
Gawat! Krisis Chip Bikin Produsen Otomotif Rugi Rp 2.982 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekurangan chip semikonduktor yang berlangsung tahun ini akan membuat industri otomotif menderita. Menurut perusahaan konsultan AlixPartners, krisis chip pada 2021 akan membuat sektor otomotif kehilangan pendapatan US$210 miliar atau setara Rp 2.982 triliun (asumsi Rp 14.200/US$).
Prediksi kehilangan pendapatan ini naik hampir dua kali lipat dari proyeksi sebelumnya pada bulan Mei lalu, mencapai US$110 miliar. Pada awal tahun ini AlixPartners memperkirakan industri otomotif kehilangan pendapatan US$60,6 miliar karena krisis chip ini.
"Tentu saja semua orang berharap krisis chip akan lebih mereda sekarang ini, tetapi peristiwa yang tidak menguntungkan seperti lockdown di Malaysia dan masalah yang berlanjut di tempat lain telah memperburuk keadaan," ujar Mark Wakefield, co-leader global otomotif AlixPartners, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (23/9/2021).
AlixPartners memperkirakan ada 7,7 juta produksi mobil yang dibatalkan pada tahun ini, naik dari perkiraan Mei yang hanya 3,9 juta unit.
Pembuat mobil di seluruh dunia, termasuk Ford Motor dan General Motors, telah memperingatkan pemotongan pendapatan besar-besaran tahun ini karena kekurangan chip.
Tetapi kerugian tersebut telah diimbangi oleh permintaan konsumen yang mulai tumbuh dan keuntungan yang lebih tinggi dari harga kendaraan yang meningkat.
Kekurangan pasokan chip semikonduktor terjadi karena pandemi Covid-19. Meningkatkan kebutuhan akan perangkat elektronik untuk bekerja jarak jauh atau work from home membuat kebutuhan chip meningkat. Hal ini membuat produsen otomotif harus bersaing dengan perusahaan elektronik untuk mendapatkan chip.
Kekurangan pasokan Chip juga diduga karena kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mensyaratkan izin khusus ekspor teknologi AS kepada seluruh perusahaan yang menggunakan teknologi AS.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Chip Diramal Kerek Harga Smartphone, RI Bagaimana?