Alasan Quick Commerce Populer, Belanja Online Hitungan Menit

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
10 May 2022 13:20
Kurir mengantarkan logistik untuk warga yang terkena lockdown di Shanghai, China. (AP/Chen Si)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama satu dekade terakhir, e-commerce telah berkembang pesat di Indonesia. Konsumen di kota-kota besar serta beberapa kota kecil kini nyaman berbelanja hanya dengan menggunakan smartphone.

Namun, aktivitas belanja online sering kali terkendala urusan logistik karena perkembangan bisnis pengiriman barang belum bisa mengimbangi perkembangan e-commerce. Paket sering memakan waktu dua hingga lima hari kerja untuk mencapai tujuan, termasuk di area di kota besar.

Karena itu, bermunculan layanan baru untuk pengiriman barang e-commerce jarak pendek yang menyediakan opsi hari pengantaran di hari yang sama dan hari berikutnya (same day dan next day). Ternyata, konsumen e-commerce di Indonesia mau membayar lebih untuk menerima barang yang mereka pesan secepat mungkin.

Faktor ini turut berkontribusi atas ke kemunculan layanan quick commerce atau perdagangan cepat, yang bahkan menjanjikan untuk bisa mengirim barang sampai ke tangan pelanggan dalam hitungan menit.

Quick commerce atau sering disingkat q-commerce adalah layanan yang menjual barang dalam jumlah kecil, biasanya kebutuhan sehari-hari seperti bahan pangan, yang ditargetkan untuk tiba di depan pintu pelanggan, biasanya hanya dalam waktu 15 menit hingga 30 menit.

Model bisnis ini biasanya melibatkan serangkaian hub logistik yang disebut "dark store" atau "toko gelap" di daerah pemukiman padat, berbeda dengan gudang besar yang sering dibangun perusahaan e-commerce di pinggiran kota. Idenya adalah untuk mendorong pengiriman lebih cepat dengan frekuensi order lebih tinggi.

"Kami telah melihat bagaimana pandemi telah mendorong frekuensi dan ketergantungan pada perdagangan digital," kata Adrian Li, Managing Partner AC Ventures kepada KrAsia yang dikutip CNBC Indonesia dari situs resmi AC Ventures, Selasa (10/5/2022).

Model quick commerce, imbuh Adrian, memiliki tingkat adopsi yang luar biasa di beberapa pasar maju dan berkembang, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Oleh karena itu, Jabodetabek adalah kandidat utama untuk replikasi model ini.

Menurut Redseer, konsumen menginginkan akses cepat ke barang karena terbatasnya jam buka toko offline dan terbatasnya waktu pengiriman toko online. Hal ini telah menyebabkan peningkatan tajam dalam pemilihan pengiriman hari yang sama untuk pengiriman e-commerce di Indonesia yang tumbuh 3 kali lipat.

Data Redseer menunjukkan bahwa jumlah order e-commerce yang menggunakan tipe pengiriman same day pada semester I/2020 hanya sekitar 3 juta hingga 4 juta order per hari. Hanya dalam setahun, pada semester I/2021, jumlah order same day telah mencapai 8 juta order per hari. 

Potensi pasar quick commerce menarik sejumlah startup untuk menggarap  sektor ini dan mengundang minat investor sebagai pendukung mereka. Beberapa contohnya adalah Bananas, yang mengumpulkan US$ 1,5 juta pada Februari, Astro yang mendapatkan investasi US$ 27 juta pada Januari, dan Dropezy, yang mengantongi pendanaan US$ 2,5 juta pada September tahun lalu.

Jenis layanan ini tidak terbatas pada pendatang baru. Platform yang sudah mapan juga bisa memanfaatkan jaringan pengiriman dan rantai pasokan yang ada untuk memperkenalkan penawaran perdagangan cepat mereka sendiri.

Misalnya, HappyFresh meluncurkan jaringan "dark store" mereka sendiri yang bernama HappyFresh Supermarket pada awal Februari. Grab, yang telah kini meawarkan GrabMart Kilat di platformnya, begitu juga Tokopedia dengan Tokopedia Now. Bukalapak berkolaborasi dengan Trans Retail untuk membentuk Allo Fresh. Selain itu, publik masih menantikan layanan quick commerce sebagai buah  dari akuisisi Ranch Market oleh Blibli dan investasi Gojek di Hypermart.

Target layanan quick commerce

Adrian menggambarkan quick commerce sebagai layanan "premium" yang menargetkan pelanggan yang kurang sensitif terhadap harga dan mereka yang mengutamakan kenyamanan di atas segalanya. Jenis pembeli ini cenderung kembali ke platform yang sama dan sering melakukan pembelian.

Itu berarti, penggunaannya cenderung bekerja di area metro yang padat penduduk, tempat permintaan untuk pengiriman instan tinggi.

Terlebih lagi, kawasan perumahan premium di Jakarta yang umumnya memiliki akses jalan baik dibanding dengan lingkungan di kota-kota tier 2 dan tier 3. Hal ini memungkinkan pengiriman yang cepat di Jabodetabek.

Selain itu, jaminan pengiriman setengah jam yang datang dengan harga lebih tinggi tidak memiliki daya tarik yang sama di kota-kota kecil dan daerah perdesaan, karena di sana daya belinya masih rendah dan laju kehidupan lebih lambat.

Quick commerce di Indonesia masih dalam tahap awal, tetapi para pelaku industri yakin akan potensinya karena permintaan atas pembelian bahan makanan online terus meningkat di perkotaan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular