
Bukalapak Untung, Bukti Startup Unicorn RI Bisa Cetak Profit?

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan keuangan kuartal I-2022 PT Bukalapak Tbk. (BUKA) bikin kaget banyak pihak . Tidak tanggung-tanggung, kinerjanya berbalik dari rugi Rp 327,99 miliar menjadi laba Rp 14,42 triliun.
Bagi para pelaku usaha dari bisnis teknologi, catatan laba di laporan keuangan Bukalapak memberikan harapan baru. Paling tidak, bisa menjadi bukti bahwa startup teknologi bisa bertransformasi dari perusahaan yang terobsesi dengan pertumbuhan menjadi perusahaan pencetak profit.
Lalu, bisnis apa yang membuat Bukalapak mampu meraih untung?
Secara umum, BUKA mempunyai tiga segmen bisnis yaitu marketplace, Mitra Bukalapak, dan BukaPengadaan.
Segmen marketplace adalah bisnis yang mempertemukan penjual dan pembeli atau penyedia jasa dan pengguna (termasuk logistik, voucer, pinjaman), di sebuah platform online. Di sini, Bukalapak meraih pendapatan dari fee yang dikutip dari tiap transaksi pembelian.
Kemudian, ada segmen bisnis agensi yang diberi nama Mitra Bukalapak. Pendapatan BUKA datang dari penjualan barang dagangan ke mitra dan dari komisi atas transaksi. Terakhir, ada BukaPengadaan yaitu bisnis procurement atau business-to-business. Modelnya sederhana, yaitu dari penjualan barang.
Berdasarkan laporan kuartal I/2022, bisnis Mitra dan BukaPengadaan Bukalapak masih rugi. Segmen Mitra Bukalapak masih "berdarah" nyaris Rp 85,3 miliar, sedangkan bisnis BukaPengadaan rugi Rp 9,5 miliar.
Satu-satunya segmen yang membukukan laba adalah marketplace, dengan laba Rp 14,65 triliun. Padahal pada kuartal yang sama 2021, segmen marketplace Bukalapak masih rugi Rp 251,4 miliar.
Faktor utama yang membalik nasib Bukalapak adalah angka Rp 15,5 triliun yang dicatatkan sebagai "laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi". Tanpanya, segmen marketplace Bukalapak masih minus lebih dari Rp 800 miliar.
John Octavianus, Principal Advisor Nilzon Capital, menjelaskan bahwa laba Bukalapak adalah laba di atas kertas karena, berdasarkan PSAK 71, investasi di perusahaan lain dengan syarat tertentu diakui di laporan keuangan sebagai Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi.
Dalam hal ini, aset yang nilainya tertinggi yang dicatatkan Bukalapak adalah kepemilikan atas saham Bank Allo (BBHI). "Karena nilai wajar, dalam hal nantinya harga saham BBHI turun maka akan berdampak pada turunnya laba operasional," kata John.
Bukalapak menerima pengalihan sekitar 11,49 persen dari total saham di harga Rp 478 per saham dalam right issue di Allo Bank. Ketika itu, dana yang disiapkan BUKA sekitar Rp 1,19 triliun. Pada 31 Maret 2022, harga saham BBHI ditutup di harga Rp 5.775 atau 12 kali harga right issue.
Intinya, keberhasilan BUKA mencetak laba adalah buah dari aktivitas investasinya. Dari tiga segmen bisnis sehari-harinya, model bisnis Bukalapak belum terbukti mampu menghasilkan profit.
Pertanyaannya, apakah model perusahaan/investor ini bakal terus dijalani oleh Bukalapak? Karena, ternyata Bukalapak sudah punya komitmen untuk menyalurkan kasnya untuk disalurkan melaui private equity dan venture capital yang aktif mendanai startup?
Lalu, apakah raksasa teknologi lain yang sudah dan akan masuk bursa akan menjadikan ini inspirasi? Sambil menunggu bisnis "orisinal" untung, investasikan saja modal yang dihimpun dari pasar ke bisnis yang sudah jelas cepat cuan.
(dem/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukalapak Akuisisi iPrice, Lanjut Aksi Caplok Startup Digital