JD.ID Bangkrut, Korban Pertama Perang Raksasa China di Asean

Jakarta, CNBC Indonesia - JD.ID dan perusahaan saudaranya di Thailand, JD Central segera ditutup. Dua perusahaan tersebut adalah korban perdana dari adu gontok tiga raksasa teknologi China yaitu Tencent, Alibaba, dan JD.com
JD.ID, yang berdiri sejak November 2015 itu mengumumkan menutup layanan 31 Maret 2023 dan 15 Februari 2023 menyetop pesanan.
JD.ID merupakan perusahaan hasil patungan JD.com. Perusahaan bekerja sama dengan firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital, yang dikuasai oleh Winato Kartono.
Dalam keterangan resmi JD.ID, JD.com berada dibalik keputusan penutupan usahanya di Indonesia. JD.com disebut akan berfokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara.
"Ini adalah keputusan strategis dari JD.com untuk berkembang di pasar internasional dengan fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya," kata Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara dalam keterangannya, Senin (30/1/2023).
Bukan hanya di Indonesia, korban lainnya juga jatuh di Thailand. JD.com menutup layanan JD Central pada 3 Maret 2023 dan 15 Februari 2023 menyetop pemesanan.
Di Thailand, JD.com membuah perusahaan patungan dengan Provident dan raksasa ritel asal negara tersebut Central. Nikkei melaporkan pendanaan awal untuk perusahaan adalah US$500 juta, yang berasal separuhnya dari JD.com, JD Finance, dan Provident Capital.
Sisa Tencent vs Alibaba
JD.com yang mundur dari Indonesia dan Thailand, menyisakan portofolio dua raksasa teknologi China untuk bersaing di dunia e-commerce Asia Tenggara.
Dua nama raksasa teknologi China, Alibaba dan Tencent masih bisa bernapas lega. Keduanya diketahui merupakan sosok dibalik pendanaan dari Tokopedia, Lazada dan Shopee.
Tencent diketahui merupakan pemegang saham terbesar di induk perusahaan Shopee, Sea Ltd. Meski dilaporkan menjual sahamnya awal tahun lalu, Tencent masih memegang 18,7% saham perusahaan dari sebelumnya 21,3%.
Menurut Tencent, pihaknya masih berniat mempertahankan sebagian besar kepemilikannya dalam jangka panjang di Sea. Aksi jual sahamnya tersebut adalah untuk ambil untuk pada investasi yang dirasa telah tumbuh signifikan.
"Divestasi ini memberikan Tencent sumber daya untuk mendanai investasi dan inisiatif sosial lainnya," terang manajemen Tencent seperti dikutip dari CNBC International pada Januari 2022.
Alibaba juga diketahui ikut dalam perang di Asia Tenggara. Lazada diketahui mengakuisisi Lazada pada 2016, dengan mendanai US$1 miliar.
Dalam catatan CNBC Indonesia, sekitar US$500 juta dari akuisisi untuk pembelian saham dan dari pemegang saham lain. Sementara sisa dananya untuk investasi.
Satu tahun berikutnya, Alibaba kembali menggelontorkan dana sebesar US$1 miliar ke Lazada. Dana tersebut digunakan untuk mendukung promo dan ekspansi layanan platform.
Sementara itu pada 2018, Tokopedia juga mengantongi dana segar baru. Selain Alibaba, pendanaan itu dipimpin oleh Softbank Vision Fund dan juga ikut serta di dalamnya adalah Softbank Ventures Korea serta sejumlah investor Tokopedia sebelumnya.
Pada Agustus 2017, Alibaba juga diketahui berinvestasi ke Tokopedia. Saat itu nilainya mencapai US$1,1 miliar.
[Gambas:Video CNBC]
Alasan Alibaba, Tencent Cs Degdegan Xi Jinping Tiga Periode
(dem)