
Elon Musk dan Donald Trump Diskusi Kiamat, Peneliti: Obrolan Bodoh

Jakarta, CNBC Indonesia - Percakapan antara miliarder Elon Musk dan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut sebagai diskusi iklim paling bodoh sepanjang masa. Musk dan Trump dituding asal bicara tanpa dukungan fakta.
Salah satu ucapan Musk soal "kiamat" perubahan iklim yang menjadi sorotan adalah soal penggunaan minyak dan gas. Menurutnya, industri minyak dan gas bumi seharusnya jangan dijadikan kambing hitam perubahan iklim dan pemanasan global.
Ia berpendapat bahwa satu-satunya alasan manusia berhenti menggunakan bahan bakar fosil adalah saat persediaan sumber daya alam tersebut habis.
"Jika kita berhenti menggunakan minyak dan gas saat ini juga, kita akan kelaparan dan ekonomi akan ambruk. Pada saat ini kita pasti beralih ke ekonomi energi yang terbaru karena minyak dan gas akan habis," kata Musk.
Pernyataan Musk membuat banyak pihak bingung, pasalnya ia adalah pendiri dan CEO Tesla. Tesla adalah perusahaan mobil listrik terbesar di dunia yang meraup keuntungan besar dari subsidi yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mendorong konsumen beralih dari mobil berbahan bakar bensin.
Musk juga menyatakan bahwa karbon dioksida di atmosfer baru berbahaya untuk manusia saat kita sudah kesulitan untuk bernapas sehingga pusing dan mual. Ini baru terjadi saat kandungan CO2 di atmosfer mencapai 1.000 ppm, yaitu dua kali dari kondisi saat ini.
Pernyataan Trump tidak kalah aneh dari Musk. Trump yang sedang berkampanye untuk kembali dipilih menjadi presiden, menyatakan pemanasan global berpotensi menguntungkan bisnis properti.
Alasannya, es di kutub yang mencair membuat permukaan air laut naik sehingga makin banyak lokasi yang bisa dijadikan "properti pinggir pantai" atau oceanfront property.
"Saya rasa kita masih punya ratusan tahun lagi. Tidak ada yang benar-benar tahu."
Aktivis lingkungan yang bernama Bill McKibben menyatakan percakapan Musk dan Trump soal krisis iklim "jatuh ke level kebodohan baru" dan melabelinya "pembicaraan soal iklim paling bodoh sepanjang masa."
The Guardian menyatakan pemerintah di seluruh dunia sudah sepakat bahwa kondisi Bumi saat ini sudah ada di titik gawat darurat. Pemerintah di seluruh dunia juga telah sepakat untuk menyetop pertumbuhan emisi agar temperatur global tidak naik melampaui 1,5 derajat Celcius lebih panas dibanding era pra revolusi industri.
Kepada The Guardian, peneliti iklim bernama Michael Mann menyatakan pernyataan Musk soal CO2 juga salah. Jika level CO2 sudah membuat manusia susah bernapas, dampaknya terhadap iklim sudah sangat luar biasa dan peradaban manusia sudah hancur.
"Dampak dari dari perubahan iklim, terutama tampak dalam peristiwa cuaca ekstrem seperti kebakaran, banjir, dan gelombang panas, sudah jauh di atas prediksi yang dibuat puluhan tahun lalu," kata Mann.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Elon Musk Lesu, Donald Trump Menang Bakal Makin Parah