Penuh Drama! Ini Perjalanan Elon Musk Merebut Kendali Twitter

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
28 October 2022 15:10
Elon Musk (Anadolu Agency)
Foto: Elon Musk (Anadolu Agency)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bak sinetron, Twitter yang dibeli miliarder Elon Musk penuh drama. Sempat batal dan diseret ke muka pengadilan, hingga akhirnya raksasa teknologi resmi dimiliki oleh Musk.

April lalu Musk diketahui membeli 73,49 juta saham Twitter atau setara 9,2% tanpa hak voting. Nilainya mencapai US$2,89 miliar.

Saat itu, dia telah mengungkapkan keinginannya memiliki media sosial. Lalu tak berselang lama diumumkan jika pemilik Tesla membeli Twitter dengan harga US$44 miliar dengan harga saham per lembar dihargai US$54,20.

Musk mengatakan pembeliannya didasari oleh kebebasan berbicara dan demokrasi. Janjinya adalah membuat Twitter semakin baik dan menyenangkan bagi pengguna.

"Saya juga ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, membuat algoritme open source untuk meningkatkan kepercayaan, mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua manusia," katanya seperti dikutip CNBC International.

"Twitter memiliki potensi luar biasa - saya berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan dan komunitas pengguna untuk membukanya".

Keputusan itu didukung oleh mantan CEO dan pendiri Twitter Jack Dorsey yang merasa perusahaan itu membutuhkan perlindungan saat melakukan perombakan. Saat Musk berupaya membeli Twitter, dia juga jadi salah satu pendukung keputusan tersebut dan mengatakan pengusaha 51 tahun itu sebagai solusi tunggal yang dia percaya memimpin perubahan di Twitter.

Namun drama dimulai saat Musk berusaha untuk memberantas bot spam. Twitter mempublikasikan surat dari tim legal Musk lewat keterbukaan informasi di bursa yang berisi Musk tak akan melanjutkan proses akuisisi sebelum ada transparansi soal spam dan akun palsu di Twitter.

Twitter mengklaim akun bot hanya sekitar 5% dari pengguna aktif harian (mDAU). Laporan Washington Post yang dikutip Tech Crunch mengatakan perusahaan memberikan data tersebut yang disebut 'firehouse' berisi informasi tentang semua tweet yang pernah dikirim, perangkat yang digunakan untuk mengirim dan informasi lain soal setiap akun.

Sekitar bulan Juli, Musk mengumumkan batal membeli Twitter. Penyebabnya karena informasi terkait akun bot spam dalam platform.

Pengacaranya Skadden Arps Mike Ringler mengatakan Twitter belum memenuhi kewajiban kontraknya dan dinilai tidak memberikan informasi bisnis yang relevan seperti yang diminta seperti yang sudah tertuang dalam perjanjian kontrak.

"Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi. Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan, dan terkadang mengklaim untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Musk," klaim Ringler, seperti dikutip CNBC International.

Ringler juga menuding Twitter melanggar perjanjian merger, karena diduga berisi 'representasi yang tidak akurat secara material. Tuduhan tersebut berdasarkan tinjauan awal Musk mengenai akun spam di platform Twitter an merasa pengungkapan publik Twitter soal mDAU menyesatkan.

Selain itu, dia mengklaim Twitter melanggar kewajibannya berdasarkan perjanjian mendapatkan persetujuan Musk sebelum mengubah kegiatan bisnisnya. Ucapan ini merujuk pada kebijakan PHK yang dilakukan oleh perusahaan.

Keputusan itu membuat Musk dan Twitter saling menyeret satu sama lain ke pengadilan. Twitter tetap ingin Musk melanjutkan kesepakatan pembelian perusahaan dan sidang lima hari direncanakan dilakukan pada 17 Oktober 2022.

Untuk melepaskan diri dari perjanjian pembelian, Musk meminta bantuan mantan kepala keamanan Twitter dan seorang peretas, Peiter Zatko. Dia diminta mencari dokumen dan komunikasi soal spam perusahaan serta dugaan kerentanan keamanan.

Namun kurang dari dua minggu sebelum sidang dimulai, Musk mengumumkan jadi membeli Twitter. Nilai pembelian juga masih sama seperti sebelumnya yakni US$44 miliar.

Reuters mengungkapkan keputusan tersebut agar Musk bisa menghindari berbicara di depan pengadilan dan mengungkapkan ke publik, pembicaraan dan negosiasi dengan investor pendukungnya dalam rencana akuisisi Twitter.

Namun Musk diharuskan untuk menyelesaikan pembelian sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan hakim pada 28 Oktober 2022. Melanggar tenggat waktu tersebut Musk harus siap berbicara di hadapan pengadilan.

"Kami menantikan transaksi diselesaikan pada 28 Oktober di harga US$54,2 per saham," kata Twitter dalam pernyataan yang diterima Reuters. Sementara itu pengacara perusahaan juga meminta pengadilan menolak permintaan penghentian sidang dari Musk karena "hanya memberikan kesempatan untuk terus menunda dan akal-akalan baru".

Sebelum akhirnya resmi jadi pemilik Twitter, Musk diketahui mengubah profil di akun Twitternya menjadi Chief Twit. Kemarin dia juga diketahyi muncul di markas besar Twitter dan membawa wastafel.

"Memasuki Twitter HQ-biarkan itu meresap!" tulisnya dalam unggahan video di akun Twitternya. Dalam bahasa Inggris, meresap berarti sink in, sedangkan wastafel diterjemahkan sebagai sink.

Akhir dari drama panjang tahun ini, Musk resmi membeli dan jadi pemilik Twitter. Langkah pertamanya adalah memecat CEO Twitter Parag Agrawal, serta Chief Financial Officer Ned Segal, dan Kepala Kebijakan dan Legal Vijaya Gadde.

Sebenarnya pemecatan Agrawal itu sudah tercium beberapa waktu lalu. CNBC Internasional menuliskan Musk dikabarkan memecat beberapa petinggi perusahaan, termasuk CEO yang baru diduduki Agrawal setelah menggantikan Jack Dorsey.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular