
Indonesia Perlu Belajar dari Turki Soal Dagang Busana Muslim
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
13 March 2018 18:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Industri fashion hijab atau modest wear kian berkembang di berbagai negara. Tak heran bila banyak desainer serta pebisnis yang mencoba terjun ke pasar modest wear terutama di Tanah Air, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
Seiring berjalannya waktu, banyak desainer hijab bermunculan di Indonesia bahkan beberapa dari mereka sudah pamer karya di luar negeri. Meski demikian, konsultan fashion Franka Soeria menilai kalau para desainer Indonesia untuk ranah baju modest masih sulit melakukan penjualan secara internasional.
Franka pun mengatakan kalau Indonesia perlu berkaca pada negara yang paling 'jago' jualan hijab atau pakaian modest. Negara yang dimaksud adalah Turki. Pencetus nama ajang 'Modest Fashion Week' di banyak negara itu menjelaskan kalau Turki memiliki penjualan yang sangat baik dalam hal ekspor pakaian modest ke berbagai negara.
"Pasar terbesar untuk modest wear adalah Turki. Mereka biasa produksi bukan untuk dikonsumsi diri sendiri tapi menjual. Sepengalamanku, mereka bisa menjual jutaan dollar untuk modest wear di satu perusahaan. Kalau di Indonesia, banyak desainer itu yang fokus ke fashion show di luar dapat tepuk tangan terus yasudah. Kita harus realistis, fashion is function, ekonomi, bukan hanya art," jelas Franka saat ditemui CNBC Indonesia di peresmian e-commerce miliknya Makra Marie di Portico, Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (13/3/2018).
Pendiri Think Fashion itu juga menuturkan kalau Turki selalu mengedepankan kualitas. Menurutnya, segi kualitas ini lah yang perlu diperbaiki para desainer Indonesia. Ia berpendapat bahwa sejumlah desainer masih lebih mengutamakan desain yang berbeda dan tampilan luar biasa saat fashion show dibandingkan kualitas itu sendiri.
Franka pun bercerita kalau beberapa kali ia membawa buyer dari luar negeri untuk desainer Indonesia namun sulit melakukan transaksi karena kualitasnya masih belum maksimal. Ia mengatakan, buyer internasional sangat mengutamakan kualitas daripada desain yang terlalu unik atau seberapa populer nama sang perancang itu sendiri.
"Nggak peduli dia siapa, sepopuler apa, walaupun sudah fashion show ribuan kali kalau kualitasnya kurang maksimal bakal ditolak sama buyer luar. Mereka sangat melihat itu ya," tambahnya.
Franka turut menuturkan, faktor lain yang membuat desainer modest wear Indonesia sulit menjual produksi massal ke luar negeri karena respon yang lambat. Ini juga masih menjadi perhatian para desainer agar memperhatikan hal tersebut.
Berangkat dari kegelisahan itu, Franka dan suaminya, Ismail Semin, membuat e-commerce berkonsep curated global boutique dengan nama Marka Marie yang fokus pada modest fashion. Ia berusaha mengkolaborasikan antara desainer Indonesia dan luar negeri sehingga produknya bisa disandingkan secara bersamaan.
Berbagai merek Indonesia dan internasional dijual di Marka Marie. Sederet brand telah bergabung di dalamnya baik lokal maupin internasional. Ia mengajak para desainer muda seperti Hanifa Ramadhanti, Wulan Anggraeni, dan Stefy Wulania untuk bisa go international.
(gus/gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!
Seiring berjalannya waktu, banyak desainer hijab bermunculan di Indonesia bahkan beberapa dari mereka sudah pamer karya di luar negeri. Meski demikian, konsultan fashion Franka Soeria menilai kalau para desainer Indonesia untuk ranah baju modest masih sulit melakukan penjualan secara internasional.
"Pasar terbesar untuk modest wear adalah Turki. Mereka biasa produksi bukan untuk dikonsumsi diri sendiri tapi menjual. Sepengalamanku, mereka bisa menjual jutaan dollar untuk modest wear di satu perusahaan. Kalau di Indonesia, banyak desainer itu yang fokus ke fashion show di luar dapat tepuk tangan terus yasudah. Kita harus realistis, fashion is function, ekonomi, bukan hanya art," jelas Franka saat ditemui CNBC Indonesia di peresmian e-commerce miliknya Makra Marie di Portico, Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (13/3/2018).
Pendiri Think Fashion itu juga menuturkan kalau Turki selalu mengedepankan kualitas. Menurutnya, segi kualitas ini lah yang perlu diperbaiki para desainer Indonesia. Ia berpendapat bahwa sejumlah desainer masih lebih mengutamakan desain yang berbeda dan tampilan luar biasa saat fashion show dibandingkan kualitas itu sendiri.
Franka pun bercerita kalau beberapa kali ia membawa buyer dari luar negeri untuk desainer Indonesia namun sulit melakukan transaksi karena kualitasnya masih belum maksimal. Ia mengatakan, buyer internasional sangat mengutamakan kualitas daripada desain yang terlalu unik atau seberapa populer nama sang perancang itu sendiri.
"Nggak peduli dia siapa, sepopuler apa, walaupun sudah fashion show ribuan kali kalau kualitasnya kurang maksimal bakal ditolak sama buyer luar. Mereka sangat melihat itu ya," tambahnya.
Franka turut menuturkan, faktor lain yang membuat desainer modest wear Indonesia sulit menjual produksi massal ke luar negeri karena respon yang lambat. Ini juga masih menjadi perhatian para desainer agar memperhatikan hal tersebut.
Berangkat dari kegelisahan itu, Franka dan suaminya, Ismail Semin, membuat e-commerce berkonsep curated global boutique dengan nama Marka Marie yang fokus pada modest fashion. Ia berusaha mengkolaborasikan antara desainer Indonesia dan luar negeri sehingga produknya bisa disandingkan secara bersamaan.
Berbagai merek Indonesia dan internasional dijual di Marka Marie. Sederet brand telah bergabung di dalamnya baik lokal maupin internasional. Ia mengajak para desainer muda seperti Hanifa Ramadhanti, Wulan Anggraeni, dan Stefy Wulania untuk bisa go international.
(gus/gus) Next Article Modal Rp 2,9 Juta Jadi Rp 14 M, Pria Ini Tajir Lewat Celana!
Most Popular