Ahli Australia Bilang Manusia Flores Berkeliaran Sampai Sulawesi
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah alat batu ditemukan di Pulau Sulawesi. Peralatan itu berusia 1-1,5 juta tahun lalu, menunjukkan adanya kerabat manusia jauh sebelum evolusi manusia.
Sebuah penelitian yang terbit pada 6 Agustus mengananalisa peralatan baru di Wallacea, wilayah antara paparan Asia dan Australia. Dari sana ditemukan tujuh artefak batu di Calio Sulawesi selama penggalian 2019-2022.
Batuan itu terbuat dari sedimen keras dan berbutir halus bernama rijang. Pembuatannya dengan teknik pengelupasan perkusi, jadi batuan inti akan dipukul dengan batu palu untuk menghasilkan alat serpih.
"Ini serpihan batu sederhana dengan tepi tajam untuk alat pemotong dan pengikis serbaguna," kata rekan penulis studi dari Griffith University, Adam Brumm dikutip dari Live Science, Jumat (8/8/2025).
Dari hasil penanggalan usianya sesuai dengan Homo erectus. Spesies yang berevolusi di Afrika diperkirakan berada di Jawa pada 1,6 juta tahun lalu.
Namun tidak ada catatan fosil di Sulawesi seperti yang ada di pulau Jawa. Brumm menjelaskan kerangka manusia tertua yang ditemukan di sana berusia 25 ribu hingga 16 ribu tahun lalu.
Live Science menuliskan penemuan itu mengungkapkan adanya kerabat manusia yang tinggal lebih awal dari perkiraan di Sulawesi. Kemungkinannya sebelum mereka sampai di Pulau Luzon dan Pulau Flores.
Artinya kelompok yang menggunakan alat batu itu merupakan nenek moyang Homo luzonensis atau Homo floresiensis. Dua spesies itu adalah kerabat dari manusia pendek atau hobbit.
Hingga kini belum ada kepastian spesies yang membuat alat tersebut. Brumm mengatakan masih terlalu cepat menyimpulkan temuan tersebut.
Dia menambahkan kemungkinan tertinggi alat itu dibuat oleh Homo erectus atau yang mirip dengan Homo floresiensis.
"Kami menduga awal hominin Flores dari Sulawesi," ungkapnya.
Meski belum jelas penggunaannya, Brumm menduga alat itu digunakan untuk membuat makanan atau membuat peralatan dari kayu.
(dem/dem)