Sambut Era Baru Pemasaran Penuh Cuan: Marketing di Metaverse!

Arif Gunawan & Arif Gunawan & Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
21 April 2022 15:51
FILE - Kelly Taylor tries out a metaverse virtual shopping experience at the LOTTE Data Communication booth during the CES tech show Wednesday, Jan. 5, 2022, in Las Vegas. The thousands of people who gathered in Las Vegas for this week's CES gadget show were a fraction of the usual crowd for the influential tech conference, the event's organizer said Friday, Jan. 7. The Consumer Technology Association said on the show's closing day that more than 40,000 people attended the multi-day event on the Las Vegas Strip. (AP Photo/Joe Buglewicz, File)
Foto: AP/Joe Buglewicz

Jakarta. CNBC Indonesia - Metaverse mengubah lanskap jasa pemasaran. Untuk saat ini, praktisi pemasaran produk dan brand telah bisa memanfaatkan video game berbasis realitas tertambah (Augmented Reality/AR) atau realitas virtual (Virtual Reality/VR) sebagai "makanan pembuka" sebelum jauh mengeksplorasi Metaverse.

Peluang pemasaran berbasis dunia virtual dimungkinkan setelah pengembang perangkat keras seperti Meta, Snap, dan Samsung telah merilis headset VR yang bagus dan terjangkau. Seiring dengan kenaikan pengguna game di Metaverse berbasis AR dan VR, pasar dan kebutuhan akan produk pun tercipta di sana.

Mengacu pada Survei Comscore pada Juni 2021 yang diikuti responden dengan kelompok umur kisaran 18-65 tahun, sebanyak 42% responden mengatakan bahwa mereka berharap ada penempatan produk yang relevan dengan video game berbasis VR dan AR.

Selain itu, sebanyak 30% berharap ada penempatan produk di Metaverse yang sesuai dengan kebutuhan para pemain game tersebut.

Fortnite telah memulai debut di ruang virtual yang tidak hanya berfokus pada permainan game, tapi juga menyediakan ruang bagi praktisi pemasaran dan brand untuk memanfaatkannya. Ini memberi kesempatan bagi praktisi pemasaran untuk menguji aspek sosial Metaverse tanpa terlalu mengkhawatirkan spesifikasi teknologi.

Beberapa video game di Metaverse menyediakan fitur yang dapat dipersonalisasi dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar Anda. Beberapa pengembangnya adalah Roblox, Animal Crossing, dan Fortnite.

Di sana, pengguna dapat mendesain pakaian, menjamu pemain lain di pulau atau alam semesta virtual yang dibuat khusus, serta menciptakan suasana bermain yang berbeda dari video game tradisional. Hal ini akan memberikan pengalaman yang jauh lebih menarik bagi praktisi pemasaran untuk menjual brand, mulai dari aktivasi berbayar maupun organik.

Para pemain game terbuka untuk melihat merek dalam permainan, tapi penting untuk mempertimbangkan bagaimana produk atau merek menyatu dengan lingkungan permainan.

Terobosan pemasaran berbasis Metaverse ini sudah dijalankan oleh perancang fashion ternama. Gucci Garden menyediakan fitur di Roblox yang memungkinkan pengguna menjelajahi ruangan indah dan membeli tas Gucci virtual untuk avatar mereka di game tersebut. Hasilnya, sebanyak 4,5 juta produk telah terjual selama dua pekan!

Sementara itu, brand juga dapat menjadi tuan rumah di Metaverse. Misalnya brand Vans yang bertemakan skateboard di Roblox, yang telah berhasil mendatangkan kunjungan lebih dari 61,3 juta sejak diluncurkan pada April 2021.

Tidak hanya itu, acara dalam permainan juga dapat menarik pengunjung seperti konser Lil Nas yang telah digelar pada November 2020 di Roblox, dengan jumlah penonton lebih dari 33 juta kali.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Dunia Virtual & Metaverse Disebut Masa Depan Internet

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular