Bukan Cuma Investor, Google Juga Jadi Korban Bandar Kripto

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham Alfabet ditutup turun lebih dari 9% pada Rabu (26/10). Ini menjadi laporan terburuk perusahaan sejak Maret 2020 setelah merilis pendapatan kuartal ketiga yang meleset dari perkiraan.
Perusahaan melaporkan kuartal pertumbuhan terlemah sejak 2013 kecuali untuk satu periode lain di awal pandemi virus Corona. Pertumbuhan pendapatan melambat menjadi 6% dari 41% tahun sebelumnya karena perusahaan bersaing dengan penurunan belanja iklan online yang berkelanjutan.
Perusahaan melaporkan pendapatan iklan keseluruhan sebesar US$54,48 miliar selama kuartal tersebut, naik sedikit dari tahun sebelumnya.
Sedangkan analis mengharapkan ada peningkatan sekitar 3% dalam pendapatan iklan YouTube, tapi malah turun 2% menjadi US$7,07 miliar dari US$7,21 miliar setahun yang lalu.
"Google adalah bisnis iklan pertama, dan iklan digital bukan lagi tempat yang aman untuk bersembunyi," kata analis di Bernstein, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (27/10/2022).
Philipp Schindler, Chief Business Officer Google menyatakan perlambatan pertumbuhan pendapatan adalah dampak dari penurunan belanja iklan, terutama belanja iklan perusahaan kripto.
"Pada kuartal ketiga, kami melihat beberapa pengiklan di bisnis Search,"
In the third quarter, we did see a pullback in spend by some advertisers in certain areas in search," Schindler said. "For example in financial services, we saw a pullback in the insurance, loan, mortgage, and crypto subcategories."
Analis Raymond James juga berekspektasi soal pertumbuhan pendapatan iklan jangka panjang dan momentum Google Cloud.
Para analis mencatat rencana Alphabet memperlambat penambahan jumlah kepala, sehingga mereka optimis bahwa margin dapat meningkat pada tahun 2023.
Laporan Alphabet menandai awal yang kurang bagus untuk minggu pendapatan Big Tech bagi investor yang berfokus pada pasar iklan digital, dan analis di Needham mengatakan kemungkinan itu adalah berita buruk bagi Meta.
"GOOGL berbicara tentang lebih banyak pengeluaran perangkat keras ke depan. GOOGL dan META sama-sama menghabiskan lebih banyak capex dan opex pada perangkat keras, yang berarti [Pengembalian Modal yang Diinvestasikan] lebih rendah daripada di masa lalu ketika GOOGL sebagian besar merupakan bisnis perangkat lunak dan periklanan," tulis mereka dalam catatan.
[Gambas:Video CNBC]
Awas Penasaran! Jangan Coba Tanyakan Hal Ngawur Ini ke Google
(dem)