Wawancara Eksklusif
Wamen Pahala Buka-bukaan Soal IPO & Cara Atasi Utang BUMN

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memaparkan secara gamblang mengenai rencana aksi korporasi yang akan dilakukan perusahaan pelat merah beserta dengan anak usahanya hingga beberapa tahun ke depan.
Bocoran ini termasuk di dalamnya adalah rencana pelaksanaan umum saham perdana (initial public offering/IPO) dengan jumlah yang besar dan target penggalangan dana yang jumbo.
Selain itu juga rencana sinergi antara BUMN dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk sejumlah BUMN, terutama bagi anak usaha PT Pertamina (Persero) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).
Berikut ini petikan hasil wawancara, bisa disimak di bawah ini:
Apakah 2021 akan menjadi tahun BUMN dan anak usaha BUMN melantai ?
Jadi kami sebetulnya dalam 3-4 tahun mendatang akan melakukan beberapa transaksi corporate action dengan BUMN dan anak perusahaan. Namun mungkin kurang lebih ada sekitar 13-14 BUMN ataupun anak usaha BUMN yang kami rencanakan kita laksanakan transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk 2021 rencananya ada 2, salah satunya adalah Mitratel atau Dayamitra, kemudian adalah PGE dan juga dengan penggabungan dengan geothermal lainnya yang saat ini dimiliki PLN dan Geo Dipa. Jadi saat ini untuk perusahaan geothermal ini fokus kita konsolidasi dan kemungkinan menggabungkan aset geothermal baik itu ada di pengelolaan wilayah kerja geothermal sendiri ataupun pembangkit yang terkait dengan geothermal.
Kemudian daripada itu untuk Mitratel, anak perusahaan dari Telkom. Jadi dua itu yang menjadi fokus di tahun ini.
Bagaimana persiapan IPO BUMN dan anak usahanya?
Jadi yang pertama kalau tadi kita liat salah satu rencana melakukan IPO perusahaan geothermal. Tetapi sebelum itu ada rencana untuk melakukan penggabungan ketiganya ini sehingga membutuhkan waktu dalam hal persiapannya.
Selain daripada itu tentunya perlu memastikan kesiapan dari sisi keuangan, kemudian aset-aset. Jangan sampai kita mau IPO hanya IPO aja, tapi tentunya kita harus mempersiapkan ceritanya apa nih tentunya, apa tambahan nilai tambahnya yang bisa diciptakan bahwa kita masuk ke pasar modal untuk kita mencari permodalan tambahan untuk melakukan pengembangan daripada bisnis ke depannya.
Sebagai contoh adalah geothermal. Karena kita ketahui sebetulnya Indonesia memiliki potensi pengembangan yang sangat besar dalam hal energi geothermal. Mungkin saat ini pun Indonesia sudah memiliki jumlah installed capacity dalam hal kapasitas pembangkit untuk geothermal ini nomor 2 di dunia.
Kalau kita lihat nantinya kalau kita sudah dilakukan penggabungan dari aset geothermal yang dimiliki negara, nantinya perusahaan geothermal ini bisa menjadi perusahaan dengan installed capacity paling besar dunia. Ini tentunya menjadi sebuah cerita, menjadi sebuah visi.
Sebetulnya dari pemerintah adalah pengembangan energi ke depan harus betul-betul diarahkan. Dan di dunia saat ini juga banyak sekali dibicarakan mengenai transisi energi menuju ke energi baru dan terbarukan.
Jadi ini perlu kita persiapkan dengan baik perusahaan BUMN atau anak perusahaan BUMN yang harus dipersiapkan. Termasuk tadi bagaimana kita melakukan penggabungan.
Kemudian kedua memastikan bahwa kita memang punya rencana untuk mengembangkan perusahaan BUMN atau anak usaha BUMN. Tadi seperti untuk Mitratel misalnya dengan kebutuhan data yang ada saat ini dan kebutuhan mobilitas data ataupun telekomunikasi saat ini kita harus kembangkan juga ke depannya.
Jadi harus ketemu nih dua-duanya, antara pengembangan dari perusahaannya sendiri, lalu kemudian bagaimana dana yang kita peroleh dari IPO ini memang betul-betul kita kembangkan untuk lebih optimalkan lagi kinerja perusahaan tersebut ke depannya.
Lebih relevan mana penggalangan dana melalui IPO atau melalui INA?
Saya rasa memang dengan keberadaan INA atau LPI saat ini juga menjadi salah satu opsi bagi kita. Tadi saya juga sampaikan kita masuk ke pasar kita bukan cuma buat IPO, cuma bagaimana memperbaiki dan juga meningkatkan dana yang bisa kita peroleh.
