Varian Delta Ganas, Beijing Setuju Uji Campur Vaksin China-AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Regulator obat China dikabarkan menyetujui uji coba mencampurkan vaksin Covid-19 dengan merek berbeda. Langkah ini dilakukan di tengah meningkatkan infeksi Covid-19 varian Delta yang menimbulkan kekhawatiran tentang kemanjuran vaksin yang diproduksi dalam negeri.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu perusahaan yang terlibat dalam uji coba ini bernama Advanccine Biopharmaceuticals Suzhou, mitra Inovio di China, seperti dikutip dari AFP, Kamis (12/8/2021).
Uji coba ini akan mencampurkan vaksin dengan platform virus "tidak aktif" milik Sinovac Biotech dengan vaksin berplatform DNA yang dikembangkan perusahaan farmasi Amerika Serikat Inovio Parmaceuticals.
Uji praklinis yang dilakukan tehap menemukan "kedua vaksin berbeda ini ... menghasilkan respons imun yang lebih kuat dan lebih stabil," ujar Chairman Adavaccine Wang Bin.
Ada beberapa platform yang digunakan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 untuk menghasilkan respons kekebalan, termasuk virus yang tidak aktif atau dilemahkan dan vaksin berbasis mRNA dan DNA yang lebih canggih dengan menggunakan rekayasa kode genetik virus corona untuk membuat protein yang aman dan memicu respons imun.
Lima dari tujuh vaksin yang telah disetujui di China menggunakan platform virus yang tidak aktif atau dilemahkan dengan dua suntikan.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masih belum ada cukup data untuk mengatakan apakah mencampurkan dua vaksin yang berbeda secara bersamaan aman atau dapat meningkatkan kekebalan.
Inovio belum mempublikasikan data kemanjuran (efikasi) dari vaksin Covid-19 yang dibuatnya meski melakukan uji klinis secara global. Vaksin Inovio akan jadi vaksin berbasis DNA pertama yang diuji coba di China. Beijing sendiri belum menyetujui vaksin asing untuk penggunaan dalam negeri.
(roy/miq)