Bahaya Besar di Balik Populernya Bitcoin

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
16 February 2021 18:20
Harga Bitcoin anjlok
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Euforia Bitcoin kembali meningkat. Ini karena Tesla Inc, Produsen mobil listrik milik orang Terkaya di dunia Elon Musk, menginvestasikan US$1,5 miliar atau setara Rp 21 triliun di Bitcoin.

Tesla juga berencana mengizinkan pengguna untuk membeli mobil listriknya dengan Bitcoin. Sebelumnya PalPay juga akan mengizinkan pengguna Amerika Serikat (AS) untuk jual beli Bitcoin dan membayar tagihan dengan Bitcoin.

Dua aksi perusahaan besar ini telah memicu sentimen akan semakin tingginya adopsi Bitcoin dalam transaksi keuangan di masa depan. Alhasil, harga Bitcoin naik tinggi. Bahkan hampir menyentuh US$50.000 per koin.

Tetapi tahukah kamu ada bahaya besar dari booming Bitcoin?

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, semakin besar porsi transaksi Bitcoin maka bank sentral makin kehilangan kendali atas kebijakan moneter. Misalnya, suku bunga acuan dan suntikan likuiditas ke pasar.

Padahal kebijakan moneter dibutuhkan untuk menyokong target pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk mensejahterakan warganya. Meningkatnya transaksi Bitcoin juga membuat legitimasi mata uang resmi sebuah negara menjadi jatuh.

"Dibanding hebohnya Dinar Dirham kemarin, Bitcoin jelas lebih membahayakan legitimasi mata uang rupiah," jelas Bhima kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/2/2021).

Selain itu, transaksi Bitcoin tidak tercatat oleh bank sentral jadi rawan Bitcoin digunakan untuk transaksi ilegal lintas negara. Misalnya untuk transaksi narkoba, perjudian hingga pendanaan terorisme dan pencucian uang hasil korupsi.

Bhima juga tidak menyarankan Bitcoin sebagai alternatif investasi legal. Menurutnya uang harus diinvestasikan di produk saham, obligasi, reksadana, properti hingga emas.

"Dengan hadirnya Bitcoin, uang tidak masuk ke investasi yang seharusnya. Dampaknya bisa berpengaruh ke likuiditas untuk membiayai investasi di dalam negeri," jelasnya.

Sederhananya, perusahaan menerbitkan obligasi, saham hingga produk investasi lainnya untuk mendanai ekspansi usaha, sementara Bitcoin tidak diketahui tujuan penerbitannya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Bitcoin Tembus Rp 252 Juta, Cuan Rp 20,7 Juta Semalam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular