Jarak Bumi dan Matahari Makin Jauh, Dampaknya Mengkhawatirkan

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
09 August 2022 09:15
A child walks beside beach cabins on a pebbled beach, during sunset as a heatwave hits France, in Cayeux-sur-Mer, France, June 29, 2019. REUTERS/Pascal Rossignol     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Seorang anak berjalan di samping kabin pantai di pantai berkerikil, saat matahari terbenam saat gelombang panas menghantam Prancis, di Cayeux-sur-Mer, Prancis, 29 Juni 2019. REUTERS / Pascal Rossignol

Jakarta, CNBC Indonesia - Dari permukaan Bumi, Matahari tampak bergerak dengan jalur yang tetap melintasi langit. Anda mungkin tidak pernah menduga bahwa sebetulnya jarak Matahari dengan Bumi terus berubah.

Faktanya, jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari tidak statis. Matahari disebut makin jauh dari Bumi dari waktu ke waktu.

Rata-rata, Bumi berjarak sekitar 150 juta kilometer dari matahari, menurut NASA. Namun, orbit Bumi mengelilingi Matahari tidak bundar sempurna.

Bentuk orbit Bumi lebih mendekati elips, atau berbentuk oval. Ini berarti jarak Bumi dari matahari dapat berkisar dari sekitar 147,1 juta hingga 152,1 juta km.

Namun, rata-rata bentangan antara Bumi dan Matahari perlahan bertambah jauh seiring waktu. 

Salah satu penyebabnya adalah bahwa Matahari kehilangan massa (menyusut) dan ini adalah salah satu faktor penyebab pasang surut di Bumi.

Matahari terus menghasilkan energi, sehingga terus kehilangan massanya. Selama sisa masa hidup matahari, diperkirakan sekitar 5 miliar tahun lagi. NASA memprediksi Matahari akan kehilangan sekitar 0,1% dari total massanya dari waktu ke waktu sebelum mulai benar-benar mati.

"Meskipun 0,1% mungkin terdengar tidak banyak, faktanya ini massa yang banyak. Massanya (0,1%) kira-kira sama dengan massa Jupiter. Sedangkan Jupiter diperkirakan sekitar 318 kali massa Bumi," kata Brian DiGiorgio, astronom University of California di Santa Cruz kepada Live Science, Senin (8/8/2022)

Kekuatan tarikan gravitasi suatu benda sebanding dengan berapa banyak massa yang dimilikinya. Karena matahari kehilangan massa, tarikannya ke Bumi melemah, membuat planet kita menjauh dari bintang kita sekitar 2,36 inci per tahun.

Lalu, mungkinkah jarak Bumi yang semakin jauh dari matahari memengaruhi iklim Bumi?

Menurut DiGiorgio, saat Bumi menjauh dari matahari, cahaya matahari menjadi lebih redup.

This illustration from NASA shows the Parker Solar Probe spacecraft approaching the sun. Launched in August 2018, the spacecraft will get a gravity assist Wednesday, Oct. 3, 2018, as it passes within 1,500 miles of Venus. The flyby is the first of seven that will draw Parker ever closer to the sun. (Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)Foto: Ilustrasi dari NASA menunjukkan pesawat ruang angkasa Parker Solar Probe mendekati matahari. (Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)

Mengingat bahwa jarak Bumi dari matahari dapat tumbuh sebesar 0,2% selama 5 miliar tahun ke depan. Peredupan ini sesuai dengan pengurangan 0,4% energi Matahari yang mengenai permukaan bumi.

"Ini relatif kecil dibandingkan dengan variasi normal dalam kecerahan matahari yang terjadi karena orbit elips Bumi, jadi tidak perlu terlalu dikhawatirkan." tuturnya.

Hal yang lebih besar untuk dikhawatirkan adalah bahwa ketika matahari berevolusi selama 5 miliar tahun ke depan, model evolusi bintang memprediksi bahwa ia akan meningkatkan kecerahannya sekitar 6% setiap 1 miliar tahun.

Hal ini menurutnya, perlahan-lahan meningkatkan suhu Bumi dan mendidihkan lautan. "Ini akan membuat Bumi tidak dapat dihuni manusia jauh sebelum matahari berpotensi menelannya." kata dia.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Matahari Mati & Nasib Manusia yang Huni Bumi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular