
Mengenal Burn Rate, Apakah Benar Semua Startup Bakar Duit?

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah tsunami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kabarnya karena bubble burst, startup diminta agar jangan terlalu agresif bakar duit. Padahal, startup sudah identik dengan model bisnis bakar duit atau burn.
Sebetulnya, istilah burn atau bakar duit tidak melulu terkait promosi dan diskon untuk konsumen. Konsep burn atau burn rate yang diterapkan oleh pendiri startup punya makna yang lebih luas.
VP of Investment AC Ventures Alvin Cahyadi menjelaskan burn rate merupakan seberapa banyak uang yang keluar atau digunakan untuk menjalankan suatu perusahaan.
Karena di awal merintis, startup biasanya masih merugi. Mereka belum meraih profit karena masih dalam tahap membangun produk yang terbaik sehingga pas dengan kebutuhan konsumen, termasuk aktivitas pemasaran untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar.
"Jadi sebenarnya burn rate itu mengacu pada kerugian suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu," kata Alvin saat wawancara kepada CNBC Indonesia.
Sementara itu, menurut Principal of East Ventures Devina Halim, burn rate menggambarkan tingkat kecepatan startup menghabiskan modal investasi yang mereka terima untuk membiayai pengeluaran operasional. Burn akan terus berlangsung hingga startup berhasil mencapai arus kas positif di neraca operasional mereka.
"Burn rate merupakan angka, berapa banyak sebuah perusahaan menghabiskan uang, biasanya dalam kurun waktu per bulan," ungkap Devina.
Ini menjadi istilah umum di dalam dunia startup yang kebanyakan dari perusahaan-perusahaan masih belum profitable atau menghasilkan keuntungan.
Menurut Alvin, para founder atau pendiri startup ini harus memahami burn rate, karena perusahaan wajib mengetahui jumlah dana yang dimiliki.
"Apakah kerugian yang dihasilkan perusahaan setiap bulannya, apakah kita punya cukup uang untuk menjalankan startup," terang Alvin.
Untuk menghitungnya, secara rumus, konsep burn rate sama seperti total kerugian perusahaan.
"Jadi mungkin misalnya burn rate 2 milyar per bulan, tetapi kita bisa optimisasi dari marketing atau bisa optimisasi dari segi account." pungkasnya.
(Intan Rakhmayanti Dewi/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Alasan Pendiri Startup Butuh Co-founder