Covid Meledak, India Dikhawatirkan Jadi 'Neraka' 2 Pekan Lagi

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
27 April 2021 17:10
Warga mengantre untuk mengisi oksigen di New Delhi, India, Jumat, 23 April 2021. (AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meledaknya kasus positif Covid-19 di India telah membuat rumah sakit kewalahan merawat pasien. Bahkan dokter di Delhi memperingatkan akan adanya kejadian yang lebih buruk lagi yang akan datang.

Para dokter bahkan memperingatkan pemerintah harus bersiap untuk dua minggu ke depan akan keadaan yang lebih buruk jika tindakan yang diambil pemerintah tidak berdampak pada penurunan kasus positif Covid-19.

"Situasinya kritis sekarang. Pandemi ini adalah yang terburuk yang pernah kami lihat. Dua minggu ke depan akan menjadi negara bagi kami," ujar Dr Shaarang Sachdev dari Rumah Sakit Healthcare Super Speciality, seperti dikutip dari Sky News, Selasa (27/4/2021).

Ruangan gawat darurat (ICU) di rumah sakit itu biasanya hanya untuk untuk tiga pasien, namun kini dihuni 7-8 pasien. Bahkan seorang wanita yang harusnya masuk masuk ruang intensif harus mendapatkan penangan di ICU karena kamar penuh.

"Dia di sini sudah dua hari karena tidak ada tempat tidur dalam perawatan intensif," jelas Dr Shaarang Sachdev.

Belum lagi para dokter dan perawat harus bekerja tak kenal waktu untuk merawat pasien dan bahkan beberapa kerabat mereka harus dirawat karena Covid-19. Ini membuat tenaga kesehatan mengalami kelelahan secara fisik dan mental, bahkan banyak yang marah.

Kondisi menjadi lebih runyam. Negara mengalami kelangkaan oksigen dan obat remdesivir. Bila ingin membeli harganya sudah melambung tinggi di pasar gelap.

"Saya membeli oksigen dengan seharga emas sekarang." ujar Managing Director Rumah Sakit Healthcare Super Speciality, Dr Aashish Chaudhry. Biasa harga oksigen di India hanya 20-22 rupee per kilogram, kini telah melambung menjadi 50 rupee per kilogram.

"Obat remdesiver, yang bisanya berharga 2.000 hingga 4.000 rupee, kini orang membeli seharga 40.000 rupee ... ini seharusnya tidak terjadi," terang Dr Aashish Chaudhry.

Dokter yang menangani perawatan kritis di rumah sakit itu, Dr Piush Girdar mengatakan dia mendapat sekitar 50 telepon setiap hari untuk menanyakan obat-obatan, tempat tidur, tabung silinder.

"Kami tidak memiliki apa pun yang tersedia dan pasien sekarang. Saya belum pernah melihat begitu banyak kematian di ICU kami," jelasnya.

India sedang menghadapi infeksi Covid-19 yang tinggi. Menurut data Worldometer hingga 27 April 2021 total kasus positif Covid-19 di India mencapai 17,63 juta. Peringkat kedua terbanyak setelah Amerika Serikat (AS). Saat ini kasus aktifnya mencapai 2,88 juta.

Pakar kesehatan mengatakan India menjadi terlena ketika kasus baru berjalan sekitar 10.000 per hari dan tampaknya terkendali. Pemerintah mencabut batasan yang memungkinkan dimulainya kembali pertemuan besar.

Bahkan sempat diadakan acara tradisi keagaamaan Kumbh Mela. Tak tanggung-tanggung, 5 juta orang dalam satu lokasi sekaligus, di Sungai Gangga.Selain itu, varian covid-19 yang menyebar di negara itu juga diduga sebagai biang keladi meledaknya kasus infeksi harian. Di negara itu, muncul varian corona yang terdiri atas campuran tiga mutasi corona yang terjadi sebelumnya.

Dengan fakta itu, varian virus yang disebut B.1618 ini menjadi ketakutan publik yang baru. Apalagi, dikabarkan juga bahwa virus ini kebal vaksin.

"Sementara kepuasan dalam berpegang pada masker dan jarak fisik mungkin memainkan peran, tampaknya semakin mungkin gelombang kedua ini telah dipicu oleh strain yang jauh lebih ganas," tulis Vikram Patel, Profesor Kesehatan Global di Harvard Medical School, diIndian Express.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular