Rusia Cabut dari Stasiun Antariksa ISS, Apa Artinya Bagi AS?
Jakarta, CNBC Indonesia - Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dijadwalkan akan beroperasi hingga 2030. Namun, Rusia mengklaim akan keluar dari ISS setelah 2024.
Direktur jenderal badan antariksa Rusia Roscosmos, Yuri Borisov, membuat deklarasi dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut laporan dari kantor berita publik Rusia.
"Kami pasti akan memenuhi semua kewajiban kami kepada mitra kami, tetapi keputusan untuk menarik diri dari stasiun ini setelah 2024 telah dibuat," kata Borisov, dikutip dari ZDnet, Jumat (29/7/2022).
Kendari demikian, menurut Administrator NASA Bill Nelson, pihaknya belum secara resmi diberitahu tentang rencana Rusia untuk menarik diri dari ISS.
"NASA berkomitmen untuk operasi yang aman dari Stasiun Luar Angkasa Internasional hingga 2030, dan berkoordinasi dengan mitra kami. NASA belum mengetahui keputusan dari mitra manapun, meskipun kami terus membangun kemampuan masa depan untuk memastikan kehadiran utama kami. di orbit rendah Bumi," kata Nelson.
Laporan TASS mengatakan bahwa Rusia akan mulai mengembangkan stasiun luar angkasanya sendiri yang diberi nama Stasiun Layanan Orbital Rusia (ROSS). ROSS akan menjadi prioritas utama kosmonotika berawak domestik.
Terlepas dari ancamannya untuk hengkang lebih dulu dari ISS, Rusia kemungkinan harus tetap menjadi bagian dari ISS hingga 2030 karena biaya yang terkait dengan pembangunan stasiun mereka sendiri, menurut Leroy Chiao, mantan astronot NASA dan komandan Stasiun Luar Angkasa Internasional.
"Rusia sedang berpose. Mereka tidak punya uang untuk membangun stasiun mereka sendiri," ungkap Chiao. Lebih lanjut, membangun dan memelihara teknologi spasial sangat mahal. Biaya pengembangan, perakitan, dan pengoperasian ISS mencapai lebih dari US$100 miliar.
Dana tersebut bukan merupakan upaya satu negara melainkan kontribusi dari Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Jepang, dan 10 dari 20 negara Eropa yang merupakan bagian dari ESA selama rentang waktu 30 tahun. Oleh karena itu, akan sangat sulit bagi Rusia mendapatkan dana yang diperlukan untuk memelihara dan membuat stasiun sendiri.
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membangun stasiun sebesar ISS adalah faktor penting lain apakah Rusia dapat pergi. "Bahkan jika mereka melakukannya, setidaknya perlu enam hingga 10 tahun untuk membangun, yang membawa mereka ke ujung ISS," kata Chiao.
Mengingat bahwa Rusia dan AS adalah kontributor utama ISS, ancaman Rusia untuk pergi lebih awal menimbulkan pertanyaan yakni apa dampak kepergian Rusia bagi proyek tersebut?
Jika Rusia meninggalkan ISS lebih awal, kemungkinan tidak berdampak pada penelitian yang dilakukan di stasiun luar angkasa tersebut.
"Kami tidak membutuhkan mereka untuk alasan lain (listrik, data, komunikasi, sains, atau awak atau transportasi kargo). Saat ini kami memiliki semua kemampuan itu sendiri," ungkap Kolonel Terry Virts, pensiunan astronot NASA
Sementara itu, AS sudah memiliki rencana jangka panjang untuk mendukung ISS yang tidak melibatkan kerja sama Rusia. AS berada di jalur untuk mendukung misi luar angkasa yang lebih pribadi dan didorong secara komersial.
Faktanya, perusahaan swasta yang berbasis di Houston, Axiom, dibentuk untuk membangun stasiun ruang angkasa komersial untuk menggantikan ISS setelah pensiun.
(roy/roy)