
Apakah Orang yang Disuntik Vaksin Bebas dari Covid-19?

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksinasi saat ini memang sudah dilakukan di sejumlah wilayah dunia termasuk Indonesia. Namun pertanyaan berikutnya apakah orang setelah disuntik langsung bebas virus.
Indra Budiansyah yang merupakan bagian dari tim pengembangan vaksin Oxford-Astrazeneca membeberkan beberapa data dari laboratorium mengenai penelitian menggunakan monyet spesies rhesus macaques dengan uji intramuskular.
"Dilihat vaksin Covid-19 Oxford ini dapat mencegah rhesus macaques dari penyakit pneumonia yang berat," kata Indra dalam dalam Webinar Tantangan dan Kebijakan Vaksin Merah Putih Covid-19, Jumat (22/1/2021).
Ini artinya hewan tersebut terlindungi dari virus Covid-19 setelah divaksin. Namun dia menambahkan hasil penelitian menunjukkan jika vaksin tak dapat mencegah terinfeksi serta mentransmisikan virus ke individu lainnya.
Dari sana, dia menuturkan sejumlah temannya di laboratorium melakukan penelitian dengan memberikan vaksin secara intranasal pada hewan yang diujikan. Lalu membandingkannya dengan intramuskular.
Hasilnya dengan cara ini dapat mengurangi jumlah transmisi virus. Dia juga menyarankan Indonesia bisa melakukan uji klinis menggunakan intranasal di masa depan.
"Mungkin ke depannya di Indonesia jika ingin melakukan uji klinis bisa memikirkan riutes administrasi yang diberikan. Karena hampir semua vaksin yang ada diberikan secara intramuskular," kata dia.
Sementara itu Indra juga menyinggung soal kemampuan vaksin untuk virus SARS-CoV-2 terbaru. Dia menyatakan saat diberi vaksin, tubuh akan merespon terhadap antigen yang diberikan vaksin.
Menurutnya antibodi banyak jenisnya dan dapat mengenali beberapa sisi dari protein ang digunakan vaksin. Saat terjadi mutasi, Indra menjelaskan kemungkinan hanya satu sisi saja yang tidak dikenali antibodi tubuh tapi itu bukan berarti vaksin tak efektif namun hanya pengurangan performa.
Tapi dia juga mengingatkan untuk jangan sampai lengah dan mutasi sudah jauh sekali. Itulah sebabnya dibutuhkan data genomic untuk memantau evolusi virus.
"Karena kita tahu SARS-CoV-2 ini virus RNA yang tingkat mutasi nya tinggi," ungkapnya.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster