Kiamat Chip Berakhir, Produksi Laptop dan HP Bakal Dikebut?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelangkaan chip dalam dua tahun terakhir menghantui industri manufaktur. Namun kabarnya kriris chip ini sudah mulai berakhir. Kali ini, justru fenomena oversupply produk semikonduktor itu mulai dilaporkan terjadi.
Perusahaan riset pasar Gartner Inc menyebutkan bahwa oversupply chip global ini terjadi lantaran pelemahan permintaan konsumen untuk pasar elektronik.
Perusahaan itu menyatakan pelemahan ini merupakan dampak dari tekanan inflasi yang terjadi di banyak negara dunia. Permintaan atas produk "pintar" beberapa bulan terakhir merosot tajam padahal selama pandemi laptop dan smartphone justru jadi buruan konsumen.
"Kekurangan chip global yang telah berlangsung selama sekitar dua tahun melihat pergeseran tiba-tiba menjadi kelebihan pasokan semikonduktor untuk smartphone dan komputer pribadi, karena permintaan konsumen untuk elektronik tertentu telah lebih lemah dari yang diharapkan akhir-akhir ini," kata para analis itu dikutip China Daily, Rabu (20/7/2022).
Hasil riset ini sendiri juga diamini oleh beberapa pabrikan chip global. Perusahaan chip asal Amerika Serikat (AS) Micron Technology Inc mengatakan pada akhir Juni bahwa mereka akan mengurangi produksi.
"Hal yang sama juga terjadi di pasar smartphone global. Meskipun data terbaru untuk kuartal kedua belum dirilis, data kuartal pertama menunjukkan bahwa pengiriman smartphone global turun 11% tahun-ke-tahun menjadi 311,2 juta unit," menurut peneliti pasar dari perusahaan riset Canalys.
Meski permintaan chip dalam industri elektronik turun, permintaan di sektor otomotif disebutkan masih cukup kuat. Fenomena ini diakibatkan oleh banyaknya mobil yang mulai tersambung oleh fitur-fitur dan juga internet.
"Seiring mobil semakin dialiri listrik, lebih pintar, dan terhubung ke internet, jumlah elektronik per mobil tumbuh pesat, yang memacu permintaan chip mobil," jelas CEO NXP Semiconductors, Kurt Sievers.
"China akan melihat pertumbuhan yang kuat dalam aspek ini dalam beberapa tahun ke depan." tambahnya menjelaskan potensi pasar otomotif yang kuat di Negeri Tirai Bambu.
(dem)