Di Unicorn Serba Cepat Pindah ke Kementerian, Gak Frustasi?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Kamis, 29/09/2022 16:15 WIB
Foto: Ilustrasi/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia startup dan pemerintah disebut memiliki kultur kerja yang berbeda. Soal ini, Farzikha Soerono, seorang mantan karyawan Gojek yang kini bekerja di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan pendapatnya.

Ia mengatakan cukup kaget ketika bekerja di Kemenkes. Sebab kecepatannya bekerja di kementerian tersebut melebihi pengalaman kerja dia di beberapa startup Indonesia. Apa yang biasanya dikerjakan dengan waktu 6 bulan di startup, di Kemenkes hanya ada waktu 2 bulan saja.

"Pelayanan kesehatan itu sangat berkaitan dengan nyawa manusia. Sehingga, ada keinginan yang luar biasa besar dari Kementerian Kesehatan untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan yang benar-benar berkualitas dengan kecepatan yang luar biasa," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2022).


Cerita lain datang dari Ibrahim Arief. Ia sempat tawaran pekerjaan di Facebook dan mendapat tawaran posisi level C sebuah startup lokal dengan kompensasi jutaan dolar.

Ketika dia dipinang pertama kali oleh Facebook, ia malah berpikir ulang. Sebab ia sedang mempertimbangkan tawaran lain di Indonesia yang menurutnya mungkin tidak terlalu menarik dalam hal keuntungan materi, tetapi memberinya kepuasan.

"Rencana awal saya adalah berangkat ke Eropa dan membangun karir saya di Facebook London. Namun setelah melalui pertimbangan yang matang dan proses pengambilan keputusan yang alot, saya memilih untuk tetap tinggal di Indonesia bekerja sama dengan GovTech Edu," ujarnya dikutip dari laman Medium GovTech Edu.

Menurut Ibrahim, banyaknya institusi dan regulasi pemerintah yang melibatkan GovTech Edu, belum lagi luasnya wilayah Indonesia membuatnya makin menantang.

"Kami ingin membuat produk teknologi sederhana - sesuatu yang memenuhi kebutuhan pemerintah sekaligus sederhana dan mudah bagi pengguna kami. Dan, sejujurnya, ini cukup menantang karena kita juga perlu mempertimbangkan peraturannya," kata dia.

"Kami akan duduk berjam-jam dengan para pemangku kepentingan dari sisi pemerintah untuk membahas desain dan alur program mereka. Itu akan selalu menjadi tantangan bagi kami dan pemerintah, tetapi kami bekerja bersama-sama," imbuhnya.

Mengembangkan infrastruktur teknologi raksasa di Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan teknologi mutakhir untuk menangani volume data dan lalu lintas yang sangat besar.

Oleh karena itu, kata dia, GovTech Edu menggunakan tumpukan teknologi modern seperti Golang dan Kubernetes, serta infrastruktur skalabel seperti Cloud SQL dan BigQuery untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Selain teknologi canggih, GovTech Edu juga didukung oleh talenta-talenta yang digerakkan oleh misi dan berpengalaman untuk menghadirkan produk teknologi berkualitas terbaik bagi bangsa. "Lebih dari setengah talenta kami adalah mantan insinyur unicorn, dan kami selalu mencari insinyur berpengalaman dengan rekam jejak yang baik dalam mengembangkan teknologi yang berpusat pada pengguna dalam skala besar." pungkasnya.

GovTech Edu adalah sebuah tim, bagian dari Telkom Group, yang terdiri dari 200+ profesional yang bekerja langsung dengan berbagai kementerian di Indonesia.


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center