RI Mau Pakai Terapi Stem Cell ke Pasien Covid, Apa Itu?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
05 February 2021 18:07
Medical personnel at work in the intensive care unit of the hospital of Brescia, Italy, Thursday, March 19, 2020. Italy has become the country with the most coronavirus-related deaths, surpassing China by registering 3,405 dead. Italy reached the gruesome milestone on the same day the epicenter of the pandemic, Wuhan, China, recorded no new infections. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms. For some it can cause more severe illness. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)
Foto: Melihat Penanganan Pasien Covid-19/ virus Corona di Italia. AP/Claudio Furlan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini sedang mengembangkan terapi untuk menyembuhkan Covid-19. Dengan menggunakan stem cell, sekarang sedang mengajukan izin pemanfaatan kepada Badan POM.

"Bisa dibuktikan bahwa ini bermanfaat untuk pasien kategori berat, bisa melengkapi dengan plasma konvalensen," kata Menteri Riset dan Teknologi serta Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional RI, Bambang Brodjonegoro, dalam Webinar Alternatif Terapi Covid-19 dengan Mesenkimal dan Sel Punca, Jumat (5/2/2021).

Ketua Konsorsium Sel Punca PRN, Ismail Hadisoebroto menyatakan sudah melakukan penelitian pada September 2020 lalu. Terapi ini memiliki kelebihan dapat melakukan self-adjustments dan memenuhi kebutuhan sel.

Selain itu terapi ini juga menghambat badai sitokin, yang kerap meningkat pada pasien yang mengalami Covid-19.

Pada penelitian dilakukan dengan 40 orang dengan kondisi Covid-19 yang kritis. Rinciannya adalah 20 orang menggunakan terapi standar dan stem cell sementara sisanya menggunakan terapi standard saja.

Dia mengatakan hasilnya yang menggunakan terapi stem sell tingkat survivenya 2,5 kali lipat dibandingkan yang tidak. Namun hitungan tersebut tanpa hitungan pasien dengan komorbid.

"Malah di kelompok Msc (terapi stem cell atau sel punca mesenkimal) 4,5 kali lipat survive, tiga orang di kelompok yang sembuh ternyata tidak punya komorbid," ungkapnya.

Komorbid ini juga menjadi hambatan untuk terapi ini. Ismail mengatakan jika pasien kritis Covid-19 kerap datang dengan tambahan komorbid.

Menurutnya ini membuat pendekatan tidak hanya dilakukan oleh dokter spesialis paru saja, namun juga lainnya.

Selain itu juga dia menjelaskan saat ini sedang ada tahapan penelitian tambahan untuk terapi pada pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.

"Karena data sebelumnya di RS Persahabatan, pasien kritis angka moralitasnya 83% sehingga dengan demikian pasien memburuk dengan cepat. Ada suatu skenario lain (terapi) melakukannya sebelum kritis yakni saat tahap sedang-berat. Dalam ini penelitiannya sedang berjalan," jelas Ismail.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Selain Avigan, Obat Corona Ini Juga Sembuhkan Pasien Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular