Manusia Flores Ternyata Masih Berkeliaran, Dua Ahli Beberkan Faktanya

Tim Redaksi,  CNBC Indonesia
16 November 2025 14:30
Dalam foto yang diambil 15 September 2009 ini, Victor Jehabut berusia 80 tahun dan setinggi empat kaki, yang sering diklaim oleh pemandu wisata sebagai keturunan Homo floresiensis, penghuni gua kerdil yang menjelajahi pulau Flores 160.000 tahun lalu, jalan-jalan di desanya di Rampasasa, Indonesia. Sebuah tim internasional sedang mencoba untuk mengungkap kerangka fosil berusia 18.000 tahun dari seorang wanita gua kerdil yang penemuannya di pulau terpencil Flores di Indonesia pada tahun 2003 merupakan sensasi internasional. Jehabut mengatakan rumor bahwa dia terkait dengan hobbit tidak benar, dan kesulitan masa kecil telah menghambat pertumbuhannya. (Dok File - AP Photo/Achmad Ibrahim)
Foto: Dalam foto yang diambil 15 September 2009 ini, Victor Jehabut berusia 80 tahun dan setinggi empat kaki, yang sering diklaim oleh pemandu wisata sebagai keturunan Homo floresiensis, penghuni gua kerdil yang menjelajahi pulau Flores 160.000 tahun lalu, jalan-jalan di desanya di Rampasasa, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)

Jakarta, CNBC Indonesia - Spesies manusia purba yang diyakini telah punah ribuan tahun lalu, disebut masih berkeliaran di pedalaman. Temuan ini juga memicu perdebatan ilmiah hingga rasa penasaran publik.

Homo floresiensis atau sering disebut manusia Flores memiliki ciri-ciri seperti hobbit dalam cerita fiksi The Lord of the Rings karangan Tolkien. Karena tubuhnya yang pendek hanya 106 cm, sementara ciri lainnya adalah otak berukuran kecil, tidak punya dagu, dan telapak kakinya rata.

Ia diyakini telah punah sejak puluhan ribu tahun lalu. Namun penemuan pada 2004 memunculkan pertanyaan baru.

Para kelompok arkeolog menemukan serpihan atau fosil yang diyakini sebagai Homo floresiensis di Liang Bua, gua besar yang berada di Kepulauan Flores. Fosil diyakini berasal dari 12.000 tahun lalu.

Saat itu, peradaban manusia diyakini sudah lumayan modern. Manusia sudah bisa melakukan aktivitas berkebun, berternak, memelihara binatang hingga memiliki kepercayaan seperti agama.

Dari temuan tersebut muncul perbedaan pendapat antara para antropolog, Setelah 18 tahun dari temuan 2004 itu, antropolog Gregory Forth mengungkapkan manusia flores masih ada setelah sekitar 30 warga lokal suku Lio bersaksi melihat keberadaan Homo floresiensis.

Para warga lokal menyebutnya sebagai setengah manusia setengah kera. Forth meyakini jika makhluk tersebut merujuk pada Homo floresiensis yang masih tersisa.

Namun ternyata ucapan Forth dibantah peneliti Smithsonian Institution, Matthew Tocheri. Dia meragukan hipotesis keberadaan manusia kerdil tersebut.

"Saya tak akan menghabiskan waktu untuk mencari tahu keberadaan mereka. Sudah pasti mereka telah punah," ujarnya, dikutip dari IFLScience.

Dia menjelaskan suatu spesies dapat bertahan di tengah populasi jika jumlahnya mencapai angka tertentu. Namun jika manusia flores hanya terlihat oleh 30 warga lokal Lio terlalu kecil untuk bertahan di tengah manusia modern.

Pernyataan Tocheri juga disetujui ilmuwan Flinders University bernama Corey Bradshaw. "Untuk hitung-hitungan dasarnya, 50 individu efektif dibutuhkan untuk menghindari kepunahan sebuah spesies. Ini setara dengan populasi 250 sampai 500 orang," kata Bradshaw.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular