
Maaf Kripto Lovers. Crypto Winter kayaknya Masih Terjadi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin, Ethereum, dan kripto lainnya masih cenderung bergairah hingga perdagangan Rabu (20/7/2022) hari ini, setelah pada Mei dan Juni lalu mengalami koreksi yang cukup parah.
Di Bitcoin pada hari ini kembali mencoba untuk menembus ke atas kisaran harga US$ 23.000. Dalam sepekan terakhir, Bitcoin terpantau melesat 19,44%.
Kapitalisasi pasar Bitcoin yang sebelumnya sempat ambruk ke US$ 300 miliaran, kini kembali menjadi US$ 400 miliaran, meski masih belum menyentuh US$ 500 miliaran.
![]() Bitcoin (BTC) YTD |
Tak hanya Bitcoin saja, Ethereum, koin digital (token) terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasarnya juga masih cenderung positif, berkat adanya kabar bahwa token tersebut akan dilakukan proses upgrade kembali.
Dalam sepekan terakhir, Ethereum sudah melejit hingga 46,49%. Kapitalisasi pasar Ethereum yang sebelumnya sempat ambruk ke US$ 120 miliaran, kini kembali menjadi US$ 180 miliaran, meski masih belum menyentuh US$ 200 miliaran.
![]() Ethereum (ETH) YTD |
Meski dalam dua pekan terakhir pasar kripto cenderung positif, tetapi beberapa analis memperkirakan bahwa fenomena crypto winter masih terjadi setidaknya dalam beberapa bulan mendatang.
Beberapa analis teknikal mengatakan bahwa Bitcoin masih cenderung sideways setelah sempat ambruk dan menyentuh level terendahnya sejak tahun 2017, yang menandakan bahwa crypto winter memang masih terjadi.
Penurunan Bitcoin sejak Mei lalu yang diakibatkan oleh kekhawatiran investor akan potensi lesunya ekonomi global telah menjatuhkannya di bawah rata-rata pergerakan (moving average/MA) 200 minggu, di sekitar US$ 22.600, serta di MA 200 hari sekitar US$ 35.500.
Kini, Bitcoin bergerak mendekati garis MA 200 minggunya, menandakan bahwa Bitcoin masih cenderung sideways.
Meski begitu, menurut analisis dari Valkyrie Investments, Bitcoin sudah cenderung mengarah ke pergerakan naik, Tetapi tidak jelas kapan kenaikan tersebut masih akan berlangsung.
"Secara historis kami telah mengakumulasi (di sekitar MA 200 minggu) selama tiga hingga enam bulan," kata Josh Olszewicz, kepala penelitian Valkyrie, dikutip dari Reuters.
Pada perdagangan antara akhir 2018 hingga awal 2019, bitcoin menghabiskan hampir tiga bulan untuk bertahan di titik MA 200 minggu.
"Dalam skenario yang lebih buruk, mungkin saja Bitcoin tidak akan mencetak reli selama satu tahun ini," ujar Olszewicz.
![]() |
Menurut CoinMarketCap, moving average (MA) adalah indikator yang digunakan oleh para trader untuk mengidentifikasi arah tren dan menentukan level resistance serta support.
Selain itu, moving average juga sangat membantu trader dalam melakukan analisis harga dan selanjutnya membantu mereka untuk menentukan langkah potensial berikutnya sesuai pergerakan pasar.
Di dunia investasi, baik di saham maupun kripto, moving average merupakan indikator yang digunakan untuk melihat tren pasar melalui pergerakan harga.
Pada dasarnya, indikator ini selalu mengacu pada riwayat harga aset sebelumnya. Umumnya, periode waktu yang digunakan dalam moving average adalah 15, 20, 30, 50, 100, dan 200 hari.
Namun di pasar kripto, analisis teknikal masih cenderung sulit diterapkan, karena pergerakannya yang cenderung lebih berfluktuasi dibandingkan dengan saham.
Tak hanya menggunakan indikator MA, beberapa indikator teknikal lainnya juga dapat menjadi acuan untuk mengukur pergerakan Bitcoin kedepannya.
Dengan melihat potensial support Bitcoin di rentang US$ 20.000 hingga US$ 12.000, bisa saja Bitcoin dapat terjun lagi.
Pekan ini, Bitcoin sudah mulai menjauhi posisi terendahnya sejak 2017 silam. Tetapi, Bitcoin masih sangat jauh dari posisi tertinggi sepanjang masanya atau all time high (ATH) di kisaran US$ 69.000 yang tercipta pada November tahun lalu.