
Startup Tak Terkenal Baru Naik Daun Langsung Anjlok Gila-gilaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Palantir Technologies sempat menjadi sorotan lantaran mencatat pertumbuhan gila-gilaan. Startup yang bergerak di bidang software untuk penambangan data dan analisis berbasis AI tersebut bisa dibilang 'anak emas' pemerintahan Donald Trump.
Dalam beberapa bulan di 2025, Palantir sempat membukukan nilai valuasi yang meningkat 2 kali lipat. Bahkan, bulan lalu Palantir masuk dalan jejeran 'Top 20' perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar.
Hal ini dipicu oleh kontrak-kontrak pemerintah yang mengalir deras ke Palantir. Misalnya, kontrak senilai US$10 miliar dengan militer AS untuk memenuhi kebutuhan perang hingga dekade berikutnya.
Selain itu, ada juga kontrak terpisah senilai US$178 juta dengan Angkatan Darat AS yang disepakati pada awal 2025. Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) juga menambah kontrak ke Palantir sebesar US$30 miliar untuk membangun software.
Sayangnya, Palantir tak lama-lama naik daun. Sahamnya pelan-pelan 'longsor' setelah enam hari berturut-turut mengalami aksi jual besar-besaran.
Fenomena ini menandai rentetan penurunan terpanjang bagi perusahaan software AI tersebut sejak April 2024. Sahamnya turun 18% dari rekor intraday terbaru, dikutip dari CNBC International, Kamis (21/8/2025).
Saham ditutup di wilayah koreksi pada Selasa (19/8) waktu setempat setelah mengakumulasi kerugian 15% dari level tertingginya. Alhasil, Palantir tergeser dari posisi 'Top 50' sebagai perusahaan AS paling bernilai.
Penurunan Palantir menyusul aksi jual pasar yang lebih luas dan menyusul laporan short selling dari Citron Research milik Andrew Left. Ia menyebut perusahaan tersebut terlepas dari fundamental dan analisis.
Citron mengatakan sahamnya seharusnya dihargai US$40 jika dibandingkan dengan rasio harga terhadap pendapatan yang sama dalam valuasi OpenAI baru-baru ini sebesar US$500 miliar.
"Alex Karp [CEO Palantir] dan timnya patut bangga. Namun bagi investor, di situlah disiplin berperan," tulis Left, dikutip dari CNBC International.
"Perbandingan adalah musuh kebahagiaan, dan ketika dibandingkan dengan para pemimpin AI sejati, harga Palantir sudah mencerminkan kesuksesan yang melampaui fundamentalnya," ia menambahkan.
Pada awal bulan ini, Palantir terbang dengan rekor harga saham tertinggi setelah melaporkan pendapatan kuartalan yang menembus US$1 miliar untuk pertama kalinya. Pencapaian itu jauh di atas estimasi Wall Street.
Perusahaan ini mendapat dorongan besar dari ledakan AI dan berhasil meraih kontrak-kontrak pemerintah, termasuk dengan Departemen Pertahanan.
Tahun ini saja, perusahaan ini menjadi salah satu dari 10 perusahaan teknologi teratas AS. Tahun lalu, perusahaan ini bergabung dengan S&P 500.
Meskipun harga saham baru-baru ini turun, rasio harga terhadap pendapatan (Price-to-Earnings ratio) sebesar 193 kali lipat membuat saham Palantir tetap mahal, terutama jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan megacap lainnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OpenAI Kantongi Rp 162,7 Triliun Setahun Berkat ChatGPT