Suhu di Negara Teluk Tembus 51 C Listrik Mati Tak Ada AC

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
09 August 2022 10:50
Seorang pria menggunakan kursi rodanya di jalan saat badai pasir di Baghdad,  Irak, Senin (23/5/2022). (AP Photo/Hadi Mizban)
Foto: Seorang pria menggunakan kursi rodanya di jalan saat badai pasir di Baghdad, Irak, Senin (23/5/2022). (AP Photo/Hadi Mizban)

Jakarta, CNBC Indonesia - Irak terkena gelombang panas dengan suhu ekstrem mencapai 51 derajat Celcius. Bahkan membuat jaringan listrik terbesar di sana juga terbakar.

Masalah di jaringan listrik di bagian selatan provinsi Basra, Dhi Qar, dan Maysan membuat jutaan orang harus hidup tanpa listrik pada hari Sabtu.

Selain itu panas ekstrem membuat banyak makanan busuk dan masyarakat terkena penyakit. Ini membuat pihak berwenang harus mengambil langkah menjaga populasi untuk tetap aman saat suhu tinggi, dikutip dari News.com.au, Selasa (9/8/2022).

Bahkan untuk melawan panas, dilaporkan banyak penduduk mengemudikan kendaraannya berkeliling kota untuk menggunakan AC. Libur umum untuk pegawai negeri juga diperpanjang, ungkap pengumuman gubernur Dhi Qar pada Minggu pagi, di mana libur diperpanjang hingga hari raya Muharam dimulai hari Selasa ini.

Rawa-rawa di bagian selatan Dhi Qar juga kering kerontang dan berubah menjadi retakan tanah sepanjang beberapa kilometer. Rumah sakit juga harus berjuang karena banyaknya kasus sengatan panas.

Irak menempati urutan kelima dalam daftar global yang rentan pada perubahan iklim. Sekarang juga harus menghadapi suhu meningkat lebih cepat dari kebanyakan negara lain.

Musim panas ini, Eropa juga menghadapi gelombang panas. Spanyol yang juga terdampak sedang berpikir cara mengaliri air untuk tanaman.

"Kita harus sangat berhati-hati dan bertanggung jawab daripada melihat ke arah lain," kata Menteri Transisi Ekologi Spanyol, Teresa Ribera belum lama ini.

Akibat masalah ini penggunaan air juga dibatasi. Khususnya di wilayah selatan Andalusia yang banyak ditanami buah-buahan dan sayuran Eropa.

Air di waduk juga memiliki tinggi hanya 25% dari kapasitasnya. Professor hidrologi Universitas Jaen, Rosario Jimenez menambahkan baik akuifer bawah tanah dan badan air permukaan hampir habis.

Sementara itu di Inggris pada musim panas suhunya lebih dari 40 derajat Celcius untuk pertama kalinya. Suhu sebelumnya pada 2019 adalah 38,7 derajat Celcius di Cambridge Botanic Garden.



[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Kering Kerontang, 'Batu Kelaparan' Muncul di Jerman

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular