
Rupiah Digital vs Bitcoin, Apa Perbedaannya?

CBDC pada dasarnya belum ada saat ini, semuanya masih dalam proses riset. Hanya China yang sudah sampai pada tahap pilot project e-CNY. Bagaimana model dan teknologi CBDC nantinnya juga masih belum pasti, apakah menggunakan teknologi blockchain seperti bitcoin, atau sistem lainnya, semua tergantung dari bank sentral yang akan merilisnya.
Bank for International Settlement (BIS) menyebutkan CBDC harus memenuhi 6 kebutuhan utama nasabah, yakni privasi, mudah digunakan, aman seperti uang tunai, memiliki akses universal, pembayaran luar negeri (cross-border), serta kegunaan peer-to-peer.
Berdasarkan kebutuhan utama tersebut, ada 3 model CBDC yang disajikan yakni, yakni indirect CBDC, direct CBDC, dan hybrid CBDC.
Menurut Moody's dalam model indirect CBDC tidak ada perubahan besar dari peran bank sentral. Model indirect CBCD hampir sama dengan sistem finansial saat ini. Transaksi finansial dilakukan melalui perantara (dalam hal ini bank komersial).
Sementara itu model direct CBDC akan membuat perubahan besar di sistem finansial, sebab individu, merchant, hingga korporasi dapat memiliki rekening langsung di bank sentral, sehingga semua transaksi akan melalui bank sentral. Hal tersebut tentunya mengubah peran bank sentral saat ini yang hanya menangani transaksi antar bank komersial.
Terakhir, model Hybrid CBDC, yang ini menggabungkan antara direct dan indirect CBDC. Model ini diterapkan oleh PBoC dalam menerbitkan e-CNY.
Dalam beberapa bulan terakhir bank sentral China sudah melakukan uji coba e-CNY di beberapa wilayah. JD.com menjadi e-commerce pertama yang menerima pembayaran menggunakan yuan digital.
Akhir tahun lalu, kota Suzhou sudah membagikan voucher senilai 20 juta yuan (US$ 3 juta) ke warganya dalam bentuk e-CNY. Setiap voucher tersebut berisi 200 e-CNY, dan bisa dibelanjakan di JD.com. Sebelumnya voucher e-CNY juga dibagikan di kota Shenzhen senilai 10 juta yuan.
Di awal tahun ini uji coba kian meluas, ibu kota Beijing kebagian voucher e-CNY senilai US$ 1,5 juta, kemudian terbaru kota Chengdu yang mendapat jatah, bahkan nilainya paling besar mencapai US$ 6 juta.
Dalam pengumumannya, pemerintah kota Chengdu mengatakan penduduk setempat dapat bergabung dalam program undian untuk mendapatkan 200.000 voucher. Masing-masing voucher akan berisi Yuan digital dengan nilai US$27 hingga US$37.
Seperti selebaran Beijing, uji coba Chengdu terkait dengan Tahun Baru Imlek dan akan bekerja dengan pengecer lokal dan aplikasi e-commerce JD.com. Pemenang undian dapat menggunakan voucher dari 3-19 Maret, melansir CNBC International, Rabu (24/2/2021).
Lantas bagaimana dengan rupiah digital? Sejauh ini belum ada keterangan dari BI bagaimana modelnya. Jika melihat e-CNY, kemungkinan rupiah digital juga akan bisa digunakan di platform e-commerce terlebih dahulu.
Ke depannya, bukan tidak mungkin membeli rokok di warung bisa menggunakan rupiah digital. Sebab seperti yang disebutkan BIS CBDC harus memenuhi 6 kebutuhan utama nasabah, yakni privasi, mudah digunakan, aman seperti uang tunai, memiliki akses universal, pembayaran luar negeri (cross-border), serta kegunaan peer-to-peer.
Kegunaan peer-to-peer tersebut yang akan memungkinkan rupiah digital untuk membeli rokok di warung. Toh e-CNY selain di JD.com juga bisa digunakan di beberapa pengecer.
Lantas bagaimana dengan bitcoin? Jawabannya sudah pasti tidak bisa. Sebab alat pembayaran yang sah sesuai undang-undang di di Indonesia hanya rupiah. Hal tersebut ditegaskan Gubernur BI Perry Warjiyo.
"Seluruh alat pembayaran menggunakan koin, kertas dan digital menggunakan rupiah dan wewenang di BI. Digital currency wewenang di BI, kami jelaskan bitcoin bukan alat pembayaran sah," ujarnya Kamis kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy)
[Gambas:Video CNBC]