Ingin Jadi Desainer yang Go Global? Perhatikan Tips Berikut

Arina Yulistara, CNBC Indonesia
09 March 2018 16:05
Bila ingin go global, pemilik label Bateeq, Michelle Tjokrosaputro, dan salah satu desainer dari label Kami., Istafiana Candarini, memberikan beberapa tipsnya.
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Jakarta, CNBC Indonesia- Tentu setiap desainer tak hanya ingin memperluas pasar di dalam negeri tapi juga secara internasional. Bila ingin go global, pemilik label Bateeq, Michelle Tjokrosaputro, dan salah satu desainer dari label Kami., Istafiana Candarini, memberikan beberapa tipsnya. Seperti diketahui label Bateeq dan Kami. sudah pernah menjajakan produknya ke pasar internasional seperti Malaysia, Singapura, hingga Amerika.



1. Punya Tim yang Solid
Michelle menyarankan untuk para desainer perlu punya tim yang solid. Jangan bekerja sendiri tapi perlu memiliki beberapa ahli yang menguasai bidangnya. Untuk bisa menembus pasar internasional, seorang perancang butuh sejumlah tim yang bisa membuat produknya terlihat berkualitas dan berkelas.

"Sering desainer apa-apa sendiri, yang saya tahu desainer itu paling timnya satu sampai dua orang, nggak cukup banget. Bukan berarti harus start big ya tapi untuk bisa keluar negeri harus ada ahlinya masing-masing kayak marketing, social media, the whole packaging itu juga penting, mau baju bagus kalau packaging-nya jelek bisa terlihat murahan. Kualitas sangat penting," ujar anak ketiga Handiman Tjokrosaputro, pemilik batik kenamaan PT Dan Liris itu.

2. Upah Pekerja Sesuai
Michelle juga mengatakan kalau sebelum go global, desainer perlu memperhatikan kesejahteraan para pekerjanya. Ia melihat, banyak buyer besar di luar negeri yang melihat sebuah produk tak hanya dari sisi kualitas tapi mempertimbangkan berbagai aspek termasuk bagaimana upah pekerjanya. Selain itu, ada persyaratan unik lain yang biasa diajukan buyer internasional berdasarkan pengalaman Michelle.

"Banyak buyer punya requirement tinggi contoh H&M nggak akan beli dari desainer yang di mana pekerjanya mendapat upah di bawah minimum, Owner itu harus aware bahwa untuk keluar (negeri) mereka itu nggak bisa cuma punya baju bagus, tapi the whole packaging, aksesori, cara memperlakukan karyawannya, sampai pengolaan sampah merek, itu memberikan efek besar ya. Bahkan kayak saya mau ekspor ke Amerika, pabrik saya itu harus punya sertifikat anti terorisme," jelas Cucu Kasom Tjokrosaputro yang merupakan pendiri Batik Keris itu.

3. Butuh Koneksi
Michelle mengingatkan, untuk bisa go global butuh koneksi yang banyak. Maka dari itu, para desainer disarankan tak hanya fokus berjualan tapi juga menjalin kerjasama dengan berbagai orang di industri fashion. Michelle pun menilai banyak desainer yang sekarang menjalin kerjasama dengan pabrik untuk menghindari impor kain ilegal.

4. Riset Pasar
Istafiana menambahkan, desainer juga harus melakukan riset pasar sebelum terjun di dalamnya. "Dulu kita mulai dengan pasar Malaysia karena banyak like di Instagram dari Malaysia, terus kita mulai riset. Lalu kita cari partner di sana, cari butik yang bisa jualan di situ, biayanya, kita banyak riset," terang Istiafiana.


(gus/gus) Next Article Belajar dari 'Si Tukang Jahit' Miliuner Pendiri Uniqlo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular