Berkaca dari Kasus Terra LUNA, Apakah Stablecoin Masih Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Aset kripto TerraUSD (UST) dan Terra Luna (LUNA) sedang jadi sorotan sepekan ini. Alasannya harga kedua aset kripto tersebut tak stabil. Bahkan LUNA turun sampai 99% hanya dalam hitungan hari, padahal ia sempat jadi primadona investor dan capai harga tertinggi sepanjang masa.
Penurunan harga LUNA ini sangat terpengaruh oleh faktor peg (nilai patok) atau berkurangnya nilai dari stablecoin asli jaringan Terra, UST. Stablecoin UST turun ke level US$0,22 pada perdagangan Jumat (13/5) menjadi yang terendah sepanjang masa. Melihat hal ini apakah stablecoin masih aset kripto teraman untuk investasi saat ini?
Namun sebelum menjawab hal tersebut, perlu diketahui apa yang terjadi pada UST. Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menjelaskan, mekanisme stablecoin algoritmik memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Hal inilah yang menjadikan harga LUNA sangat terpengaruh oleh penurunan UST yang sangat dramatis.
Afid menuturkan, CEO Terra, Do Kwon pun mengakui model stablecoin tersebut hadir dengan beberapa pengorbanan. Faktanya, memang stablecoin dengan metode algortime sangat terdesentralisasi. Namun, dibandingkan dengan koin seperti Tether, ia menghadapi beberapa masalah stabilitas harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan.
"Jika terlalu banyak orang yang mencoba menembus UST sekaligus, hipotesis "death spiral" dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna," ujar Afid, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (18/5/2022).
Afid menerangkan kemungkinan besar penurunan ini terkait juga dengan adanya serangan dari 'oknum' yang memanfaatkan kelemahan dari mekanisme yang Terra punya. Kelemahan dari Terra LUNA adalah soal "death spiral".