Tentunya dengan adanya INA ini, ini menjadi salah satu alternatif kita. Sebelum kita melakukan IPO, melepas saham ke publik, kita bisa mencari mitra, bisa melakukan upaya meningkatkan modal yang dimiliki untuk bisa melakukan pengembangan bisnis dengan bermitra dengan INA.
Karena INA selain ada tugas investasi di BUMN dan aset milik negara lainnya, ini juga bisa mengundang mitra lainnya. Jadi salah satu opsi yang dilakukan adalah bermitra dengan INA dan juga bermitra dengan investor ataupun juga strategic partner lainnya untuk bisa mengembangkan anak perusahaan ataupun juga BUMN yang nantinya juga akan ditawarkan ke publik.
Tetapi mungkin tidak tahun ini, tetapi 1-2 tahun setelah kita bermitra dengan INA dan strategic partner lainnya. Sehingga betul-betul pada saat kita melakukan penawaran ke publik, BUMN ataupun anak perusahaan BUMN tersebut juga bisa kita direalisasikan melalui pasar modal pada saat tersebut sudah jauh lebih optimal lagi.
Jadi ini merupakan salah satu opsi yang kita lihat ada beberapa anak perusahaan ataupun BUMN yang kita lihat melalui opsi ini, salah satunya anak subholding dari Pertamina. Saat ini kita sedang berupaya untuk mengembangkan subholding Pertamina di bidang shipping juga marine logistic.
Kita kan lihat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah pulau yang banyak, kita juga merupakan negara maritim, jadi betul-betul yang namanya marine logistic ini betul-betul merupakan salah satu kebutuhan untuk kita kembangkan.
Dan sebetulnya dengan keberadaan Pertamina saat ini, perusahaan subholding milik Pertamina ini diharapkan menjadi salah satu perusahaan marine logistic mungkin paling besar di Asia nantinya, karena base daripada kebutuhan untuk bisa melakukan transformasi shipping untuk liquid materials, termasuk seperti misalnya crude ataupun juga BBM saat ini termasuk yang paling besar di Asia itu saat ini adalah Pertamina.
Jadi kita melihat bahwa nantinya salah satu opsi yang kita bisa lakukan adalah mengembangkan subholding shipping dan marine logistic yang dimiliki oleh Pertamina ini. Namun sebelumnya kita akan melihat kemungkinan untuk bisa bermitra, entah itu melalui INA, ataupun melalui institusi lainnya yang nantinya sedang kita garap.
Yang lain tentunya dalam bidang infrastruktur lainnya, seperti misalnya Krakatau Steel saat ini memiliki salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang air, listrik kemudian pelabuhan laut dan juga kawasan ekonomi industri.
Kita melihat bahwa sebetulnya Indonesia memiliki kekuatan untuk bisa mengembangkan kawasan ekonomi industri yang kuat, apalagi didukung dengan infrastruktur yang terintegrasi dari infrastruktur listrik, air dan juga pelabuhan tadi, keberadaannya ada di Cilegon.
Jadi ini salah satu aset yang kita lihat anak usaha dari BUMN dengan kepemilikan Krakatau Steel di situ tetapi juga tentunya membuka kesempatan bagi industri-industri lain untuk bisa mengembangkan industri di kawasan Cilegon tersebut.
Jadi ini juga sedang kita lihat, kaji kemungkinannya untuk bisa dikerjasamakan dengan INA dan saya lihat ini salah satu opsi untuk kita sebelum nantinya mungkin anak usaha ini bisa ditawarkan kepada publik melalui IPO.
Subholding shipping dan marine logistic akan kerja sama dengan INA?
Belum, kita lagi bicara saat ini. Memang maksud saya itu adalah salah satu opsi yang kita lihat sebelum nantinya masuk ke pasar publik IPO di 2022. Jadi memang untuk perusahaan ini nantinya kita akan melihat kemungkinan ditawarkan kepada publik di 2022, tetapi sebelum melakukan hal tersebut, kita akan lihat kemungkinan mencari strategic partner dan strategic partner yang sedang kita lihat adalah INA.
Apakah dengan adanya INA akan menggeser urgensi IPO BUMN?
Saya rasa mungkin INA menjadi salah satu alternatif untuk kita melakukan optimalisasi daripada value sebelum nanti masuk ke IPO. Jadi tadi seperti saya sampaikan salah satu opsi untuk bisa bekerja sama dengan INA dengan nilai tambahnya juga, kalau kita menawarkan langsung melalui IPO juga kemungkinan untuk bisa memperoleh strategic partner ini akan lebih besar kalau sebenarnya kita melihat ke INA.
INA akan mengundang strategic partner untuk bisa bersama-sama melakukan investasi dan pengembangan di BUMN ataupun anak usaha BUMN sebelum nantinya tentunya INA pun akan tetap melihat bagaimana mereka bisa merealisasikan investasi ini dengan exitnya salah satunya tentunya melalui IPO.
