Pakar BRIN Bicara Prediksi Jakarta Tenggelam 2050

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
07 October 2021 16:55
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau program pembangunan tanggul pantai di Muara Baru Jakarta, Kamis (16/9/2021).
Foto: Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau program pembangunan tanggul pantai di Muara Baru Jakarta, Kamis (16/9/2021).

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan perihal proyeksi tenggelamnya DKI Jakarta pada 2050. Adanya perubahan iklim, kenaikan permukaan laut (sea level rise) dan penurunan permukaan tanah (land subsidence) disebut menjadi penyebab Jakarta tenggelam nantinya.

Profesor Riset Bidang Metereologi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Eddy Hermawan menjelaskan kenaikan permukaan laut setiap tahunnya sebenarnya kecil, yakni hanya 3 mm per tahun. Dengan begitu kecil, kemungkinan menjadi penyebab tunggal tenggelamnya Jakarta. Bahaya utama di kawasan pantai utara Jawa (Pantura) dan Jakarta adalah penurunan permukaan tanah yang masih belum bisa diprediksi ataupun dibuat skenarionya.

Saat ini ada tiga daerah yang mengalami penurunan tanah terdalam dalam kurun 2015-2020 yakni, Pekalongan hingga 2,1-11 cm per tahun, Semarang 0,9-6 cm , Jakarta 0,1-8 cm. Dia menilai diperlukan strategi adaptasi, dan tidak cukup hanya dengan pembangunan tanggul raksasa.

"Sea level rise dan land subsidence akan memberikan dampak yang lebih luas, dampak dari fenomena ini akan menghantam Jakarta dan Pantura, jadi dari sisi bawah rusak dan dari atas pun tidak tanggung-tanggung," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Profesor Riset Geoteknologi Hidrologi Air Tanah Robert M Delinom mengatakan penurunan tanah di Jakarta karena sifat bebatuan yang masih muda atau lembek, terutama di pantai utara Jakarta. Meski demikian tidak semua wilayah Jakarta terdiri dari tanah lembek, sehingga besaran penurunan tanah di setiap daerah pun berbeda.

Salah satu daerah yang mengalami penurunan tanah secara signifikan yakni kawasan Sunda Kelapa, sejak 1914 muka air laut sungai Ciliwung telah turun 2,2 meter pada 2011. Pihaknya menghitung daerah tersebut penurunan permukaan bisa mencapai 17 cm per tahun.

Selain karena sifat batuan yang lembek, penurunan permukaan semakin cepat karena pengambilan air tanah dan pembangunan masif yang dilakukan di pantai utara Jakarta. Pasalnya, di daerah utara kawasan tanah lembek banyak ditemukan, sehingga pembangunan yang masif pun mempercepat penurunan tanah.

"Dengan sea level rise Jakarta 4,3 mm per tahun, kita tidak bisa mengabaikan penurunan tanah karena kombinasi keduanya yang meningkatkan risiko," kata Robert. "Jakarta dan Pantura bisa tenggelam tapi tidak dalam kurun waktu segera."


(rah/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Sebut Jakarta Terancam Tenggelam, Ini Isi Riset NASA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular