
Kabar Baik, Vaksin Ini Ampuh Lawan Corona Varian Delta

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang dari vaksin corona (Covid-19) AstraZeneca. Vaksin dari produsen Inggris itu, dalam laporan terbaru, efektif melawan varian Delta dan Kappa yang ditemukan pertama kali di India.
Studi diumumkan perusahaan Selasa (22/6/2021) waktu setempat. Ini berdasarkan penelitian terbaru Universitas Oxford terhadap kemampuan antibody monoklonal dalam darah seseorang yang pulih dan dari mereka yang divaksin untuk menetralkan dua varian tersebut.
"Hasil studi Oxford dibangun berdasarkan analisis terbaru oleh Public Health England (PHE)," kata perusahaan merujuk badan di Inggris tersebut.
Sebelumnya, PHE memang mengeluarkan hasil riset bahwa AstraZeneca menawarkan perlindungan tinggi, ke varian Delta. Vaksin memberikan 92% perlindungan ke penerimanya, dari risiko rawat inap ke rumah sakit akibat varian delta.
Bukan hanya AstraZeneca, vaksin lain yakni Pfizer/BioNTech juga efektif 96% melindungi pasien dari kemungkinan rawat inap di rumah sakit akibat varian ini. Hal tersebut setelah disuntik dua dosis.
Secara spesifik, varian Delta dulunya dikenal dengan nama varian B.1.617. Varian ini merupakan hasil mutasi ganda E484Q (mirip dengan varian corona Afrika Selatan) dan L452R (terdeketeksi di California).
Kemarin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan soal varian ini. Lembaga PBB itu menyebut varian ini sangat menular, jenis tercepat dan terkuat yang pernah ada dan akan "mengambil" orang-orang paling rentan di wilayah dengan vaksinasi Covid-19 rendah.
"(Varian delta) menjadi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara penularan antar manusia dan pada akhirnya akan menemukan individu-individu yang rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi mati," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr. Mike Ryan, dalam konferensi pers Senin (21/6/2021) malam.
"Varian delta khusus ini lebih cepat, lebih 'bugar', akan memilih yang lebih rentan lebih efisien daripada varian sebelumnya. Dan, oleh karena itu jika ada orang yang dibiarkan tanpa vaksinasi, mereka tetap berada pada risiko lebih lanjut," kata Ryan.
Sejak Mei, varian delta memang sudah diklasifikasikan WHO sebagai "variant of interest". Label ini diberikan jika varian terbuktir lebih menular, mematikan atau lebih resisten terhadap vaksin dan perawatan saat ini.
Mengutip CNBC Internasional, pejabat teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove, mengatakan varian delta sudah menyebar di 92 negara. AS misalnya mencatat varian ini mendominasi 10% kasus baru sementara di Inggris 60%.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vaksin AstraZeneca Penuh Kontroversi, Ini Jalan Keluar Ahli
