Badai Matahari Makin Sering, Apa Dampaknya ke Bumi?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
15 April 2022 11:50
This illustration from NASA shows the Parker Solar Probe spacecraft approaching the sun. Launched in August 2018, the spacecraft will get a gravity assist Wednesday, Oct. 3, 2018, as it passes within 1,500 miles of Venus. The flyby is the first of seven that will draw Parker ever closer to the sun. (Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)
Foto: Ilustrasi dari NASA menunjukkan pesawat ruang angkasa Parker Solar Probe mendekati matahari. (Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak beberapa waktu lalu, badai Matahari sering terjadi. Namun apa sebenarnya dampak fenomena itu ke Bumi?

Salah satunya adalah bisa menyebabkan berbagai fenomena cuaca antariksa yang berdampak pada kemunculan aurora hingga kerusakan satelit. Hal ini terjadi saat badai geomagnetik menghantam Bumi pada awal November lalu.

Badai geomagnetik bisa mengganggu infrastruktur paling penting. Dari jaringan listrik, satelit navigasi, hingga komunikasi radio pesawat di daerah terpencil.

Untuk menginformasikan kejadian ini, Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) di Amerika Serikat, memberikan peringatan pada operator infrastruktur apabila terjadi masalah.

Salah satu contohnya saat badai terjadi bulan November lalu. Tim itu akan memberitahu seluruh operator jaringan listrik di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, meskipun risiko apapun menjadi salah itu rendah.

"Mereka ingin tahu bahwa itu terjadi jadi mereka tahu untuk bersiap," kata koordinator program , Bill Murtagh kepada Space, dikutip Jumat (15/4/2022).

Sementara itu, badai geomagnetik dengan skala ringan dan sedang juga terjadi pada bulan Maret lalu. Saat itu dapat memengaruhi beberapa sinyal radio frekuensi tinggi di lintang tinggi dan perlu tindakan korektif untuk satelit karena pergeseran lokasi.

Saat itu juga diprediksi adanya fluktuasi jaringan listrik dan ada gangguan pada aktivitas hewan yang bermigrasi. Ada peningkatan fenomena aurora borealis dan australis.

"Ada kemungkinan peningkatan pada aurora oval pada waktu-waktu selama 13 dan 14 Maret sebagai akibat dari dua Coronal Mass Ejections (CME) dan aliran kecepatan tinggi lubang koronal yang tiba di Bumi," kata British Met Office.


(npb/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Badai Matahari Bikin Bumi Siaga Tinggi, Ini Dampaknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular