Gamer: 'Pemalas' Penghasil Miliaran Rupiah

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
28 January 2018 14:34
Seorang gamer yang populer di YouTube dan Twitch bisa memperoleh penghasilan miliaran rupiah
Foto: Reuters
Washington, CNBC Indonesia –  Seorang gamer (pemain video game) terlatih, Jon Brence, mengingat bagaimana ibunya mematahkan semangatnya dalam bermain game, komentar yang sama bisa jadi menggema di jutaan rumah di AS.

“Beliau selalu berkata seperti ini, ‘Jon, game tidak akan menghasilkan apapun kecuali membuat matamu sakit,” kata Brence.

Namun, pikir dua kali sebelum Anda mengejek seseorang yang sepanjang hari duduk dan bermain video game, seperti Brence.

Bisa jadi, ia berkarier sebagai seorang gamer, bahkan dengan penghasilan menggiurkan. Yang dibutuhkan hanya sebuah kamera, keahlian menyunting dan, seringkali, kepribadian memikat.


YouTube dan Twitch, layanan streaming milik Amazon, dipadati dengan ribuan saluran (channel) yang didedikasikan untuk permainan elektronik, menciptakan sebuah industri senilai US$30 miliar atau setara dengan Rp 399 triliun per tahun.

Beberapa orang yang memiliki channel tersebut adalah bintang baru yang memberi komentar sembari bermain Assasin’s Creed, Minecraft, atau belasan game lainnya.

Seperti dilansir dari situs The Star, sekitar 93 saluran bermain game (gaming) di YouTube memperoleh pendapatan sedikitnya $1 juta per tahun, kata Danny Fratella, manajer operasi perusahaan data yang melacak pertumbuhan di kanal media sosial, Social Blade. Pendapatan total mereka bahkan mencapai lebih dari $12 juta per tahun.

Salah satu dari mereka adalah Tyler McVicker, seorang mahasiswa berusia 20 tahun dari Vienna, Ohio, Amerika Serikat (AS) yang keluar dari pekerjaannya di swalayan Wal-Mart setelah saluran gaming-nya yang bernama Valve News Network melejit di Youtube dan belakangan memiliki 250.000 pelanggan (subscriber).

“Saya membangun hidup yang layak,” kata McVicker. “Saya membiayai diri saya sendiri dan tunangan saya.”

Penggemar menonton channel dan video langsung (live) dan berdasarkan permintaan (on demand), dan umumnya mengobrol tentang minatnya yang sama pada tayangan yang sedang mereka tonton.

“Ada banyak aliran video tentang gaming,” kata McVicker. “Tipe yang paling dikenal kebanyakan orang adalah yang terdapat wajah pemain di pojok video yang terekam sembari ia bermain game. Orang-orang menamakannya ‘Let’s Play’. Itu adalah industri yang besar.”

Pemain yang keranjingan akan menghabiskan banyak waktu di depan konsol dan layar, bahkan hampir 20 jam lebih dalam seminggu, dan rata-rata usia mereka sampai 30 tahun, menurut jaringan gaming milik Twitch bernama Curse.


Bagi gamer dan penggemar yang kecanduan, berbagai channel ini menjadi jejaring sosial.

“Penggemar tidak selalu mencari konten yang mencolok atau nilai produksi berkualitas paling tinggi,” kata Fratella.
 
Namun, tidak semua orang yang bekerja keras dan menghabiskan banyak waktu bisa hidup dari kegiatan ini.

Ash Leavenworth, pria berusia 32 tahun asal Portland, Oregon, memiliki channel gaming bernama Stumpt yang dikelola bersama tiga temannya. Kurang dari empat tahun, mereka telah membuat 3.000 video.

“Untuk beberapa saat, kami membuat dua video dalam sehari bahkan kadang lebih dari itu, gila banget,” kata Leavenworth, yang masih bekerja penuh waktu di bidang teknologi informasi.

“Ini adalah pekerjaan penuh waktu kami yang kedua. Kami tidak punya waktu di akhir pekan lagi,” katanya.

“Kami mendesain ulang seluruh garasi menjadi studio,” kata Leavenworth sembari menambahkan bahwa kelompoknya memperoleh seperempat juta subscriber di Youtube, yang mana belum cukup untuk menutupi kebutuhan hidup jika berhenti dari pekerjaan utama. “Saya ingin mengerjakan ini secara penuh waktu.”

Mereka yang muncul sebagai pembawa acara gaming, entah sesederhana apapun videonya, juga menjadi bintang besar di acara-acara konvensi video game, seperti Vidcon dan Gamescon.

