Ada 'Hantu Ngeri' yang Intai Apple, Apa itu?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada Mei tingkat inflasi tahunan di Amerika Serikat mencapai level 8,6%, tertinggi sejak 1981. Penjualan Apple pun turut terpengaruh akibat mengalami tingkat inflasi yang serupa atau bahkan lebih tinggi.
Apple dilaporkan menghadapi peningkatan biaya logistik global dan kenaikan gaji karyawan. Belum lagi kemungkinan konsumen menunda upgrade iPhone karena daya beli yang menurun. Apple juga menghadapi kendala pasokan terkait dengan lockdown (penguncian wilayah) di China.
Banyak perusahaan, terutama yang memiliki kekuatan penetapan harga, seperti Apple, dapat membebankan biaya kepada pelanggan dengan cara menaikkan harga, terutama jika permintaan kuat.
Walaupun demikian Apple belum terlihat ada tanda akan menaikkan harga untuk iPhone di AS. Tetapi mereka secara perlahan mengubah harga di seluruh dunia karena fluktuasi mata uang.
Apple juga bisa memangkas sebagian biaya, menekan marginnya, sambil menjaga harga tetap stabil untuk menghindari penurunan permintaan.
"Dari sudut pandang inflasi, kami melihat inflasi," kata CEO Apple Tim Cook kepada investor pada panggilan pendapatan pada April. dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (6/7/2022).
"Ini terbukti dalam margin kotor kami kuartal terakhir dan di OpEx kuartal terakhir kami. Jadi kita pasti melihat beberapa tingkat inflasi yang saya pikir semua orang lihat." imbuhnya.
Naiknya Biaya
Cook mengatakan setidaknya ada dua tempat di mana inflasi muncul di neraca perusahaan yakni pada margin kotor dan pengeluaran operasional.
Margin kotor Apple untuk kuartal tersebut adalah 43,7%, lebih tinggi dari ekspektasi analis, tetapi turun sedikit dari kuartal Desember, yang merupakan tertinggi sejak 2012, menurut data FactSet.
Margin Apple akan turun pada kuartal Juni, diprediksi akan mendarat antara 42% dan 43%. Tetapi margin Apple meningkat selama pandemi dan mereka masih berada pada level yang tinggi secara historis.
Biaya operasional untuk kuartal tersebut adalah U$12,58 miliar, meningkat hampir 19% dari tahun ke tahun. Pada kuartal Juni, Apple memperkirakan peningkatan menjadi sekitar US$ 12,8 miliar dalam pengeluaran operasional.
"Pengiriman adalah tantangan besar," kata Cook pada bulan April. "Dari sudut pandang inflasi dan dari sudut pandang ketersediaan."imbuhnya.
Kenaikan biaya lainnya terkait dengan kekurangan silikon yang didorong oleh lockdown akibat Covid-19 di China selama paruh pertama tahun ini, dan kelangkaan keseluruhan chip yang diperlukan untuk produknya. Cook mengatakan, bagaimanapun, bahwa beberapa komponen menjadi lebih murah.
Apple juga mungkin menghadapi peningkatan biaya tenaga kerja. Perusahaan menaikkan gaji untuk karyawan korporat dan ritelnya sebagai tanggapan terhadap kondisi pasar setelah saingannya, termasuk Google, Amazon, dan Microsoft, membuat perubahan pada kompensasi karyawan awal tahun ini dalam upaya untuk menarik dan mempertahankan talenta teknologi.
"Perusahaan lain yang kami ikuti kehilangan margin pada inflasi biaya, tetapi Apple memandang keranjang biayanya relatif stabil dengan biaya komoditas yang lebih rendah mengimbangi biaya tenaga kerja dan pengiriman yang lebih tinggi," ujar analis Morgan Stanley Katy Huberty dalam sebuah catatan.
Kemungkinan Penjualan yang Melambat
Peningkatan biaya bukanlah skenario terburuk untuk Apple. Risiko yang lebih besar adalah jika inflasi dan kondisi makro ekonomi lainnya akan menekan permintaan produk Apple.
Secara teori, selama resesi atau dalam menghadapi penurunan daya beli, konsumen menunda pembelian barang tahan lama, termasuk elektronik, kata para ekonom.
Dalam kasus Apple, ini bisa berarti bahwa konsumen yang membeli ponsel dua atau tiga tahun lalu mungkin memutuskan untuk tidak meningkatkan ke model terbaru tahun ini dan menunda pengeluaran sampai kondisi ekonomi lebih baik.
"Terkadang Anda hanya berhati-hati dan menunda pembelian," ungkap Jim Wilcox, ekonom University of California Berkeley. "Menunggu dan melihat adalah strategi keuangan yang sangat masuk akal." lanjutnya
Investor sebagian besar menjadi lebih nyaman bahwa pengguna Apple setia dan cenderung terus meningkatkan perangkat mereka secara teratur. Tapi perlu dicatat penurunan pembelian terkait inflasi dapat membuat keyakinan itu dipertanyakan.
"Dalam kasus Apple, mereka memiliki ekosistem yang sangat kuat, pelanggan mereka sangat setia," kata analis Bernstein Toni Sacconaghi di CNBC Internasional pekan ini.
Apple memang belum mengisyaratkan kelemahan penjualan. Pada bulan April, dikatakan permintaan tetap tinggi dan menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda memburuknya kepercayaan konsumen.
Menurut perkiraan terbaru dari Counterpoint, pengiriman unit ponsel premium yang berharga US$400 atau lebih turun 8% pada kuartal pertama, dibandingkan dengan 10% untuk pasar secara keseluruhan.
(roy/roy)