CNBC Indonesia Awards 2021

Hery Gunardi, Arsitek Merger Akbar

Tri Putra & Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 December 2021 09:39
direktur bisnis cecil dan jaringan bank mandiri, hery gunardi
Foto: Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri, Hery Gunardi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di industri perbankan, size does matter karena modal dan aset besar bakal memperkuat kapasitas intermediasi. Merger menjadi cara cepat untuk memperkuat skala bisnis, sayangnya sedikit sekali bankir yang memiliki expertise dalam proses tersebut.

Hery Gunardi adalah salah satu dari sedikit bankir yang memiliki kapasitas manajerial untuk menyiapkan dan memproses merger. Pria kelahiran Bengkulu tahun 1962 ini tercatat membidani dua kelahiran unit bisnis keuangan hasil integrasi, di mana keduanya berjalan sangat sukses.

Proses pertama adalah kelahiran PT Bank Mandiri Tbk, yang tahun ini menjadi bank beraset terbesar, senilai Rp 1.637,95 triliun. Sebagaimana diketahui, bank Mandiri merupakan gabungan empat bank besar yakni Bank Bapindo, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim.

Hery, yang mengawali karir di industri perbankan pada 1991sebagai staf riset dan pengembangan di Bank Bapindo, dipercaya menjadi satu dari sedikit orang yang menyiapkan dan membidani merger tersebut.

Bank Mandiri resmi berdiri pada Oktober 1998. Namun Hery berada di Core Team Merger selama tiga tahun (1998-2001), untuk memastikan bahwa merger Bank Mandiri berjalan mulus tanpa kendala dan riak-riak dari sisi integrasi sistem, manajerial hingga personalia.

Selesai dengan merger mulus Bank Mandiri, Hery mendapatkan kepercayaan besar selanjutnya, untuk membidani kelahiran PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri), yang merupakan gabungan dari Bank Mandiri dengan AXA Group asal Prancis.

Hery ditunjuk membidaninya sebagai Direktur Project pada 2002, hingga akhirnya AXA Mandiri resmi beroperasi setahun kemudian, tepatnya pada Desember 2003. Dia lantas ditunjuk menjadi direktur AXA Mandiri hingga 2006.

Di tangannya, AXA Mandiri langsung mencatat profit pada tahun pertama. Padahal dalam business plan, profit diperkirakan baru akan diperoleh pada tahun ketiga. Ia juga mampu melakukan roll out bisnis AXA Mandiri di 500 cabang dalam waktu hanya 1 tahun.

Sepuluh tahun mengabdi dan memajukan AXA Mandiri, pria lulusan S1 Fakultas Administrasi Niaga Universitas 17 Agustus 1945 dan pasca sarjana (S2) di Universitas Oregon AS tersebut ditarik kembali ke Bank Mandiri pada 2013.

Hery didapuk menjadi EVP Coordinator Consumer Finance, Senior Executive Vice President Bank Mandiri. Tak butuh waktu yang lama dengan kinerjanya yang cemerlang, dia pun mencicipi jabatan C-Level Executive di Bank Mandiri.

Di Bank Mandiri, pria yang menempuh pendidikan Doktor (S3) Manajemen Bisnis Universitas Padjajaran itu kemudian diangkat menjadi Direktur Micro & Retail Banking. Selama 7 tahun kemudian, dia menjadi bagian dari dewan direksi.

Terhitung sejak 2016, berkat prestasinya yang gemilang, pria yang berusia hampir 60 tahun tersebut dipercaya untuk mengisi kursi direksi di berbagai unit bisnis mulai dari konsumer, distribusi, hingga jaringan.

Selama itu, dia menjalankan perannya dengan prima sehingga Bank Mandiri sukses merengkuh berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Best Service Excellence dari Marketing Research Indonesia selama 10 tahun berturut-turut sejak 2007-2017.

Dia juga sukses membawa Bank Mandiri masuk dalam top 11 dari 500 perusahaan terbaik dunia dari sisi lingkungan kerja atau World Best Employer tahun 2018. Capaian tersebut membawanya ke kursi tertinggi kedua di Bank Mandiri, yakni sebagai Wakil Direktur Utama pada 2020.

Namun bersamaan dengan tahun pandemi, yang memicu resesi ekonomi dunia. Tangan dingin Hery kembali dibutuhkan. Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan bahwa tiga bank syariah milik bank BUMN akan dimerger, agar Indonesia memiliki bank syariah besar, berskala global.

Hery ditunjuk oleh Kementerian BUMN untuk menjadi Ketua Project Management Office (PMO) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN. Tugasnya satu: memastikan proses merger berjalan mulus dan tanpa kendala berarti.

Dalam waktu kurang dari setahun, proses merger akbar tersebut melahirkan PT Bank Syariah Indonesia Tbk yang beraset lebih dari Rp 250 triliun. Hery didapuk menjadi direktur utama bank gabungan PT Bank BRI Syariah, PT BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri tersebut.

Proses penunjukan berjalan mulus dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 15 Desember 2020 dan dia efektif menjabat pada 1 Februari 2021. Di bawah kendalinya, kinerja Bank Syariah Indonesia berjalan optimal tanpa kendala berarti.

Per September 2021, laba bersih perseroan melesat 37% menjadi Rp 2,25 triliun. Pembiayaan meningkat 7,4% menjadi Rp 163,3 triliun dengan rasio pembiayaan bermasalah (non-performing funding/NPF) terjaga di level aman sebesar 3%.

Capaian positif tersebut mendorong lompatan saham perseroan yakni BRIS di bursa saham hingga enam kali lipat, dari kisaran Rp 300/saham sebelum merger menjadi Rp 1.900-an pada Desember ini.

Melihat keberhasilannya dalam membidani merger bank syariah dan secara bersamaan memimpin entitas hasil merger menciptakan nilai tambah lebih besar bagi pemangku jabatan, Hery Gunardi terpilih menjadi pemenang penghargaan Banker of The Year di ajang CNBC Indonesia Awards 2021.

Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap bankir yang tahun ini dinilai menunjukkan kemampuan dan performa unik di tengah tahun pemulihan. Proses penilaian dilakukan pada November melalui riset kualitatif berbasis data resmi perseroan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), serta media monitoring terhadap 10 media utama nasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular