
Bukan Jakarta, Penurunan Tanah Pekalongan Lebih Meresahkan

Jakarta, CNBC Indonesia - Profesor Riset Bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengungkapkan daerah Pekalongan mengalami penurunan tanah (land subsidence) yang lebih dalam ketimbang DKI Jakarta. Berdasarkan catatan BRIN, penurunan tanah di Kota Pekalongan sebesar 2,1-11 sentimeter per tahun.
Perhitungan penurunan tanah ini dihitung selama periode 2015 hingga 2020. Sementara Jakarta tercatat penurunan tanah 0,1-8 cm per tahun dalam kurun waktu lima tahun. Kemudian Semarang dengan penurunan tanah 0,9-6 cm per tahun, Cirebon 0,3-4 cm per tahun, dan Surabaya sebesar 0,3-4,3 cm per tahun.
Edy mengatakan dengan rata-rata penurunan tanah dan kenaikan air laut (sea level rise), pada 2050 kawasan Jakarta yang terendam sekitar 25% dan tidak mencapai kawasan Monas. Meski demikian dia mengingatkan untuk tetap membuat upaya mitigasi, pasalnya penurunan permukaan tanah di Jakarta tidak terjadi secara merata.
Ada beberapa daerah di utara Jakarta yang memiliki kandungan tanah lembek atau lempung, sehingga meningkatkan potensi penurunan tanah lebih dalam.
"Kalau hanya dari pengaruh sea level rise saja kecil, tentu kita lihat dr faktor kedua yakni penurunan permukaan tanah. Beberapa daerah di utara, Jakarta dan hampir sepanjang Pantura mengindikasikan tanah lembek, bayangkan ini sepanjang pantai utara Jawa hampir semua kena," kata Edy, dalam Webinar 'Benarkah Jakarta dan Pantura Akan Tenggelam?' secara virtual, Rabu (6/10/2021).
"Sea level rise dan land subsidence akan memberikan dampak yang lebih luas. Dampak dr fenomena ini akan menghantam Jakarta, Pantura, jadi dari sisi bawah rusak dari atas pun tidak tanggung-tanggung," tambahnya.
Penurunan tanah terjadi lebih cepat terutama di wilayah utara karena perkembangan dan eksploitasi pemanfaatan lahan yang relatif lebih cepat, seperti Tangerang, DKI Jakarta, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya. Kemudian perubahan pemukiman, perubahan mangrove, dan perubahan garis pantai.
"Jadi sebenarnya yang terancam bukan hanya Jakarta, tapi rangkingnya Pekalongan, Semarang, Baru Jakarta. Selain itu perlu diperhatikan juga Kalimantan bagian selatan harus mendapat perhatian lebih. Jakarta memang memiliki potensi tenggelam, tapi bukan hanya faktor sea level rise semata yang cenderung kecil. Faktor yang sangat berpengaruh ada land subsidence yang ga bisa dikendalikan, ini terbukti dari hasil penelitian," jelasnya.
(rah/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Sebut Jakarta Terancam Tenggelam, Ini Isi Riset NASA