Jadi saya rasa tentunya ujungnya kita melihat bahwa IPO adalah jalan untuk kita bisa merealisasikan value, optimalisasikan value dari BUMN-BUMN dan anak usaha BUMN, termasuk juga kalau sudah IPO dari sisi governance juga diharapkan lebih terbuka lagi.
Tapi melalui INA ada opsi mendapatkan dana tambahan tetapi selain daripada itu mengoptimalisasi value serta juga bisa mengundang strategic partner untuk bisa sama-sama mengembangkan BUMN ataupun anak usaha BUMN yang nanti akan kita kembangkan.
Apa strategi BUMN untuk menyehatkan BUMN yang terdampak pandemi?
Saya rasa itu juga salah satu yang kita liat bahwa INA mungkin bisa menjadi salah satu opsi bagaimana kita bisa segera memperoleh dana untuk melakukan penyehatan, selain juga dengan PMN bagi beberapa BUMN yang sangat terpengaruh dengan kondisi yang ada.
Kita menyediakan opsi lain kerja sama dengan INA untuk melihat kerja sama dengan INA ini bisa dioptimalkan. Seperti misalnya di beberapa ruas jalan tol yang memang sudah ada dan juga sudah bisa menghasilkan sehingga bagi INA bisa mengundang mitra lainnya.
Hal ini tentunya bisa menjadi opsi lain untuk bisa istilah kita recycling daripada aset atau memastikan bahwa aset yang ada saat ini sudah beroperasi bisa segera kita monetisasi sehingga ini bisa menjadi sumber pendanaan kita untuk menyelesaikan beberapa proyek yang saat ini juga sedang menunggu untuk kita selesaikan. Jadi tentunya diskusi mengenai ini tentunya sedang kita lakukan.
Selain daripada itu optimalisasi daripada operasional dari perusahaan tersebut perlu ditingkatkan dan dua hal ini menjadi strategi utama kita untuk betul-betul memastikan selain daripada bicara dan juga melihat kemungkinan tambahan PMN bagi beberapa BUMN yang membutuhkan adanya hal tersebut.
Sektor mana saja yang bakal ditawarkan ke INA?
Jadi saat ini memang ada beberapa sektor yang kita lihat, termasuk tadi yang sudah saya sampaikan. Di sektor energi tentunya ada di bidang energi panas bumi yang juga kita sedang lihat selain daripada kemungkinan masuk kepada IPO, mungkin INA juga bisa tertarik menjadi salah satu investor pada saat kita menawarkan saham dari perusahaan yang bergerak di bidang panas bumi ataupun geothermal tadi. Masuk bersama pada saat IPO. Itu yang pertama.
Kemudian yang kedua tadi kita sampaikan di bidang infrastruktur dan kawasan industri sehingga betul-betul di kawasan industri yang berada di Cilegon yang saat ini merupakan anak usaha dari Krakatau Steel.
Dan menurut saya ini juga baik karena akan memiliki imbas yang positif juga terhadap Krakatau Steel karena nantinya tentunya dengan penerimaan yang diperoleh dari investasi anak usaha tersebut ini juga akan menjadi salah satu sumber pengembalian dari kreditur yang di tahun lalu juga melakukan penyelesaian daripada restrukturisasi daripada Krakatau Steel.
Kemudian yang lain juga di bidang healthcare, baik itu di bidang farmasi atau di bidang rumah sakit. Karena kita juga saat ini sedang melihat bagaimana dengan adanya kondisi pandemi kan betul-betul yang namanya healthcare menjadi salah satu fikus bagi kita untuk melakukan pengembangan di bidang healthcare tersebut, baik itu di bidang farmasi dan juga rumah sakit, kita memiliki kebutuhan untuk bisa pengembangan.
Tadi juga saya sudah sampaikan mengenai logistik khususnya dalam hal ini marine logistic. Karena tentunya di saat seperti ini tentunya meskipun mobilitas daripada masyarakat mengalami gangguan daripada kondisi yang ada, tetapi yang justru berkembang saat ini adalah logistik. Dan saat ini Indonesia tentunya sebagai salah satu negara maritim, pengembangan marine logistic ini menjadi salah satu kebutuhan bagi kita.
Di luar itu, tadi juga saya sampaikan, di bidang transportasi khususnya infrastruktur jalan tol, dengan adanya kebutuhan untuk bisa melakukan daur ulang aset ataupun recycling daripada aset untuk bisa menyehatkan kembali untuk bisa mobilitas masyarakat pasca pandemi Covid-19 juga bisa kembali. Dan juga kebutuhan untuk bisa melakukan pengembangan bandara ataupun juga pelabuhan tentunya juga merupakan salah satu opsi kita berbicara dengan INA untuk bisa melakukan pengembangan infrastruktur tersebut.