,1 miliar atau setara dengan lebih dari Rp 570 triliun berdasarkan laporan riset Momentum Works. Jika dilihat dari nilai GMV, maka pangsa pasar Tokopedia mencapai 35% atau setara dengan US$ 14 miliar.
Untuk meningkatkan economic of scale bisnisnya, Tokopedia melakukan strategi pemasaran dan branding yang masif dan relevan dengan selera pasar. Saat demam Drama Korea (Drakor) dan Korean Pop (K-Pop) melanda, Tokopedia menarik boyband dan girlband tersohor dari Negeri Ginseng yakni BTS dan Blackpink dalam strategi pemasarannya.
Keduanya kini resmi menjadi duta (brand ambassador) Tokopedia. Tak bisa dipungkiri dalam hal strategi marketing dan branding Tokopedia merupakan yang terdepan dan menjadi pionir jika dibandingkan dengan pesaingnya.
Strategi bisnis baik secara organik maupun anorganik pun ditempuh oleh Tokopedia. Secara anorganik, perseroan melakukan sinergi dengan superapp Gojek menjadi GoTo Group, yang berujung pada lonjakan valuasi mencapai US$ 32 miliar-menurut Reuters.
Jika ditinjau dari sisi strategi pertumbuhan anorganik, konsolidasi tersebut merupakan keputusan yang strategis, karena menciptakan ekosistem digital besar dengan kolam data raksasa. Sinergi itu memungkinkan Tokopedia ditopang Gojek dalam hal logistik dan pengiriman.
GoPay juga bisa menjadi penyedia jasa pembayaran. Demikian juga dengan PT Bank Jago Tbk sebagai mitra potensial dalam pengembangan layanan keuangan.
Sementara itu secara organik, Tokopedia terus memperluas penetrasi melalui akuisisi merchant. Sebagai platform belanja online, merchant adalah kunci utama pendorong pertumbuhan. Semakin banyak merchant, semakin banyak pula pilihan bagi konsumen yang kini kian cerdas.
Ibarat pasar, semakin banyak penjual yang melapak dan menjual produk variatif maka akan semakin menarik dan mengundang pengunjung. Transaksi yang tercipta bisa semakin tinggi, sehingga nilai dari pasar tersebut ikut naik.
Strategi akuisisi merchant yang dilakukan oleh Tokopedia terbukti jitu. Selama masa pandemi jumlah merchant Tokopedia naik 2,5 juta menjadi hampir 10 juta, sekitar 90% di antaranya merupakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Hal ini menjadi keunggulan komparatif perseroan dan juga kelebihannya dalam aspek penciptaan nilai mengingat UMKM memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian. Data pemerintah menyebutkan bahwa UMKM memiliki kontribusi hingga 60% dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
Saat pandemi memukul ekonomi dan memicu resesi, banyak di antara kalangan UMKM ambruk. Di situlah Tokopedia hadir menjadi salah satu agen pendorong ekonomi karena masyarakat bisa berjualan dan memperoleh penghasilan. Ini menciptakan social impact yang besar bagi bangsa Indonesia.
Berbagai strategi perseroan membuahkan hasil positif. Setelah sempat disalip pesaingnya yaitu Shopee, tahun 2021 menjadi titik balik. Tokopedia kembali menyandang status sebagai platform e-commerce paling banyak dikunjungi di Tanah Air, menurut situs agregasi belanja daring iPrice.
Pada kuartal I-2021, pengunjung bulanan website Tokopedia mencapai 135 juta dan menggeser Shopee yang memiliki 127 juta pengunjung. Angka tersebut naik menjadi 148 juta pada kuartal II-2021 dan pada kuartal III bertambah lagi hingga menembus 158 juta.
Melihat data pertumbuhan operasi dan berbagai capaian tersebut, Tokopedia terpilih menjadi pemenang penghargaan The Best E-Commerce 2021 di ajang CNBC Indonesia Awards 2021, mengalahkan nominee di industri lokapasar. Tokopedia meraih skor 98 (dari 100), dengan keunggulan terutama dari aspek penguasaan pasar dan penciptaan nilai bagi masyarakat.
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap pelaku industri e-commerce. Proses penilaian dilakukan pada November melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi perseroan, data regulator, serta media monitoring terhadap 10 media utama nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA