
Rasis Anti-Asia Meningkat di Medsos, Apa Penyebabnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan anti Asia semakin menggila di dunia maya sejak setahun terakhir selama pandemi Covid-19 merebak secara global. Pemicunya adanya hubungannya dengan cuitan (tweet) Presiden AS Donald Trump menghubungkan China dengan virus Covid-19.
Donald Trump menggunakan tagar #chinesevirus di Twitter, dan akhirnya banyak orang yang menggunakannya dan meningkat 10 kali lipat. Pengguna media kebanyakan juga menggunakan tagar anti-Asia dibandingkan menggunakan #Covid19 pada unggahan cuitan mereka, dikutip USA Today, Jumat (19/3/2021).
Sejumlah penelitian melakukan pelacakan jumlah tagar anti Asia dan disematkan bersamaan dengan tagar netral #covid19 dibandingkan dengan #chinesevirus. Hasilnya mereka menemukan hubungan #chinesevirus dengan bahasa anti-Asia.
Menurut mereka, sebagai besar orang menyebutkan #chinesevirus dalam pernyataan negatif. Serta diartikan dengan efek stigma.
Penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health menyebutkan hanya 20% yang menggunakannya bersamaan dengan #Covid19. Sementara terbanyak menggunakan #chinesevirus dikombinasikan dengan tagar anti Asia.
Tagar ini juga umumnya bersamaan dengan umpatan bagi orang China dan Asia.
Temuan tersebut analisis dari 1% data streaming real-time Twitter seminggu sesudah dan sebelum Donald Trump menggunakan tagar tersebut pada 16 Maret 2020.
"Amerika Serikat akan secara kuat mendukung industri tersebut seperti penerbangan dan lainnya, khususnya yang terdampak pada Virus China (Chinese Virus). Kami akan lebih kuat dari sebelumnya," tulis Donald Trump kala itu.
Twitter pun bertindak cepat dengan menghapus tweet itu dari seluruh akunnya pada 8 Januari. Twitter beralasan Donald Trump akan memicu kekerasan setelah pendukungnya melakukan kerusuhan di Gedung Capitol Januari lalu.
Profesor Studi Asia-Amerika di San Francisco State University, Russell Jeung mengatakan serangan rasisme berkembang selama Donald Trump berkuasa di AS. Salah satunya akibat hubungan AS-China memburuk.
"Kami segera melihat lonjakan insiden kebencian di pertengahan Maret 2020 yang mengarah pada orang Asia-Amerika," ungkapnya.
Dengan adanya penembakan delapan orang Asia di Atlanta beberapa waktu lalu juga menambah ketakutan pada komunitas Asia-Amerika.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Twitter & Facebook, Trump Mau Luncurkan Medsos Sendiri
