
Bayar Belanjaan Bakal Kian Mudah: Tinggal Scan Wajah & Tangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mastercard melaporkan sedang menguji coba teknologi baru yang memungkinkan pembeli melakukan pembayaran hanya dengan wajah atau tangan mereka di titik checkout.
Perusahaan sistem pembayaran ini meluncurkan program bagi retailer untuk menawarkan metode pembayaran biometrik, seperti pengenalan wajah dan pemindaian sidik jari. Saat checkout, pengguna akan dapat mengautentikasi pembayaran mereka dengan menunjukkan wajah atau telapak tangan mereka alih-alih menggesek kartu mereka.
Program ini telah dijalankan di lima toko kelontong St Marche di Sao Paulo, Brasil. Mastercard mengatakan pihaknya berencana untuk meluncurkannya secara global akhir tahun ini.
"Semua penelitian yang kami lakukan telah memberi tahu kami bahwa konsumen menyukai biometrik," ujar Ajay Bhalla, presiden cyber dan intelijen Mastercard, seperti dikutip dari CNBC International, Rabu (18/5/2022). "Mereka ingin melakukan pembayaran di toko senyaman membuka ponsel."
Sekitar 1,4 miliar orang diperkirakan akan menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk mengautentikasi pembayaran pada tahun 2025, angka ini lebih dari dua kali lipat dari 671 juta pada tahun 2020, menurut perkiraan dari Juniper Research.
Mastercard mengatakan pihaknya berencana untuk membawa program tersebut ke AS, Eropa, Timur Tengah dan Asia.
Dalam jangka panjang, visi Mastercard adalah membuat teknologi tersebut "dapat dioperasikan secara global," kata Ajay Bhalla. "Jadi, setelah Anda menyimpan kredensial, Anda bisa menggunakan ini di mana saja."
Keamanan Data Pengguna
Penggunaan informasi biometrik untuk pembayaran menimbulkan sejumlah kekhawatiran seputar privasi dan bagaimana data dikumpulkan.
Untuk bagiannya, Mastercard mengatakan semua data yang dimasukkan pelanggan ke dalam sistemnya dienkripsi sedemikian rupa sehingga memastikan privasi mereka tidak terganggu.
Menuju Metaverse
Alat biometrik Mastercard suatu hari nanti dapat membantu pengembangan infrastruktur pembayaran untuk "metaverse", menurut Ajay Bhalla. "Apa yang kami kerjakan adalah metaverse," katanya.
Metaverse mengacu pada dunia virtual hipotetis di mana pengguna dapat bekerja, berdagang, atau bersosialisasi. Istilah ini telah menarik banyak buzz di Silicon Valley berkat rebranding Facebook menjadi Meta tahun lalu.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Mastercard Mundur, Surat Resign Dijual Jadi NFT