
Kisah Raja Startup Unicorn yang Kini Menderita

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa tahun terakhir SoftBank perusahaan milik Masayoshi Son rajin berinvestasi pada startup unicorn (valuasi di atas US$1 miliar) di berbagai negara. Salah satu kendaraannya adalah Vision Fund.
Setelah menikmati peningkatan valuasi startup yang tinggi. Kini SoftBank harus menderita karena kondisi ekonomi global. Penurunan valuasi dalam portofolio yang terdaftar di unit SoftBank Vision Fund merosot.
Kerugian kuartal pertama portofolio publik Vision Fund bisa mencapai US$10 miliar atau sekitar Rp 149 triliun, demikian dikutip dari laporan Reuters, Jumat (5/8/2022)
Analis Redex Research Kirk Boodry memperkirakan kerugian tersebut berasal dari perusahaan robotika AutoStore Holdings Ltd, perusahaan e-commerce Coupang Inc dan perusahaan kecerdasan buatan SenseTime Group Inc, yang sahamnya turun hampir setengahnya pada hari terakhir bulan Juni.
Meskipun ada visibilitas terbatas pada penilaian portofolio pribadi Vision Fund, penurunan valuasi berkontribusi pada rekor kerugian Vision Fund senilai US$26 miliar yang dilaporkan pada bulan Mei karena kekhawatiran investor atas prospek saham dengan pertumbuhan tinggi di private market (perusahaan yang tidak menjual saham secara publik).
Tingkat evaluasi ulang digarisbawahi ketika perusahaan pembayaran Swedia, Klarna, bulan lalu meningkatkan modal dengan valuasi 85% lebih rendah dari pada pendanaan yang dipimpin SoftBank sepanjang tahun sebelumnya.
"Penurunan dalam portofolio swasta tidak mungkin mencerminkan kelemahan valuasi saat ini di pasar," kata analis Jefferies Atul Goyal.
Masayoshi Son sendiri tercatat telah berinvestasi dengan cepat melalui Vision Fund kedua, di mana ia memiliki saham pribadi di dalamnya. Tetapi pada Mei ia berjanji untuk "bermain bertahan" dan memerintahkan untuk merealisasikan keuntungan investasi di tengah gejolak pasar yang dipicu oleh kenaikan suku bunga dan ketidakstabilan politik.
Miliarder berusia 64 tahun itu sebelumnya telah mengumpulkan kerugian pribadi dengan bertaruh pada derivatif dan saham yang diperdagangkan secara publik melalui lengan perdagangan SB Northstar.
SoftBank telah mengandalkan sahamnya yang besar dan likuid di perusahaan e-commerce Alibaba Group untuk pembiayaan. Saat ini, mereka telah mengumpulkan sebanyak US$ 22 miliar menggunakan saham, Financial Times memperkirakan.
Konglomerat ini menargetkan penawaran umum perdana untuk perancang chip Arm di Amerika Serikat setelah batalnya penjualan ke Nvidia Corp. Tetapi analis mempertanyakan prospek listing tersebut.
SoftBank meluncurkan pembelian kembali 1 triliun yen (sekitar Rp 112 triliun) November lalu, mendukung saham yang telah turun sekitar setengah dari tertinggi pada Maret 2021.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investasi Startup Masayoshi Son Bikin SoftBank Rugi Rp 271 T