“Saya pernah melihat mereka dikerubungi penggemar,” kata Dave Klein, mantan manajer untuk bintang gaming asal Los Angeles. “Anak-anak perempuan berteriak dan hal-hal semacamnya, dan mereka betul-betul membutuhkan petugas keamanan untuk membantu mereka keluar.”

Majalah Forbes membuat daftar setidaknya empat pemilik akun gaming di Youtube dengan pendapatan tahunan di atas $12 juta. Di antaranya adalah Dan Middleton (pria asal Inggris yang dikenal dengan sebutan DanTDM), Felix Kjellberg (pria asal Swedia yang menjadi salah satu orang dengan pendapatan tertinggi di Youtube dan memiliki sebutan PewDiePie), Mark Fischbach (mantan mahasiswa teknik biomedik yang dikenal sebagai Markiplier) dan Evan Fong (warga negara Toronto yang dikenal sebagai VanossGaming).

Ketika Markiplier akan muncul di sebuah konvensi gaming, kata Klein, “jumlah orang yang datang rasanya tidak masuk akal.”

Namun, beberapa insiden terakhir memberi tantangan untuk dunia gaming daring (online). Salah satunya bahkan menyebabkan kematian.

Beberapa pemain yang tidak merasa tidak puas setelah bermain Call of Duty, sebuah permainan online, menghubungi seorang pria asal Los Angeles. Pria itu dicurigai membuat panggilan darurat palsu tanggal 28 Desember ke polisi di Wichita, Kansas, dan mengatakan bahwa sebuah keluarga sedang disekap. Polisi datang dan kemudian menembak pria berusia 28 tahun yang tidak bersenjata.

Polisi Kansas menghukum terduga penelepon, Tyler Raj Barriss, 25 tahun, dengan tuduhan pembunuhan tidak disengaja atas insiden “swatting”, dinamakan seperti itu karena melibatkan tim SWAT (Senjata dan Taktik Khusus) dari kepolisian.

Meskipun konflik gaming berasal dari luar situs YouTube, hal itu tetap saja menimbulkan keresahan di antara pengiklan online.


Rintangan kedua untuk industri ini datang dari Federal Communications Commission, yang pada bulan Desember mengeluarkan aturan bahwa penyedia layanan internet dapat mengatur jalur cepat dan lambat untuk konten, menghentikan yang disebut sebagai netralitas jaringan.

Emmett Shear, CEO Twitch, berkata bulan lalu bahwa perusahaannya mungkin tidak akan ada tanpa netralitas jaringan, dan klien Twitch adalah pemiliki bisnis kecil yang rentan.

Kemungkinan peraturan FCC memberi pengaruh buruk ke industri belum terlihat. YouTube adalah anak perusahaan Google dan Twitch adalah milik Amazon. Keduanya adalah pebisnis besar yang cenderung tidak akan terpengaruh dari melambatnya penyedia layanan internet.

Tidak seperti YouTube, Twitch pada dasarnya adalah kanal streaming langsung (live streaming) yang menjadi ekosistem video game terbesar di dunia. Twitch mendapatkan 15 juta penonton unik setiap harinya dan rata-rata waktu yang dihabiskan adalah 106 menit per hari, kata Chase, juru bicara perusahaan.

Banyak bintang di Twitch yang menghasilkan uang dalam jumlah besar tanpa diketahui oleh publik, sebagian karena model pendapatannya berbeda.

Pengikut (follower) dapat menerima notifikasi ketika sang bintang akan online. Penggemar seringkali berlangganan, membayar antara $5 sampai $15 per bulan untuk beberapa kelebihan tertentu saat menonton.

Penggemar lain mendonasikannya langsung ke para artis. Pendapatan lain yang diterima termasuk dari penjualan merchandise.

Bahkan pemain “buruk” dapat menjadi bintang, yaitu sebagai penggembira di era gaming.

“Anda bisa menjadi pemain terbaik di dunia atau pemain terburuk di dunia, tapi jika Anda akrab dengan penonton, Anda tetap bisa hidup dari layanan kami,” kata Chase.

Pengiklan menyadari potensi penonton dari saluran video.

“Awalnya, hanya perusahaan gaming yang bekerja dengan kami. Sekarang, setiap industri bekerja dengan kami, setiap studio Hollywood, perusahaan mobil, makanan, minuman, pakaian, apapun itu,” katanya.
(prm) Next Article Atta Halilintar, Pria Muda dan Kaya yang Sukses dari Youtube

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular