
Web 3.0 Dinilai Dapat Beri Peluang Ekonomi Tanah Air?

Jakarta, CNBC Indonesia - CNBC Indonesia Economic Outlook 2022 bersama dengan Pluang dan Y20 Indonesia 2022 dalam tema 'Percepatan Pemulihan Ekonomi Indonesia' menghadirkan dialog eksklusif dan paparan dari para tokoh ekonomi dan ahlinya untuk mengulas arah, strategi dan tantangan pemulihan ekonomi nasional 2022.
Kemajuan umat manusia saat ini kian berkembang pesat, terlebih dalam waktu 10 tahun terakhir. Kegiatan ekonomi tradisional saat ini sudah digantikan dengan model keuangan yang lebih canggih seperti crypto wallet dan blockchain. Perubahan digitalisasi ini pun disebabkan karena adanya fenomena Web 3.0.
Founder dan CEO UpBanx Wafa Taftazani mengatakan, Web 3.0 sendiri dapat diartikan fenomena pertukaran informasi atau konten terjadi secara universal ke semua arah dan tidak ada lagi central authority.
"Dia menjadi desentralisasi, artinya ketika suatu informasi disampaikan akan terekam secara transparan dan lengkap, dan agar informasi itu bisa memberi impact ke sistem tersebut harus disetujui oleh semua participant yang ada di dalam sistem tersebut, hal ini menjadi kunci dasar dari 3.0," ujar Wafa dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2022 beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan, fenomena Web 3.0 di Indonesia saat ini ini layaknya seperti Youtube yang memiliki video viral pada 2007-2008. Menurutnya, masyarakat saat itu memiliki proses 'kaget' untuk memahami apa itu Youtube dan bagaimana cara kerjanya.
"Nah Web 3.0 ini sama, kita sedang dalam proses pembelajaran. Akan banyak mungkin hal-hal yang lucu dan unik pada awalnya, namun semua ini pada akhirnya akan menjadi dewasa dan terjadi di Web 3.0," tambahnya.
Web 3.0 sendiri dapat dilihat dari fenomena Metaverse yang menggabungkan elemen seperti Kripto, NFT, dan Blockchain. Selain itu, di Metaverse, terdapat juga smart contract yang akan dijadikan panduan atau aturan main, sehingga segala hal yang ada di dalamnya bisa berjalan lancar.
"Ini seperti aturan yg sama sama disetujui oleh pengguna di metaverse untuk bagaimana dapat meregulasi aset," tukas Wafa.
Lebih lanjut, menurutnya, di Indonesia saat ini banyak yang belum terjamah rekening bank dan kartu kredit sehingga tidak memiliki credit scoring dan tidak bisa mendapat pendanaan pinjaman dan investasi. Untuk itu, Wafa menuturkan, bahwa Web 3.0 ini dapat mengatasi hal tersebut dan dapat menjadi peluang yang luar biasa untuk perekonomian di Indonesia.
"Kalau tidak bisa dapat pendanaan artinya tidak dapat bertumbuh kembang secara ekonomi dan skalanya masif. Web 3.0 memotong semua batas itu. Sekarang lebih banyak yang punya wallet crypto dibanding rekening saham, jumlahnya hampir belasan juta," jelasnya.
Transformasi digital ini dikatakannya juga harus memikirkan pekerjaan tradisional di metaverse, karena aktivitas ekonomi akan berpindah dari physical verse ke metaverse. Hal ini disebabkan bisa saja hanya orang yang mengerti teknologi saja yang bisa mendapatkan uang di Metaverse.
"Ini perlu dikaji bersama karena banyak sekali pekerjaan di web 3.0 tidak bisa dilakukan di web 2.0, dan juga ada banyak hal yang dilakukan di metaverse menjadikan hal di dunia nyata tidak relevan lagi. Ini perlu di-manage dengan baik kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menggunakan Web 3.0 untuk kemajuan bangsa," papar Wafa lagi.
Dalam dukungan Web 3.0 tersebut, ex Co-Chair Y20 ini menyebut, saat ini sudah ada lembaga yang berperan aktif seperti para asosiasi, dan Bappebti yang berkoordinasi dengan OJK dan pemerintah seperti Kementerian Perdagangan.
"Menurut saya sekarang tahapnya adalah bagaimana industri membuktikan diri conduct aktivitas dengan baik dan self regulate menciptakan ekosistem yang sehat. Yang penting sama-sama harus di-embrace dan jangan sampai punya perspektif negatif. Karena kalau gitu bisa-bisa Indonesia ketinggalan lagi seperti Web 2.0 terlambat 10 tahun. Kita bisa jadi pemimpin karena Web 3.0 di-reset dari awal, ayo lari sama sama," pungkasnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Milenial Mau Ikut Gerakkan Ekonomi Indonesia, Ini Caranya!